BAB II
PEMBAHASAN
A.
SEJARAH
ISLAM PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW
1.
Kelahiran
Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW. Dilahirkan pada Tahun
Gajah, saat pasukan gajah abrahah menyerang mekkah untuk menghancurkan ka’bah,
pada tahun 570 M, 12 Rabiul awal. Secara geonologis, ia merupakan ketuunan suku
Quraisy, suku yang terkuat dan berpengaruh di Arab. Secara silsilah Philip K.
Hitti menguraikan sebagai berikut:[1]
2.
Misi
Nabi Muhammad SAW
Secara
historis, perjalanan Nabi Muhammad SAW., sebagai pembawa misi risalah langit,
terbagi dalam tiga periode, yaitu pertama, periode pra-kerasulan, kedua, periode
kerasulan, dan ketiga, pasca-kerasulan.Tahap kedua sejarah kenabian ini diawali
dengan dua kondisi demografis-sosiologis Arab, yakni pada masa makiyyah dan
pada masa madaniyyah. Kehadiran Nabi Muhammad SAW., identik dengan latar
belakang kondisi masyarakat Arab, khususnya orang-orang Mekah.
Para
Nabi dan rasul yang di utus oleh Allah SWT, dilihat dari pendekatan visi dan
misi, dapat dibagi kedalam dua bagian, pertama, Nabi yang hanya membawa doktrin
teologis semata dan Nabi yang membawa doktrin teologis sekaligus membawa
doktrin politis. Doktrin teologis adalah doktrin yang menekankan substansi
moral dalam mempersatukan ideal moral manusia dengan ideal moral Tuhan tanpa
melakukan perubahan social politik sebagai bagian dari proses ideal moral
tersebut, sedangkan Doktrin Teologis Politis adalah doktrin yang mengedepankan
ajakan moral sekaligus berusaha melakukan perubahan system untuk menata
institusi-institusi social dan politik.[2]
Para
nabi yang tergolong pembawa doktrin teologis politis adalah nabi-nabi yang
bergelar Ulul Azmi, Nabi muhammadSAW juga termasuk, karena nabi mengajarkan
nilai islam yang berkenan dengan hal-hal yang bersifat aktensis (keakhiratan),
serta menata kekuatan untuk engambil alih peran kepemimpinan dan pemerintahan
orang-orang Quraisy. Yang sangat dominan terutama di Madinah.
3.
Peradaban
pada Masa Rasulullah SAW.
Peradaban
dan kebudayaan pada masa rasulullah SAW yang paling dahsyat adalah perubahan
social. Ahmad Al-Huraisy, menguraikan bahwa peradaban pada masa Nabi SAW
dilandasi dengan asas-asas yang diciptakan sendiri, di bawah bimbingan wahyu.Di
antaranya sebagai berikut.
-
Pembangunan Masjid Nabawi
-
Persaudaraan antara Kaum
Muhajirin dan Anshar
-
Kesepakatan untuk Saling
Membantu antara Kaum Muslimin dan Non-Muslimin
-
Peletakan Asas-asas
Politik, Ekonomi, dan Sosial
Secara
sistematik, proses peradaban yang dilakukan oleh Nabi SAW. Pada masyarakat
islam di Yastrib adalah: pertama,
mengubah nama Yastrib menjadi Madinah; kedua,
membangun masjid; ketiga, membentuk
kegiatan mu’akhat (persaudaraan); keempat,
membentuk persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama islam;
kelima, membentuk pasukan tentara untuk mengantisipasi gangguan yang dilakukan
oleh musuh.[3]
Mengingat
tentang Piagam Madinah, penulis
menguraikan bahwa dasar-dasar kenegaraan yang terdapat dalam Piagam Madinah yaitu:
-
Umat islam merupakan satu
komunitas meskipun berasal dari suku yang beragam
-
Hubungan antara sesama
anggota komunitas islam dan hubungn dengan komuntas-komunitas yang lain
didasarkan atas prinsip-prinsip: bertetangga baik, saling membantu dalam
menghadapi musuh bersama, membela mereka yang dianiaya, saling menasehati, menghormati
kebebasan beragama.
B.
SEJARAH
ISLAM PADA MASA KHALIFAH ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ
1.
