Thursday, November 15, 2018

Sejarah Islam Pada Masa Nabi Muhammad SAW. dan Khulafaur Rasyidin, Kemajuan dan Kemunduran Islam, Pusat Peradaban dan Penyebaran Islam Ke Seluruh Dunia


BAB II
PEMBAHASAN

A.    SEJARAH ISLAM PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW
1.      Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW. Dilahirkan pada Tahun Gajah, saat pasukan gajah abrahah menyerang mekkah untuk menghancurkan ka’bah, pada tahun 570 M, 12 Rabiul awal. Secara geonologis, ia merupakan ketuunan suku Quraisy, suku yang terkuat dan berpengaruh di Arab. Secara silsilah Philip K. Hitti menguraikan sebagai berikut:[1]

2.      Misi Nabi Muhammad SAW
Secara historis, perjalanan Nabi Muhammad SAW., sebagai pembawa misi risalah langit, terbagi dalam tiga periode, yaitu pertama, periode pra-kerasulan, kedua, periode kerasulan, dan ketiga, pasca-kerasulan.Tahap kedua sejarah kenabian ini diawali dengan dua kondisi demografis-sosiologis Arab, yakni pada masa makiyyah dan pada masa madaniyyah. Kehadiran Nabi Muhammad SAW., identik dengan latar belakang kondisi masyarakat Arab, khususnya orang-orang Mekah.
Para Nabi dan rasul yang di utus oleh Allah SWT, dilihat dari pendekatan visi dan misi, dapat dibagi kedalam dua bagian, pertama, Nabi yang hanya membawa doktrin teologis semata dan Nabi yang membawa doktrin teologis sekaligus membawa doktrin politis. Doktrin teologis adalah doktrin yang menekankan substansi moral dalam mempersatukan ideal moral manusia dengan ideal moral Tuhan tanpa melakukan perubahan social politik sebagai bagian dari proses ideal moral tersebut, sedangkan Doktrin Teologis Politis adalah doktrin yang mengedepankan ajakan moral sekaligus berusaha melakukan perubahan system untuk menata institusi-institusi social dan politik.[2]
Para nabi yang tergolong pembawa doktrin teologis politis adalah nabi-nabi yang bergelar Ulul Azmi, Nabi muhammadSAW juga termasuk, karena nabi mengajarkan nilai islam yang berkenan dengan hal-hal yang bersifat aktensis (keakhiratan), serta menata kekuatan untuk engambil alih peran kepemimpinan dan pemerintahan orang-orang Quraisy. Yang sangat dominan terutama di Madinah.

3.      Peradaban pada Masa Rasulullah SAW.
Peradaban dan kebudayaan pada masa rasulullah SAW yang paling dahsyat adalah perubahan social. Ahmad Al-Huraisy, menguraikan bahwa peradaban pada masa Nabi SAW dilandasi dengan asas-asas yang diciptakan sendiri, di bawah bimbingan wahyu.Di antaranya sebagai berikut.
-          Pembangunan Masjid Nabawi
-          Persaudaraan antara Kaum Muhajirin dan Anshar
-          Kesepakatan untuk Saling Membantu antara Kaum Muslimin dan Non-Muslimin
-          Peletakan Asas-asas Politik, Ekonomi, dan Sosial
Secara sistematik, proses peradaban yang dilakukan oleh Nabi SAW. Pada masyarakat islam di Yastrib adalah: pertama, mengubah nama Yastrib menjadi Madinah; kedua, membangun masjid; ketiga, membentuk kegiatan mu’akhat (persaudaraan); keempat, membentuk persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama islam; kelima, membentuk pasukan tentara untuk mengantisipasi gangguan yang dilakukan oleh musuh.[3]
Mengingat tentang Piagam Madinah, penulis menguraikan bahwa dasar-dasar kenegaraan yang terdapat dalam Piagam Madinah yaitu:
-          Umat islam merupakan satu komunitas meskipun berasal dari suku yang beragam
-          Hubungan antara sesama anggota komunitas islam dan hubungn dengan komuntas-komunitas yang lain didasarkan atas prinsip-prinsip: bertetangga baik, saling membantu dalam menghadapi musuh bersama, membela mereka yang dianiaya, saling menasehati, menghormati kebebasan beragama.

