BAB
I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Nabi Muhammad SAW mensyiarkan agama
islam dengan keihklasan mengharap keridhoan dari Allah dan mengharap agar umat
islam senantiasa dalam lindungan Allah SWT.
Dari zaman ke zaman, agama islam adalah agama yang terjaga kesucian dan
kesempurnaaannya, karena agama islam adalah agama yang paling di ridhoi oleh
Allah, agama yang dengannya kita dapat senantiasa dalam kasih sayang Allah SWT.
Agama islam adalah agama berpengetahuan dan agama yang penuh dengan jejak
penelitian, penelitian tentang agama mampu membawa kita dalam renungan hati
yang menghubungkan dalam hablum minannas, dengan penelitiaan agama pu;a kita
dapat menyetarakan kehidupan kita dengan kehidupan yang syar’i.
Penelitian agama dapat
dikatakan sangatlah perlu, dan sangat diutamakan daripada penelitian tetntang
pengetahuan yang lain, karena dengan penelitian agama, akan dapat menterkaitkan
antara pengetahuan satu dengan pengetahuan yang lain.
Dalam Al-Qur’an begitu banyak pengetahuan umum dan pengetahuan yang
lainnya, maka dari itu dengan penelitian agama, kita dapat memperlajari
Al-Qur’an yang di dalamnya terdapat pengetahuan yang begitu luas, beserta
penelitian-penelitian yang mungkin penelitian-penelitian itu sudah terdapat
dalam buku atau susunan pengetahuan yang ada.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Penelitian
Agama
Konsep penelitian
agama bisa menimbulkan beberapa pengertian. Pertama, penelitian agama berarti
mencari agama atau mencari kebenaran suatu agama dalam rangka menemukan agama
yang dianggap paling benar. Dalam pengertian ini penelitian agama berart mencari kebenaran substansi bawasanya agama
dilakukan para nabi, pendiri, atau pembaru suatu agama.
Kedua, peneelitian
agama berarti metode untuk mencari kebenaran agama atau usaha menemukan dan
memahami agama sebagai realita dan bagai mana penyikapan terhadap realita
tersebut, secara metodologi agama di jadikan sebagai fenomena yang RiiL bawasanya penelititan agama sebagai
doktrin yang berfockus pada substansi yang didasari keyakinan atas kebenaran
agama itu sendiri sebab realita realita social di anggap sebagai norma – norma
suci yang mengikat perilaku apabila norma itu di sakralkan dan di yakini dari
alloh S.W.T.
Ketiga penelitian agama
berarti meneliti fenomena social yang di timbulkan oleh agama dan penyikapan
masyarakat dalam agama islam, yang pertama yaitu : fenomena social yang
ditimbulkan oleh agama berupa struktur social, pranata social, dan dinamika
social masyarakat, yang kedua : penyikapan masyarakat terhadap agama seperti
pola pemahaman, sterotype komitmen
dan tingkat keberagamaan dan perilaku sebagai manifestasi keyakinan doktrin
agama, dan dari pola pemahaman agama, muncul skripturalime fundamentalis,
moderenisme dan tradisionalisme, sebagai akademis penelitian agama
masyarakatkan objek, metide dan sistematika yang bisa di pertanggung jawabkan secara
ilmiah. Karena itu konsep penelitian agama baru, agama yang benar karena semua
itu bukan tugas metodologi penelitian agama melainkan filsafat agama, dan
penelitian agama adalah pengkajian kademis terhadap agama sebagai realita
social, yang baik berupa teks,pranata social perilaku social yang lahir atau
sebagai perwujudan kepercayaan yang suci.
B.
Objek
Penelitian agama
Objek penelitian
agama adalah ajaran keberagaman. Ajaran adalah teks tulisan atau lisan yang
menggambargan doktrin teologis simbol, norma, dan etika yang harus di pahami,
diyakini, disosialisasikan, diamalkan dan di lembagakan dalam kehidupan. Sedangkan
keberagaman adalah fenomena social yang diakibatkan oleh agama.
1. Penelitian
Agama Yang Bersifat Teologis
Penelitian study agama yang bersifat
normative yang bertolak pada paradigm teologi dan iman, yaitu penelitian yang
didasari ataukepercayaan oleh doktrin ajaran agama bersumber dari wahyu dan
bertujuan untuk menjelaskan kebenaran atau mencari “Yang Lebih Benar” dari agam
tiu sendiri. Study agama bersfat normatif ini sikap apologetika: menrima begitu
saja kenyataan agama, tanpa melakukan penyelidikan sebab – sebab dan asal
usulnya.