Kelahiran
Abu Bakar Ash-Shiddiq
Abu
Bakar Ash-Shiddiq dilahirkan pada tahun 573 M, ayahnya bernama Utsman (Abu
Kuhafah), sedangkan ibunya bernama Ummu
Al-Khair Salmah. Silsilah Abu Bakar dengan Nabi Muhammad SAW bertemu pada
Murrah bin Ka’bah. Dia adalah orang yang pertama kali masuk islam setelah Islam
ketika Islam mulai didakwakan.
Tercatat
dalam sejarah, dia pernah membela Nabi tatkala Nabi disakiti oleh suku Quraisy,
ketika Rasul Hijrah, membantu kaum yang lemah dan memerdekakannya, seperti
terhadap Bilal, serta setia dalam peperangan dan lain-lain.
Dari
paparan yang telah penulis baca, Abu Bakar Ash-Shiddiq menjadi Khilafah itu
dipilih secara Aklamasi, walaupun ada beberapa tokoh yang tidak ikut
membai’atnya. Dengan terpilihnya Abu Bakar serta pembai’atannya, resmilah
berdiri kekhilafahan pertama di dunia islam.
2.
Pola
Pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq
Sepak
terjang pola pemerintahan Abu Bakar dapat dipahai dari pidato Abu Bakar ketika
ia diangkat menjadi khalifah. Yang menunjukan garis besar politik dan
kebijaksanaan Abu Bakar dalam pemerintahan. Adapun kebijaksanaannya antara
lain:[4]
a. Kebijaksanaan
kepengurusan terhadap agama
b. Kebijaksanaan
kenegaraan
1) Bidang
eksekutif
2) Pertahanan
dan keamanan
3) Yudikatif
4) Sosial
ekonomi.
3.
Penyebaran
Islam pada Masa Abu Bakar
Setelah
berhasil memadamkan pergolakan dalam negeri (terutama memerangi orang-orang
murtad), Khalifah Abu bakar menghadapi kekuatan Persia dan Romawi yang setiap
saat berkeinginan menghancurkan eksistensi Islam. Untuk menghadapi Persia, Abu
Bakar mengirim tentara Islam dibawah pimpinan Khalid bin Walid dan Mutsanna bin
Haritsah dan berhasil merebut beberapa daerah penting di Irak dari kekuasaan
Persia. Serta untuk menghadapi Romawi, Abu Bakar memilih empat panglima Islam
terbaik untuk memimpin beribu-ribu pasukan di empat front, yaitu Amr bin Al-Ash
di front palestina, Yazid bin Abi Sufyan di front Damaskus, Abu Ubaidah di
front Hims, Syurahbil bin Hasanah di front Yordania. Empat panglima ini dibantu
oleh Khalid bin Walid yang bertempur di front Syria. Perjuangan pasukan dan
ekspedisi militer tersebut, baru tuntas pada masa pemerntahan Umar bin
khaththab.
Di
segi lain, Abu Bakar berhasil memobilisasi segala kekuatan yang ada untuk
menciptakan pertahanan dan keamanan Negara Madinah, menggalang persatuan umat
Islam, mewujudkan keutuhan dan keberlangsungan Negara Madinah dan Islam,
menghimpun ayat-ayat Al-Qur’an yan masih berserakan menjadi satu mushaf.
Keberhasilan ini dikarenakan adanya kedisiplinan, kepercayaan, dan ketaatan
yang tinggi terhadap integritas kepribadian dan kepemimpinannya.
4.
Peradaban
pada Masa Abu Bakar
Bentuk
peradaban yang paling besar dan luar biasa dan merupakan satu kerja besar yang
dilakukan pada masa pemerintahan Abu Bakar adalah penghmpunan Al-Qur’an. Abu
Bakar memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untu menghimpun Al-Qur’an dari
pelepah kurma, kulit binatang, dan dari hapalan kaum muslimin. Hal ini
dilakukan untuk menjaga kelestarian Al-Qur’an setelah Syahidnya beberapa orang
penghapal Al-Qu’an pada perang Yamamah.Umarlah yang mengusulkan penghimpunan
dalam satu mushaf ini, serta inilah yang pertama kalinya Al-Qur’an dihimpun.
Selain
itu, peradaban Islam yang terjadi pada praktik pemerintahan Abu Bakar terbagi
beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut.
a) Dalam
bidang pranata social ekonomi adalah mewujudkan keadilan dan kesejahteraan
social rakyat.
b) Praktik
pemerintahan Khalifah Abu Bakar terpenting lainnya adalah mengenai suksesi
kepemimpinan atas inisatifnya sendiri dengan menunjuk Umar bin Khaththab untuk
menggantikan.