B.     SEJARAH ISLAM PADA MASA KHALIFAH ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ
1.      Kelahiran Abu Bakar Ash-Shiddiq
Abu Bakar Ash-Shiddiq dilahirkan pada tahun 573 M, ayahnya bernama Utsman (Abu Kuhafah),  sedangkan ibunya bernama Ummu Al-Khair Salmah. Silsilah Abu Bakar dengan Nabi Muhammad SAW bertemu pada Murrah bin Ka’bah. Dia adalah orang yang pertama kali masuk islam setelah Islam ketika Islam mulai didakwakan.
Tercatat dalam sejarah, dia pernah membela Nabi tatkala Nabi disakiti oleh suku Quraisy, ketika Rasul Hijrah, membantu kaum yang lemah dan memerdekakannya, seperti terhadap Bilal, serta setia dalam peperangan dan lain-lain.
Dari paparan yang telah penulis baca, Abu Bakar Ash-Shiddiq menjadi Khilafah itu dipilih secara Aklamasi, walaupun ada beberapa tokoh yang tidak ikut membai’atnya. Dengan terpilihnya Abu Bakar serta pembai’atannya, resmilah berdiri kekhilafahan pertama di dunia islam.
2.      Pola Pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq
Sepak terjang pola pemerintahan Abu Bakar dapat dipahai dari pidato Abu Bakar ketika ia diangkat menjadi khalifah. Yang menunjukan garis besar politik dan kebijaksanaan Abu Bakar dalam pemerintahan. Adapun kebijaksanaannya antara lain:[4]
a.       Kebijaksanaan kepengurusan terhadap agama
b.      Kebijaksanaan kenegaraan
1)      Bidang eksekutif
2)      Pertahanan dan keamanan
3)      Yudikatif
4)      Sosial ekonomi.
3.      Penyebaran Islam pada Masa Abu Bakar
Setelah berhasil memadamkan pergolakan dalam negeri (terutama memerangi orang-orang murtad), Khalifah Abu bakar menghadapi kekuatan Persia dan Romawi yang setiap saat berkeinginan menghancurkan eksistensi Islam. Untuk menghadapi Persia, Abu Bakar mengirim tentara Islam dibawah pimpinan Khalid bin Walid dan Mutsanna bin Haritsah dan berhasil merebut beberapa daerah penting di Irak dari kekuasaan Persia. Serta untuk menghadapi Romawi, Abu Bakar memilih empat panglima Islam terbaik untuk memimpin beribu-ribu pasukan di empat front, yaitu Amr bin Al-Ash di front palestina, Yazid bin Abi Sufyan di front Damaskus, Abu Ubaidah di front Hims, Syurahbil bin Hasanah di front Yordania. Empat panglima ini dibantu oleh Khalid bin Walid yang bertempur di front Syria. Perjuangan pasukan dan ekspedisi militer tersebut, baru tuntas pada masa pemerntahan Umar bin khaththab.
Di segi lain, Abu Bakar berhasil memobilisasi segala kekuatan yang ada untuk menciptakan pertahanan dan keamanan Negara Madinah, menggalang persatuan umat Islam, mewujudkan keutuhan dan keberlangsungan Negara Madinah dan Islam, menghimpun ayat-ayat Al-Qur’an yan masih berserakan menjadi satu mushaf. Keberhasilan ini dikarenakan adanya kedisiplinan, kepercayaan, dan ketaatan yang tinggi terhadap integritas kepribadian dan kepemimpinannya.
4.      Peradaban pada Masa Abu Bakar
Bentuk peradaban yang paling besar dan luar biasa dan merupakan satu kerja besar yang dilakukan pada masa pemerintahan Abu Bakar adalah penghmpunan Al-Qur’an. Abu Bakar memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untu menghimpun Al-Qur’an dari pelepah kurma, kulit binatang, dan dari hapalan kaum muslimin. Hal ini dilakukan untuk menjaga kelestarian Al-Qur’an setelah Syahidnya beberapa orang penghapal Al-Qu’an pada perang Yamamah.Umarlah yang mengusulkan penghimpunan dalam satu mushaf ini, serta inilah yang pertama kalinya Al-Qur’an dihimpun.
Selain itu, peradaban Islam yang terjadi pada praktik pemerintahan Abu Bakar terbagi beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut.
a)      Dalam bidang pranata social ekonomi adalah mewujudkan keadilan dan kesejahteraan social rakyat.
b)      Praktik pemerintahan Khalifah Abu Bakar terpenting lainnya adalah mengenai suksesi kepemimpinan atas inisatifnya sendiri dengan menunjuk Umar bin Khaththab untuk menggantikan.
Suatu ketika, tatkala Abu bakar merasa kematiannya telah dekat dan sakitnya semakin parah, dia ingin memberikan kekhilafahan kepada Umar bin Khaththab. Dia meminta pertimbangan sahabat-sahabat senior. Mereka semua mendukung pilihan Abu Bakar , dia pun menulis wasiat itu, lalu dia membai’at Umar. Beberapa hari setelah itu, Abu Bakar wafat. Tepatnya pada bulan Jumadil Akhir tahun 13 H./634 M.