2. Agama
Yang Bersifat Empiris
Sebgaimana
metode bergantung pada objek nya, sedangkan objek penelitian agama yang
bersifat empiris seperti teks kitab suci, teks pemikiran para ulama,feneomena
kebreragamaan, struktur dinamika masyarakat beragamadi kaji dengan pendekatan
ilmu-ilmu social seperti sejarah sosiologi psoklogi dan hermeneutika.
Penelitian dipandang sebagai kegiatan ilmiah karena
menggunakan metode keilmuan, yakni gabungan antara pendekatan rasional dan
pendekatan empiris. Pendekatan rasional memberikan kerangka pemikiran yang
koheren dan logis.Sedangkan pendekatan empiris merupakan kerangka pengujian
dalam memastikan kebenaran. Metode ilmiah adalah usaha untuk mencari jawaban sistematis.
Kriteria metode ilmiah, adalah sebagai berikut.
1.
Berdasarkan
fakta.
2.
Bebas
dari prasangka.
3.
Menggunakan
prinsip-prinsip analisis.
4.
Menggunakan
hipotesis.
5.
Menggunakan
ukuran objektif.
6.
Menggunakan
teknik kuantitatif.
C.
Realitas
Sosial dalam Penelitian Sosial-Agama
Realitas sosial dapat
dibedakan dalam dua kategori: pertama,
realitas dalam alam kotrat atau alam anorganik
(fisik/ilmu kealaman dan realita dalam alam organik/ alam hayat
(biologi). Realitas dalam kedua alam ini bersifat empiris, kuantitatif,
materialistic, dan rasionalistik. Kedua,
realitas dalam gejalah-gejalah sosial budaya
(termasuk gejalah keberagamaan). Ini merupakan gejala super organic yang
bersifat abstrak dan tak teraba.
Gejalah-gejalah
sosial-agama seperti budaya manusia dal;am bertuhan, kohesi kelompok dalam
organisasi keagamaan, merupakan gejalah yang abstrak dan verbalisme. Semua
gejalah keagamaan itu tidak sekadar dilihat bentuk, frekuensi, pola, adalah
pemaknaannya. Karena itu, realitas sosial dalam studi-studi sosial pada
galibnya lebih banyak bergumul dengan konsep-konsep atau konstruksi sosial.
Persoalan yang muncul
adalah bagaimana cara mendefisikan realitas sosial ke dalam suatu konsep.
Pembuatan konsep sangat penting, karena perbedaan konsep akan menghasilkan
perbedaan temuan data, dan perbedaan
temuan data akan mengakibatkan perbedaan hasil analisis yang disebut
kesimpulan. Paradigma kaum strukturalis menyatakan bahwa penelitian yang
berdasarkan kepakaran atau berdasarkan teori-teori yang ada, mestinya harus
mengenali, mendefinisikan dan memformulasikan konsepnya.
Adapun paradigma
kaum fenomenologi/interaksionis menyatakan bahwa konsep yang harus dipakai
untuk menyatakan secara definitif terhadap suatu objek haruslah menurut pelaku
sosial sebagai realitas. Kaum strukturalis memandang pelaku emandang pelaku
manusia dari perspektif luar dan kaum fenomenologis memandang pelaku manusia
dari perspektif dalam dan bersifat to
learn from the people. Etos ilmu pengetahuan sosial adalah mencari
kebenaran objektif, yaitu untuk mencari kebenaran tentang realitas. Menurut
kaum strukturalis, realitas dan objektivitas itu di tentukan oleh penelitian
berdasarkan tori yang ada. Menurut kaum fenomologis, realitas sosial itu
sesungguhnya adalah structural kognitif seseorang atau sejumlah orang dan
berada di alam imajinasi, pikiran, perasaan, dan cita.
E. Pentingnya Metodologi
Metodologi
adalah masalah yang sangat penting dalam sejarah pertumbuhan ilmu. Ali
Syari’ati (1933-1977), seorang sarjana iran yang meninggal di rantau, yakni
inggris menyatakan bahwa factor utama yang menyebabkan kemandegan dan stagnasi
dalam pemikiran, peradapan dan kebudayaan yang berlanggsung selama seribu tahun
di eropa pada abad pertengahan adalah metode
pemikiran analogi dari Aristoteles.