Suatu ketika,
tatkala Abu bakar merasa kematiannya telah dekat dan sakitnya semakin parah,
dia ingin memberikan kekhilafahan kepada Umar bin Khaththab. Dia meminta
pertimbangan sahabat-sahabat senior. Mereka semua mendukung pilihan Abu Bakar ,
dia pun menulis wasiat itu, lalu dia membai’at Umar. Beberapa hari setelah itu,
Abu Bakar wafat. Tepatnya pada bulan Jumadil Akhir tahun 13 H./634 M.
C.
SEJARAH
ISLAM PADA MASA KHALIFAH UMAR IBN AL-KHATHTHAB
1.
Kelahiran
Umar ibn Al-Khaththab
Umar
ibn Al-Khaththab dilahirkan pada tahun 583 M. tepatnya di kota Mekah berasal
dari keturunan suku Quraisy yang terpandang dan terhormat. Beliau tiga belas
tahun lebih muda dari Nabi Muhammad SAW., beliau adalah khalifah kedua yang
menggantikan Abu Bakar Ash-Shiddiq, serta dia juga salah seorang sahabat terbesar
sepanjang sejarah sesudah Nabi Muhammad SAW., beliau dikenal sebagai tokoh yang
sangat bijaksana dan kreatif , bahkan genius.Umar bin Khaththab masuk agama
Islam pada bulan Dzulhijjah enam tahun setelah kerasulan Nabi Muhammad SAW.
2.
Masa
Pemerintahan Umar bin Khaththab
Selama
sepuluh tahun pemerintahan Umar (13 H./634 M.-23 H./644 M.), sebagian besar
ditandai oleh penaklukan-penaklukan untuk melebarkan pengaruh Islam ke luar
Arab. Sejarah mencatat, Umar telah berhasil membebaskan negeri-negeri jajahan
Imperium Romawi dan Persia yang dimulai dari awal pemerintahannya, bahkan sejak
pemerintahan sebelumnya.
Factor-faktor
yang melatar belakangi timbulnya konflik antara umat Islam dengan bangsa Romawi
dan Persia yang pada akhirnya mendorong umat islam mengadakan penaklukan negeri
Romawi dan Persia, serta negeri-negeri jajahannya karena:[5]
a) Bangsa
Romawi dan Persia tidak menaruh hormat terhadap maksud baik islam
b) Semenjak
Islam masih lemah, Romawi dan Persia selalu berusaha menghancurkan islam
c) Bangsa
Romawi dan Persia sebagai Negara yang subur dan terkenal kemakmurannya, tidak
berkenan menjalin hubungan perdagangan dengan negeri-negeri Arab
d) Bangsa
Romawi dan Persia bersikap ceroboh menghasut suku-suku Badui untuk menentang
pemerintahan Islam dan mendukung musuh-musuh Islam
e) Leta
geografis kekuasaan Romawi dan Persia sangat Strategis untuk kepentingan
keamanan dan pertahanan Islam
Semenjak
penaklukan Persia dan Romawi, pemerintah Islam menjadi adikuasa dunia yang
memiliki wilayah kekuasaan yang luas, meliputi Semenanjung Arabia, Palestina,
Syria, Irak, Persia, dan Mesir.
3.
Peradaban
pada Masa Khalifah Umar bin Khaththab
Peradaban
yang paling signifikan pada masa Umar bin Khaththab, selain pola administratif
pemerintahan, peperangan dan sebagainya adalah pedoman dalam peradilan.
Pemkiran Khalifah Umar bin Khaththab khususnya dalam peradilan yang masih
berlaku sampai sekarang di kutip M.Fauzan,[6]
sebagai berikut.