C.    SEJARAH ISLAM PADA MASA KHALIFAH UMAR IBN AL-KHATHTHAB
1.      Kelahiran Umar ibn Al-Khaththab
Umar ibn Al-Khaththab dilahirkan pada tahun 583 M. tepatnya di kota Mekah berasal dari keturunan suku Quraisy yang terpandang dan terhormat. Beliau tiga belas tahun lebih muda dari Nabi Muhammad SAW., beliau adalah khalifah kedua yang menggantikan Abu Bakar Ash-Shiddiq, serta dia juga salah seorang sahabat terbesar sepanjang sejarah sesudah Nabi Muhammad SAW., beliau dikenal sebagai tokoh yang sangat bijaksana dan kreatif , bahkan genius.Umar bin Khaththab masuk agama Islam pada bulan Dzulhijjah enam tahun setelah kerasulan Nabi Muhammad SAW.
2.      Masa Pemerintahan Umar bin Khaththab
Selama sepuluh tahun pemerintahan Umar (13 H./634 M.-23 H./644 M.), sebagian besar ditandai oleh penaklukan-penaklukan untuk melebarkan pengaruh Islam ke luar Arab. Sejarah mencatat, Umar telah berhasil membebaskan negeri-negeri jajahan Imperium Romawi dan Persia yang dimulai dari awal pemerintahannya, bahkan sejak pemerintahan sebelumnya.
Factor-faktor yang melatar belakangi timbulnya konflik antara umat Islam dengan bangsa Romawi dan Persia yang pada akhirnya mendorong umat islam mengadakan penaklukan negeri Romawi dan Persia, serta negeri-negeri jajahannya karena:[5]
a)      Bangsa Romawi dan Persia tidak menaruh hormat terhadap maksud baik islam
b)      Semenjak Islam masih lemah, Romawi dan Persia selalu berusaha menghancurkan islam
c)      Bangsa Romawi dan Persia sebagai Negara yang subur dan terkenal kemakmurannya, tidak berkenan menjalin hubungan perdagangan dengan negeri-negeri Arab
d)      Bangsa Romawi dan Persia bersikap ceroboh menghasut suku-suku Badui untuk menentang pemerintahan Islam dan mendukung musuh-musuh Islam
e)      Leta geografis kekuasaan Romawi dan Persia sangat Strategis untuk kepentingan keamanan dan pertahanan Islam
Semenjak penaklukan Persia dan Romawi, pemerintah Islam menjadi adikuasa dunia yang memiliki wilayah kekuasaan yang luas, meliputi Semenanjung Arabia, Palestina, Syria, Irak, Persia, dan Mesir.
3.      Peradaban pada Masa Khalifah Umar bin Khaththab
Peradaban yang paling signifikan pada masa Umar bin Khaththab, selain pola administratif pemerintahan, peperangan dan sebagainya adalah pedoman dalam peradilan. Pemkiran Khalifah Umar bin Khaththab khususnya dalam peradilan yang masih berlaku sampai sekarang di kutip M.Fauzan,[6] sebagai berikut.
Naskah Asas-asas Hukum Acara
a)      Kedudukan lembaga peradilan
b)      Memahami kasus persoalan, baru memutuskan
c)      Samakan pandangan anak kepada kedua belah pihak dan berlaku adillah
d)      Kewajiban pembuktian
e)      Lembaga damai
f)       Penundaan persidangan
g)      Kebenaran dan keadilan adalah masalah universal
h)      Kewajiban menggali hokum yang hidup dan melakukan penalaran logis
i)       Orang islam haruslah berlaku adil
j)       Larangan bersidang ketika sedang emosional
Sebelum meninggal, ‘Umar telah memanggil tiga calon penggantinya, yaitu Utsman, ‘Ali, dan Sa’ad bin Abi Waqqash. Dalam pertemuan dengan mereka secara bergantian, Umar berpesan agar penggantinya tidak mengangkat kerabat sebagai pejabat.Di samping itu, Umar telah membentuk dewan formatur yang bertugas memilih penggantinya kelak.