Metode
berperan penting dalam kemajuan atau kemunduran. Yang mengakibatkan stagnasi
dan masa bodoh atau bergerak kemajuan adalah karena metode penelitian, karena
cara melihat sesuatu bukan karena ada atau tidaknya orang jenius. Francis Bacon
adalah ahli filsafat dan negarawan inggris. Saham terbesar di bidang ilmu
pengetahuan adalah metode induktif dari ilmu eksperimen modern. Sedangkan Roger
Bacon adalah ahli filsafat skolatik inggris. Pada zaman modern ini selalu di
peringati karena perhatiaannya pada ilmu-ilmu alam, eksperimen dan observasi
langsung. Ia mengganggap sains adalah pelengkap dan tidak bertentangan. Sejarah
peradapan yunani melahirkan banyak jenius berkumpul dalam satu tempat di abad
ke empat dan ke lima sebelum masehi. Sejarah umat manusia sangat terpengaruh
oleh pemikiran mereka.
Metode
yang tepat adalah masalah pertama yang harus diusahakan dalam berbagai cabang
ilmu pengetahuaan. Kewajiban pertama bagi setiap penelitian adalah memilih
metode yang paling tepat untuk riset dan penelitiannya.
F. Metedologi Ilmu Agama
Islam
Dalam
mempelajari dan mengetahui agama islam kita kenal metode-metode barat yang
meneliti islam, yaitu metode naturalistic, psikologis atau sosiologis. Islam
bukan agama yang hanya di dasarkan pada intuisi mistis manusia dan terbatas
pada hubungan antara manusia dengan tuhan. Dimensi lain dari agama islam adalah
masalah kehidupan manusia di bumi. Metode yang selama ini digunakan dalam ilmu
manusia, harus digunakan untuk mempelajari dimensi ini. Islam adalah agama,
maka selain memahami Tuhan dengan menggunakan metode filsafat, membahas
kehidupan manusia di bumi dengan menggunakan metode ilmu manusia, dan
mempelajari masyarakat dan peradapan dengan metode historis dan sosiologis.
Mempelajari
islam dengan segala aspeknya tidak cukup dengan metode ilmiah saja-metode
filsafat, ilmu manusia, sejarah dan sosiologi. Memahami islam dengan segala
aspeknya itu tidak bisa hanya secara doktriner saja. Selama ini pendekatan
terhadap agama islam masih sangat pincang. Ahli-ahli ilmu pengetahuan termasuk
dalam hal ini para orientalis mendekati islam dengan metode ilmiah. Akibatnya
adalah meski penelitiannya itu menarik tetapi sebenarnya mereka tak mengerti
secara utuh. Yang mereka ketahui adalah hanya eksternalitas dari islam saja.
Sebaliknya opera ulama sudah memahami islam secara doktriner dan dogmatis, yang
sama sekali tidak dikaitkan dengan kenyataa-kenyataan yang hidup didalam
masyarakat. Akibatnya adalah penafsirannya tidak dapat diterangkan dalam
masyarakat.
G. Kedudukan Penelitian
Agama di antara Penelitian Lain
Pada
dasarnya penelitian agama sejajar atau sebanding dengan penelitian-penelitian
non agama. Yang membedakan hanyalah objek kajian yang ditelitinya, yakni bahan
referensi penelitian itu sendiri baik agama maupun non agama dan ruang lingkup
diantara keduanya. Penelitian agama juga merupakan penelitian yang sering
diperdebatkan, karena posisi agama tersebut adalah kebenaran mengapa harus
diteliti. Hakikatnya agama diteliti untuk mendapatkan kebenaran yang mutlak
terhadap suatu masalah yang diteliti.
H. Konstruksi Teori
Penelitian Agama
Dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S.
Poewardaminta mengartikan konstruksi adalah cara membuat (menyusun)
bangunan-bangunan dan dapat pula berarti susunan dihubungan kata dikalimat atau
kelompok kata.[1]
Sedangkan tori berarti pendapat yang dikemukakan sebagai suatu keterangan
mengenai suatu peristiwa (kejadian), dan berarti pula asas-asas dan hukum-hukum
umum yang menjadi dasar suatu kesenian atau ilmu pengetahuan. Teori juga dapat
berarti pendapat, cara-cara dan aturan-aturan untuk melakukan sesuatu.[2]
Dalam
ilmu penelitian teori-teori itu pada hakikatnya merupakan pernyataan mengenai
sebab akibat atau mengenai adanya suatu hubungan positif antara gejala yang
diteliti dari satu atau beberapa faktor tertentu dalam masyarakat. Jadi
“konstruksi teori” adalah susunan atau bangunan dari suatu pendapat, asas-asas
atau hokum-hukum mengenai sesuatu yang antara satu dan yang lainnya saling
berkaitan sehingga membentuk suatu bangunan.