Naskah Asas-asas
Hukum Acara
a) Kedudukan
lembaga peradilan
b) Memahami
kasus persoalan, baru memutuskan
c) Samakan
pandangan anak kepada kedua belah pihak dan berlaku adillah
d) Kewajiban
pembuktian
e) Lembaga
damai
f) Penundaan
persidangan
g) Kebenaran
dan keadilan adalah masalah universal
h) Kewajiban
menggali hokum yang hidup dan melakukan penalaran logis
i) Orang
islam haruslah berlaku adil
j) Larangan
bersidang ketika sedang emosional
Sebelum
meninggal, ‘Umar telah memanggil tiga calon penggantinya, yaitu Utsman, ‘Ali,
dan Sa’ad bin Abi Waqqash. Dalam pertemuan dengan mereka secara bergantian,
Umar berpesan agar penggantinya tidak mengangkat kerabat sebagai pejabat.Di
samping itu, Umar telah membentuk dewan formatur yang bertugas memilih
penggantinya kelak.
D.
SEJARAH
ISLAM PADA MASA KHALIFAH UTSMAN BIN AFFAN
1.
Kelahiran
Utsman bin Affan
Utsman
bin Affan dilahirkan pada tahun 576 M. enam tahun setelah penyerangan ka’bah
oleh pasukan bergajah atau enam tahun setelah kelahiran Rasulullah SAW. Utsman
bin Affan masuk Islam pada usia 30 tahun oleh ajakan Abu Bakar. Sesaat setelah
masuk Islam, ia sempat mendapatkan siksaan dari pamannya, Hakam bin Abil Ash.
Beliau
juga termasuk orang yang shaleh ritual dan social, selain itu dia juga termasuk
muhajir pertama yang ke Yastrib.Serta pada zaman Nabi Muhammad SAW. , Khalifah
Utsman bin Affan sering mengikuti peperangan, diantaranya Perang Uhud, Khaibar
pembebasankota Mekah, Perang Thaif, Hawazin, dan Tabuk. Tetapi ketika Perang
Badar, Utsman tidak bisa ikut.Karena Rasulullah menyuruhnya untuk menunggu
istrinya yang sedang sakit. Utsman juga dijuluki sebagai dzun nurain, karena
menikahi dua putrid Rasulullah SAW. secara berurutan setelah yang satu meninggal,
yakni Ruqayyah dan Ummu Kulsum.
2.
Masa
Pemerintahan Khalifah Utsman
Masa
Pemerintahan Utsman bin Affan termasuk yang paling lama dibandingkan dengan
Khalifah lainnya, yaitu selama 12 tahun. Pada awal pemerintahannya atau
kira-kira 6 tahun pemerintahannya penuh dengan prestasi.
Upaya
yang dilakukan dalam perluasan pemerintahan Islam telah mencapai Asia dan
Afrika, seperti daerah Heart, Kabul, Ghazni, dan juga Asia tengah, juga
Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia.dan
berhasil menumpas pemberontakan yang dilakukan orang Persia. Dalam bidang social
budaya, ia telah membangun bendungan besar untuk mencegah banjir dan mengatur
pembagian air ke kota. Membangun jalan, jembatan, masjid, rumah penginapan para
tamu dalam berbagai bentuk, serta memperluas masjid Nabi di Madinah.
Selain
itu, dalam pemerintahan ini juga terjadi peperangan, yaitu Perang Zatis Sawari “Perang Tiang Kapal” suatu peperangan di
tengah lautan.Yang mana, belum pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. ,
Khalifah Abu Bakar, dan Khalifah Umar bin Khaththab. Peperangan itu dilakukan di
Laut Tengah dekat kota Iskandariyah, antara tentara Romawi dibawah pimpinan
Kaisar Constantine dengan laskar kaum muslimin di bawah pimpinan Abdullah bin
Abi Sarah, umat Islam mengerahkan kurang lebih 200 kapal.
Setelah
melewati masa yang penuh dengan prestasi, pada paruh terakhir khalifah
mengalami pemberontakan dan pembangkangan didalam dan diluar negeri.
Pemberontakan dan pembangkangan ini menyebabkan tewasnya khalifah Utsman bin
Affan wafat, yaitu pada tahun 35 H.
3.
Peradaban
pada Masa Khalifah Utsman bin Affan
Karya
besar monumental Khalifah Utsman bin Affan adalah membukukan mushaf Al-Qur’an.
Pembukuan ini didasarkan atas alasan dan pertimbangan untuk mengakhiri
perbedaan bacaan di kalangan umat Islam yang diketahui pada saat ekspedisi
militer ke Armenia dan Azerbaijan. Pembukuan ini dilaksanakan oleh suatu kepanitiaan yang
diketuai oleh Zaid bin Tsabit.