D.    SEJARAH ISLAM PADA MASA KHALIFAH UTSMAN BIN AFFAN
1.      Kelahiran Utsman bin Affan
Utsman bin Affan dilahirkan pada tahun 576 M. enam tahun setelah penyerangan ka’bah oleh pasukan bergajah atau enam tahun setelah kelahiran Rasulullah SAW. Utsman bin Affan masuk Islam pada usia 30 tahun oleh ajakan Abu Bakar. Sesaat setelah masuk Islam, ia sempat mendapatkan siksaan dari pamannya, Hakam bin Abil Ash.
Beliau juga termasuk orang yang shaleh ritual dan social, selain itu dia juga termasuk muhajir pertama yang ke Yastrib.Serta pada zaman Nabi Muhammad SAW. , Khalifah Utsman bin Affan sering mengikuti peperangan, diantaranya Perang Uhud, Khaibar pembebasankota Mekah, Perang Thaif, Hawazin, dan Tabuk. Tetapi ketika Perang Badar, Utsman tidak bisa ikut.Karena Rasulullah menyuruhnya untuk menunggu istrinya yang sedang sakit. Utsman juga dijuluki sebagai dzun nurain, karena menikahi dua putrid Rasulullah SAW. secara berurutan setelah yang satu meninggal, yakni Ruqayyah dan Ummu Kulsum.
2.      Masa Pemerintahan Khalifah Utsman
Masa Pemerintahan Utsman bin Affan termasuk yang paling lama dibandingkan dengan Khalifah lainnya, yaitu selama 12 tahun. Pada awal pemerintahannya atau kira-kira 6 tahun pemerintahannya penuh dengan prestasi.
Upaya yang dilakukan dalam perluasan pemerintahan Islam telah mencapai Asia dan Afrika, seperti daerah Heart, Kabul, Ghazni, dan juga Asia tengah, juga Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia.dan berhasil menumpas pemberontakan yang dilakukan orang Persia. Dalam bidang social budaya, ia telah membangun bendungan besar untuk mencegah banjir dan mengatur pembagian air ke kota. Membangun jalan, jembatan, masjid, rumah penginapan para tamu dalam berbagai bentuk, serta memperluas masjid Nabi di Madinah.
Selain itu, dalam pemerintahan ini juga terjadi peperangan, yaitu Perang Zatis Sawari “Perang Tiang Kapal” suatu peperangan di tengah lautan.Yang mana, belum pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. , Khalifah Abu Bakar, dan Khalifah Umar bin Khaththab. Peperangan itu dilakukan di Laut Tengah dekat kota Iskandariyah, antara tentara Romawi dibawah pimpinan Kaisar Constantine dengan laskar kaum muslimin di bawah pimpinan Abdullah bin Abi Sarah, umat Islam mengerahkan kurang lebih 200 kapal.
Setelah melewati masa yang penuh dengan prestasi, pada paruh terakhir khalifah mengalami pemberontakan dan pembangkangan didalam dan diluar negeri. Pemberontakan dan pembangkangan ini menyebabkan tewasnya khalifah Utsman bin Affan wafat, yaitu pada tahun 35 H.
3.      Peradaban pada Masa Khalifah Utsman bin Affan
Karya besar monumental Khalifah Utsman bin Affan adalah membukukan mushaf Al-Qur’an. Pembukuan ini didasarkan atas alasan dan pertimbangan untuk mengakhiri perbedaan bacaan di kalangan umat Islam yang diketahui pada saat ekspedisi militer ke Armenia dan Azerbaijan. Pembukuan ini  dilaksanakan oleh suatu kepanitiaan yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit.
Selain itu, Khalifah Utsman adalah Khalifah yang sangat memperhatikan kemaslahatan publik sebagai bentuk dari manifestasi kebudayaan masyarakat. Itu terbukti dengan adanya  pembangunan berbagai sarana umum yang telah ia lakukan. Seperti, pembangunan daerah-daerah pemukiman, jembatan, jalan, masjid, wisma tamu, pembangunan kota-kota baru yang kemudian tumbuh pesat. Serta semua jalan yang menuju ke Madinah dilengkapi dengan Khalifah dan Fasilitas bagi para pendatang, masjid Nabi di Madinah di perluas, tempat persediaan air di bangun di Madinah serta di kota-kota padang pasir dan di lading-ladang peternakan unta dan kuda.[7]