Selain
itu, Khalifah Utsman adalah Khalifah yang sangat memperhatikan kemaslahatan
publik sebagai bentuk dari manifestasi kebudayaan masyarakat. Itu terbukti
dengan adanya pembangunan berbagai
sarana umum yang telah ia lakukan. Seperti, pembangunan daerah-daerah
pemukiman, jembatan, jalan, masjid, wisma tamu, pembangunan kota-kota baru yang
kemudian tumbuh pesat. Serta semua jalan yang menuju ke Madinah dilengkapi
dengan Khalifah dan Fasilitas bagi para pendatang, masjid Nabi di Madinah di
perluas, tempat persediaan air di bangun di Madinah serta di kota-kota padang
pasir dan di lading-ladang peternakan unta dan kuda.[7]
E.
SEJARAH
ISLAM PADA MASA KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB
1.
Kekhalifahan
Ali bin Abi Thalib
Ali
adalah putra Abi Thalib bn Abdul Muthalib.Ia adalah sepupu Nabi Muhammad SAW.
yang kemudian menjadi menantunya karena menikahi puteri Nabi Muhammad SAW.,
Fatimah, ia telah ikut dengan Rasulullah SAW. sejak bahaya kelaparan di Mekah
dan tinggal di rumahnya. Ali masuk islam ketika Nabi menerima wahyu yang
pertama, saat itu ia masih berusia sangat muda yakni 13 tahun. (menurut
A.M.Saban), sedangkan menurut Mahmudunnasir, Ali berumur 9 tahun.
Ali
bin Abi Thalib dikenal sebagai seorang yang pandai dan bijaksana, serta ia juga
termasuk salah seorang yang baik dalam memainkan pedang dan pena, bahkan ia
juga di kenal sebagai orator. Ketika zaman Rosulullah ia mengikuti hampir semua
peperangan saat itu.
Pada
saat pemerintahannya, hal pertama yang dilakukan yaitu menarik kembali semua
tanah yang telah dibagikan Khalifah Utsman kepada kaum kerabatnya kepada
kepemilikan Negara dan mengganti semua gubernur yang tidak disenangi rakyat, di
antaranya Ibnu Amir penguasa Bashrah diganti Utsman bin Hanif, Gubernur Mesir
yang dijabat oleh Abdullah diganti oleh Qays, Gubernur Suriah Muawiyah juga
diminta untuk meletakkan jabatan, tetapi menolak, bahkan ia tidak mengakui
kekhalifahan Ali.
Pemerintahan
Khalifah Ali dapat dikatakan sebagai pemerintahan yang tidak stabil. Itu di
karenakan adanya pemberontakan dari kaum muslimin sendiri. Pemberontakan itu
diantaranya dating dari Thalhah dan Zubair, Siti Aisyah dan Muawiyah.Serta terjadi pula pemberontakan-pemberontakan di
Bashrah, Mesir, dan Persia. Pada saat pemberontakan
itu banyak Umat Islam yang meninggal.
2.
Peristiwa
Tahkim pada Masa Ali bin Abi Thalib
Konflik politik antara Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah
bin Abi Sufyan diakhiri dengan tahkim. Dari pihak Ali bin Abi Thalib Mengutus
Abu Musa Al-Asy’ari. Sebaliknya dari pihak Muawiyah bin Abi Sufyan mengutus Amr
bin Ash. Dalam tahrim tersebut, pihak Ali bin Abi Thalib dirugikan oleh pihak
Muawiyah bin Abi Sufyan karena kecerdikan Amr bin Ash yang dapat mengalahkan
Abu Musa Al-Asy’ari.[8]
Di samping itu, akibat dari peristiwa tahkim tersebut
menyebabkan sebagian pengikut Ali tidak setuju, dan mereka keluar dari barisan
Ali, kemudian merka menjadikan Nahrawan sebagai markasnya serta terus-menerus
merongrong pemerintahan Ali. Golongan yang keluar dari barisan Ali ini disebut
Khawarij. Kerepotan khalifah dalam menyelesaikan kaum Khawarij ini digunakan
Muawiyah untuk merebut Mesir. Padahal kota Mesir adalah sumber kemakmuran dan
ekonomi dari pihak Ali.
Akibat terjadinya berbagai macam pemberontakan serta
masalah-masalah lainnya, hal ini membuat Khalifah Ali menyetujui perdamaian
dengan Muawiyah. Penyelesaian melalui kompromi dengan Muawiyah itu sebenarnya
merupakan kegagalan bagi Ali.
Dan pada tanggal 24 Januari 661 M/ 17 Ramadhan 40 H.,
ketika Ali sedang dalam perjalanan menuju Masjid Kufah, ia terkena hantaman
pedang beracun di dahinya. Pedang yang mengenai otaknya tersebut diayunkan oleh
seorang pengikut kelompok Khawarij, Abd Ar-Rahman ibn Muljam, yang ingin
membalas dendam atas kematian keluarga seoramg wanita, temannya, yang terbunuh
di Nahrawan. Tempat terpencil di dekat Kufah yang menjadi makam Ali, kini
Masyhad Ali di Najaf, berkembang menjadi salah satu pusat ziarah terbesar dalam
agama islam.
F.
MASA
KEMAJUAN DAN KEMUNDURAN ISLAM
Abu
Bakar menjadi khalifah pada tahun 632 M., tetapi dua tahun kemudian meninggal
dunia. Masanya yang singkat itu dipergunakan untuk menyelesaikan Perang Riddah,
yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tuduk lagi kepada
Madinah. Meraka menentang khalifah Abu Bakar. Khalid ibn Al-Walid adalah
jendral yang banyak jasanya dalam mengatasi Perang Riddah ini. Setelah selesai
perang dalam negeri tersebut barulah, Abu Bakar mengirim kekuatan-kekuatan
keluar Arabia. Khalid ibn Al-Walid dikirim ke Irak dan dapat menguasai Al-Hirah
pada tahun 634 M. Adapun ke Suria dikirim tentara dibawah pimpnan tiga jendral,
Amr Ibn Al-Ash, Yazid Ibn Abi Sufyan, Syurahbil Ibn Hasanah.
Usaha-usaha
Abu Bakar itu kemudian dilanjutkan oleh Khalifah kedua, Umar Ibn Al-Khaththab
(634-644 M.). pada zaman itulah, gelombang ekspansi pertama terjadi, kota
Damaskus jatuh pada tahun 635 M. dan setahun kemudian, setelah tentara
Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, daerah suria jatuh ke bawah kekuasaan
Islam. Dengan memakai Suria sebagai basis, ekspansi diterusan ke Mesir dan
Irak. Babilon di Mesir dikepung pada tahun 640 M. sementara itu, tentara
Bizantium di Heliopolis dikalahkan, kemudian Alexandria menyerah pada tahun 641
M.
Dengan
demikian, Mesir jatuh pula ke tangan Islam. Tempat perkemahan Amr Ibn Al-Ash
yang terletak di luar tembo Babilon, menjadi ibu kota dengan nama
Al-Fushthat. Al-Qashidiyah, suatu kota
dekat Al-Hiroh, Irak jatuh pada tahun 637 M. dan dari sana serangan dilanjutkan
ke Al-Madain (Ctesiphon), ibukota Persia, yang dapat dikuasai pada tahun itu
juga. Ibukota baru bagi daerah ini adalah Al-Khufah. Dengan adanya gelombang
ekspandisi pertama, kekuatan Islam dibawah Khalifah Villar, selain semenanjung
Arabia, telah meliputi juga Palestina, Suria, Irak, Persia, dan Mesir.[9]
Pada
zaman Utsman Ibn Affan (644-656 M.) Tripoli, Ciprus, dan daerah lain dikuasai,
tetapi gelombang ekspandisi pertama berhenti sampai di sini. Dikalangan umat
Islam mulai terjadi perpecahan karena soal pemerintahan dan dalam kekacauan
yang timbul, Utsman terbunuh.
Sebagai
pengganti Utsman, Ali Ibn Abi Thalib menjadi Khalifah keempat (656-661 M.),
tetapi ia mendapat tantangan dari pihak pendukung Utsman, terutama Muawiyah,
Gubernur Damaskus. Konflik antara Ali Ibn Abi Thalib dan Muawiyah Ibn Abi
Sufyan diakhiri dengan tahkim.