E.     SEJARAH ISLAM PADA MASA KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB
1.      Kekhalifahan Ali bin Abi Thalib
Ali adalah putra Abi Thalib bn Abdul Muthalib.Ia adalah sepupu Nabi Muhammad SAW. yang kemudian menjadi menantunya karena menikahi puteri Nabi Muhammad SAW., Fatimah, ia telah ikut dengan Rasulullah SAW. sejak bahaya kelaparan di Mekah dan tinggal di rumahnya. Ali masuk islam ketika Nabi menerima wahyu yang pertama, saat itu ia masih berusia sangat muda yakni 13 tahun. (menurut A.M.Saban), sedangkan menurut Mahmudunnasir, Ali berumur 9 tahun.
Ali bin Abi Thalib dikenal sebagai seorang yang pandai dan bijaksana, serta ia juga termasuk salah seorang yang baik dalam memainkan pedang dan pena, bahkan ia juga di kenal sebagai orator. Ketika zaman Rosulullah ia mengikuti hampir semua peperangan saat itu.
Pada saat pemerintahannya, hal pertama yang dilakukan yaitu menarik kembali semua tanah yang telah dibagikan Khalifah Utsman kepada kaum kerabatnya kepada kepemilikan Negara dan mengganti semua gubernur yang tidak disenangi rakyat, di antaranya Ibnu Amir penguasa Bashrah diganti Utsman bin Hanif, Gubernur Mesir yang dijabat oleh Abdullah diganti oleh Qays, Gubernur Suriah Muawiyah juga diminta untuk meletakkan jabatan, tetapi menolak, bahkan ia tidak mengakui kekhalifahan Ali.
Pemerintahan Khalifah Ali dapat dikatakan sebagai pemerintahan yang tidak stabil. Itu di karenakan adanya pemberontakan dari kaum muslimin sendiri. Pemberontakan itu diantaranya dating dari Thalhah dan Zubair, Siti Aisyah dan Muawiyah.Serta terjadi pula pemberontakan-pemberontakan di Bashrah, Mesir, dan Persia. Pada saat pemberontakan itu banyak Umat Islam yang meninggal.
2.      Peristiwa Tahkim pada Masa Ali bin Abi Thalib
Konflik politik antara Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah bin Abi Sufyan diakhiri dengan tahkim. Dari pihak Ali bin Abi Thalib Mengutus Abu Musa Al-Asy’ari. Sebaliknya dari pihak Muawiyah bin Abi Sufyan mengutus Amr bin Ash. Dalam tahrim tersebut, pihak Ali bin Abi Thalib dirugikan oleh pihak Muawiyah bin Abi Sufyan karena kecerdikan Amr bin Ash yang dapat mengalahkan Abu Musa Al-Asy’ari.[8]
Di samping itu, akibat dari peristiwa tahkim tersebut menyebabkan sebagian pengikut Ali tidak setuju, dan mereka keluar dari barisan Ali, kemudian merka menjadikan Nahrawan sebagai markasnya serta terus-menerus merongrong pemerintahan Ali. Golongan yang keluar dari barisan Ali ini disebut Khawarij. Kerepotan khalifah dalam menyelesaikan kaum Khawarij ini digunakan Muawiyah untuk merebut Mesir. Padahal kota Mesir adalah sumber kemakmuran dan ekonomi dari pihak Ali.
Akibat terjadinya berbagai macam pemberontakan serta masalah-masalah lainnya, hal ini membuat Khalifah Ali menyetujui perdamaian dengan Muawiyah. Penyelesaian melalui kompromi dengan Muawiyah itu sebenarnya merupakan kegagalan bagi Ali.
Dan pada tanggal 24 Januari 661 M/ 17 Ramadhan 40 H., ketika Ali sedang dalam perjalanan menuju Masjid Kufah, ia terkena hantaman pedang beracun di dahinya. Pedang yang mengenai otaknya tersebut diayunkan oleh seorang pengikut kelompok Khawarij, Abd Ar-Rahman ibn Muljam, yang ingin membalas dendam atas kematian keluarga seoramg wanita, temannya, yang terbunuh di Nahrawan. Tempat terpencil di dekat Kufah yang menjadi makam Ali, kini Masyhad Ali di Najaf, berkembang menjadi salah satu pusat ziarah terbesar dalam agama islam.

F.     MASA KEMAJUAN DAN KEMUNDURAN ISLAM
Abu Bakar menjadi khalifah pada tahun 632 M., tetapi dua tahun kemudian meninggal dunia. Masanya yang singkat itu dipergunakan untuk menyelesaikan Perang Riddah, yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tuduk lagi kepada Madinah. Meraka menentang khalifah Abu Bakar. Khalid ibn Al-Walid adalah jendral yang banyak jasanya dalam mengatasi Perang Riddah ini. Setelah selesai perang dalam negeri tersebut barulah, Abu Bakar mengirim kekuatan-kekuatan keluar Arabia. Khalid ibn Al-Walid dikirim ke Irak dan dapat menguasai Al-Hirah pada tahun 634 M. Adapun ke Suria dikirim tentara dibawah pimpnan tiga jendral, Amr Ibn Al-Ash, Yazid Ibn Abi Sufyan, Syurahbil Ibn Hasanah.
Usaha-usaha Abu Bakar itu kemudian dilanjutkan oleh Khalifah kedua, Umar Ibn Al-Khaththab (634-644 M.). pada zaman itulah, gelombang ekspansi pertama terjadi, kota Damaskus jatuh pada tahun 635 M. dan setahun kemudian, setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, daerah suria jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan memakai Suria sebagai basis, ekspansi diterusan ke Mesir dan Irak. Babilon di Mesir dikepung pada tahun 640 M. sementara itu, tentara Bizantium di Heliopolis dikalahkan, kemudian Alexandria menyerah pada tahun 641 M.
Dengan demikian, Mesir jatuh pula ke tangan Islam. Tempat perkemahan Amr Ibn Al-Ash yang terletak di luar tembo Babilon, menjadi ibu kota dengan nama Al-Fushthat.  Al-Qashidiyah, suatu kota dekat Al-Hiroh, Irak jatuh pada tahun 637 M. dan dari sana serangan dilanjutkan ke Al-Madain (Ctesiphon), ibukota Persia, yang dapat dikuasai pada tahun itu juga. Ibukota baru bagi daerah ini adalah Al-Khufah. Dengan adanya gelombang ekspandisi pertama, kekuatan Islam dibawah Khalifah Villar, selain semenanjung Arabia, telah meliputi juga Palestina, Suria, Irak, Persia, dan Mesir.[9]
Pada zaman Utsman Ibn Affan (644-656 M.) Tripoli, Ciprus, dan daerah lain dikuasai, tetapi gelombang ekspandisi pertama berhenti sampai di sini. Dikalangan umat Islam mulai terjadi perpecahan karena soal pemerintahan dan dalam kekacauan yang timbul, Utsman terbunuh.
Sebagai pengganti Utsman, Ali Ibn Abi Thalib menjadi Khalifah keempat (656-661 M.), tetapi ia mendapat tantangan dari pihak pendukung Utsman, terutama Muawiyah, Gubernur Damaskus. Konflik antara Ali Ibn Abi Thalib dan Muawiyah Ibn Abi Sufyan diakhiri dengan tahkim.
Setelah Ali terbunuh, kepemimpinan dilanjutkan oleh Bani Umayah. Dinasti Bani Umayah yang didirikan oleh Muawiyah berumur kurang lebih 90 tahun  dan pada zaman ini, ekspansi yang terhenti pada zaman kedua Khalifah terakhir dilanjutkan kembali.




BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Secara historis, perjalanan Nabi Muhammad SAW., sebagai pembawa misi risalah langit, para Nabi dan Rosul yang di utus oleh Allah SWT, dilihat dari pendekatan visi dan misi, dapat dibagi kedalam dua bagian, pertama, Nabi yang hanya membawa doktrin teologis semata dan kedua, Nabi yang membawa doktrin teologis sekaligus membawa doktrin politis. peradaban pada masa Nabi SAW dilandasi dengan asas-asas yang diciptakan sendiri, di bawah bimbingan wahyu.
Setelah Nabi Muhammad SAW wafat pada tahun 632 M., seluruh semenanjung Arabia telah tunduk ke bawah kekuasaan Islam. Ekspansi ke daerah-daerah di luar Arabia dimulai pada zaman Khalifah pertama, Abu Bakar Al-Shiddiq, kemudian di lanjutkan oleh Khalifah yang kedua, Umar Ibn Al-Khaththab. Pada zaman itulah gelombang ekspansi pertama terjadi.
Setelah itu di lanjutkan oleh Khalifah yang ketiga, yaitu Utsman Ibn Affan. Meski dalam kepemimpinannya mampu menguasai beberapa daerah, tetapi gelombang ekspansi pertama berhenti sampai disini. Di kalangan umat Islam mulai terjadi perpecahan karena soal pemerintahan dan dalam kekacauan yang timbul Khalifah Utsman Ibn Affan terbunuh.
Sebagai pengganti Khalifah Utsman Ibn Affan, Ali Ibn Abi Thalib menjadi Khalifah keempat, akan tetapi ia mendapat tantangan dati pihak pendukung Utsman, terutama Muawiyah (Gubernur Damaskus). Konflik politik antara Ali Ibn Abi Thalib dengan Muawiyah Ibn Abi Sufyan diakhiri dengan tahkim. Khalifah Ali wafat pada tanggal 17 Ramadhan 40 H. bertepatan dengan tahun 661 M.


DAFTAR PUSTAKA
Dedi Supriadi “SEJARAH PERADABAN ISLAM” Bandung: Pustaka Setia 2008
Badri Yatim “SEJARAH PERADABAN ISLAM” Jakarta: Raja Grapindo Persada 2008
Nurcholis Majid “Kedaulatan Rakyat: Prinsip Kemanusiaan dan Musyawarah pada Masyarakat Madani” Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2008
Suyuti Pulungan “Fiqh Siyasah Ajaran, Sejarah dan Pemikiran” Jakarta: Rajawali Press 1994
M. Fauzan “Pokok-pokok Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan Mahkamah Syar’iyah di Indonesia” Jakarta: Kencana 2005
Jaih Mubark & Atang Abd. Hakim “Metodelogi Hukum Islam” Bandung: Rosdakarya 2000


[1] Dedi Supriadi “SEJARAH PERADABAN ISLAM” Bandung: Pustaka Setia 2008, Hal 59
[2] Badri Yatim “SEJARAH PERADABAN ISLAM” Jakarta: Raja Grapindo Persada 2008, Hal 17
[3] Nurcholis Majid “Kedaulatan Rakyat: Prinsip Kemanusiaan dan Musyawarah pada Masyarakat Madani” Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2008, Hal 80
[4] Suyuti Pulungan “Fiqh Siyasah Ajaran, Sejarah dan Pemikiran” Jakarta: Rajawali Press 1994, Hal 112
[5] Dedi Supriyadi “SEJARAH PERADABAN ISLAM” Bandung: Pustaka Setia 2008, Hal 82
[6] M. Fauzan “Pokok-pokok Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan Mahkamah Syar’iyah di Indonesia” Jakarta: Kencana 2005, Hal 93-94
[7] Suyuthi pulungan “ Fiqh Siyasah Ajaran, Sejarah dan Pemikiran” Jakarta: Rajawali Press 1994, Hal 147
[8] Nurcholis Madjid “Kedaulatan Rakyat: Prinsip Kemanusiaan dan Musyawarah dalam Masyarakat Madani” Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2000, Hal 269
[9] Jaih Mubark & Atang Abd. Hakim “Metodelogi Hukum Islam” Bandung: Rosdakarya 2000, Hal 144

No comments:

Post a Comment