Setelah
Ali terbunuh, kepemimpinan dilanjutkan oleh Bani Umayah. Dinasti Bani Umayah
yang didirikan oleh Muawiyah berumur kurang lebih 90 tahun dan pada zaman ini, ekspansi yang terhenti
pada zaman kedua Khalifah terakhir dilanjutkan kembali.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Secara historis, perjalanan Nabi Muhammad
SAW., sebagai pembawa misi risalah langit, para Nabi dan Rosul yang di utus
oleh Allah SWT, dilihat dari pendekatan visi dan misi, dapat dibagi kedalam dua
bagian, pertama, Nabi yang hanya membawa doktrin teologis semata dan kedua,
Nabi yang membawa doktrin teologis sekaligus membawa doktrin politis. peradaban
pada masa Nabi SAW dilandasi dengan asas-asas yang diciptakan sendiri, di bawah
bimbingan wahyu.
Setelah Nabi Muhammad SAW wafat pada tahun
632 M., seluruh semenanjung Arabia telah tunduk ke bawah kekuasaan Islam.
Ekspansi ke daerah-daerah di luar Arabia dimulai pada zaman Khalifah pertama,
Abu Bakar Al-Shiddiq, kemudian di lanjutkan oleh Khalifah yang kedua, Umar Ibn
Al-Khaththab. Pada zaman itulah gelombang ekspansi pertama terjadi.
Setelah itu di lanjutkan oleh Khalifah
yang ketiga, yaitu Utsman Ibn Affan. Meski dalam kepemimpinannya mampu
menguasai beberapa daerah, tetapi gelombang ekspansi pertama berhenti sampai
disini. Di kalangan umat Islam mulai terjadi perpecahan karena soal
pemerintahan dan dalam kekacauan yang timbul Khalifah Utsman Ibn Affan
terbunuh.
Sebagai pengganti Khalifah Utsman Ibn
Affan, Ali Ibn Abi Thalib menjadi Khalifah keempat, akan tetapi ia mendapat
tantangan dati pihak pendukung Utsman, terutama Muawiyah (Gubernur Damaskus).
Konflik politik antara Ali Ibn Abi Thalib dengan Muawiyah Ibn Abi Sufyan
diakhiri dengan tahkim. Khalifah Ali wafat pada tanggal 17 Ramadhan 40 H.
bertepatan dengan tahun 661 M.
DAFTAR PUSTAKA
Dedi Supriadi “SEJARAH PERADABAN ISLAM” Bandung:
Pustaka Setia 2008
Badri Yatim “SEJARAH PERADABAN ISLAM” Jakarta: Raja
Grapindo Persada 2008
Nurcholis Majid “Kedaulatan Rakyat: Prinsip Kemanusiaan dan
Musyawarah pada Masyarakat Madani” Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2008
Suyuti Pulungan “Fiqh Siyasah Ajaran, Sejarah dan Pemikiran”
Jakarta: Rajawali Press 1994
M. Fauzan “Pokok-pokok Hukum Acara Perdata Peradilan
Agama dan Mahkamah Syar’iyah di Indonesia” Jakarta: Kencana 2005
Jaih Mubark &
Atang Abd. Hakim “Metodelogi Hukum Islam”
Bandung: Rosdakarya 2000
[1] Dedi Supriadi “SEJARAH PERADABAN ISLAM” Bandung: Pustaka Setia 2008,
Hal 59
[2] Badri Yatim “SEJARAH PERADABAN ISLAM” Jakarta: Raja Grapindo
Persada 2008, Hal 17
[3] Nurcholis Majid “Kedaulatan Rakyat: Prinsip Kemanusiaan dan
Musyawarah pada Masyarakat Madani” Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2008, Hal 80
[4] Suyuti Pulungan “Fiqh Siyasah Ajaran, Sejarah dan Pemikiran”
Jakarta: Rajawali Press 1994, Hal 112
[5] Dedi Supriyadi “SEJARAH PERADABAN ISLAM” Bandung: Pustaka Setia
2008, Hal 82
[6] M. Fauzan “Pokok-pokok Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan
Mahkamah Syar’iyah di Indonesia” Jakarta: Kencana 2005, Hal 93-94
[7] Suyuthi pulungan “ Fiqh Siyasah Ajaran, Sejarah dan Pemikiran”
Jakarta: Rajawali Press 1994, Hal 147
[8] Nurcholis Madjid “Kedaulatan Rakyat: Prinsip Kemanusiaan dan
Musyawarah dalam Masyarakat Madani” Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2000, Hal 269
[9] Jaih Mubark & Atang Abd. Hakim “Metodelogi Hukum Islam”
Bandung: Rosdakarya 2000, Hal 144
No comments:
Post a Comment