Penelitian (research) yang dilahirkan oleh dunia pengetahuan mengandung
implikasi-implikasi yang bersifat ilmiah, oleh karena itu hal tersebut
merupakan proses penyelidikan yang berjalan sesuai dengan ketetapan-ketetapan
dalam ilmu pengetahuan tentang penelitian. Tujuan pokok dari kegiatan
penelitian adalah mencari kebenaran-kebenaran obyektif yang disimpulkan melalui
data-data yang terkumpul. Kebenran-kebenaran yang obyektif yang diperoleh kemudian
digunakan sebagai dasar atau landasan untuk pembaharuan, perkembangan atau perbaikan
dalam masalah-masalah teoritis dan praktis bidang-bidang pengetahuan yang
bersangkutan.[3]
Dengan demikian penelitian mengandung arti
upaya menemukan jawaban dalam sejumlah masalah berdasarkan data-data yang
terkupul. Pada hakikatnya penelitian dapat dirumuskan sebagai penerapan
pendekatan ilmiah pada pengkajian suatu masalah yang terjadi dimasyarakat.
Suatu penyelidikan harus melibatkan pendekatan ilmiah, agar dapat digolongkan
sebagai penelitian.[4]
Berikutnya adalah pengertian agama. Menurut
para ahli agama sangat sulit untuk di definisikan dan banyak pula para ahli
yang mencoba mendefinisikan agama tetapi hasilnya tidak memuaskan karena tidak
diperoleh hasil yang seragam. R.R. Marett seorang ahli antropologi mengatakan,
bahwa agama adalah yang paling sulit dari semua pendekatan untuk didefinisikan
karena agama menyangkut lebih dari fikiran, yaitu perasaan dan kemauan.
J.G. Frazer berpendapat bahwa agama adalah
suatu ketundukan atau penyerahan diri kepada kekuatan yang lebih tinggi
daripada manusia yang dipercaya mengatur dan mengendalikan jalannya alam dan
kehidupan manusia. Harun Nasution guru besar ilmu filsafat dan teologi islam
berpendapat agama mengandung arti ikatan-ikatan yang harus dipegang dan
dipatuhi manusia. Ikatan ini mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap
kehidupan manusia sehari-hari. Ikatan ini berasal dari suatu kekuatan yang
lebih tinggi dari manusia.[5]
Agama merupakan elemen yang sangat penting
dalam kehidupan umat manusia sejak zaman prasejarah hingga modern sekarang ini
dapat dilihat dari dua segi yaitu segi bentuk dan isinya. Jika dilihat dari
segi bentuk agama dapat dipandang sebagai kebudayaan batin manusia yang
mengandung potensi psikologis yang mempengaruhi jalan hidup manusia. Dan jika
dilihat dari segi isinya agama adalah ajaran atau wahyu tuhan yang dengan
sendirinya tak dapat dikategorikan sebagai kebudayaan.
Dari uraian diatas kegiatan penelitian
terhadap agama budaya dapt dilakukan baik terhadap isinya maupun bentuknya
sedangkan penelitian terhadap agama samawi hanya dapat dilakukan terhadap
bentuknya atau prakteknya yang Nampak dalam kehidupan social dan bukan terhadap
isinya.
Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat kita simpulkan bahwa “kontruksi
teori” penelitian agama adalah suatu upaya memeriksa, mempelajari, meramalkan
dan memahami secara seksama susunan atau bangunan dasar-dasar atau hokum-hukum
dan ketentuan lainnya yang diperlukan untuk melakukan penelitian terhadap
bentuk pelaksanaan ajaran agama sebagai dasar pertimbangan untuk mengenbangkan
pemahaman ajaran agama sesuai tuntutan zaman.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Penelitian agama berarti mencari agama atau
mencari kebenaran suatu agama dalam rangka menemukan agama yang dianggap paling
benar.
2. Peneelitian
agama berarti metode untuk mencari kebenaran agama atau usaha menemukan dan
memahami agama sebagai realita dan bagai mana penyikapan terhadap realita
tersebut.
3. penelitian
agama berarti meneliti fenomena social yang di timbulkan oleh agama dan
penyikapan masyarakat dalam agama islam.
4. Penelitian
dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Penelitian agama yang
bersifat teologis
b. Penelitian agama yang
bersifat empiris
5. “kontruksi
teori” penelitian agama adalah suatu upaya memeriksa, mempelajari, meramalkan
dan memahami secara seksama susunan atau bangunan dasar-dasar atau hokum-hukum
dan ketentuan lainnya yang diperlukan untuk melakukan penelitian terhadap
bentuk pelaksanaan ajaran agama sebagai dasar pertimbangan untuk mengenbangkan
pemahaman ajaran agama sesuai tuntutan zaman.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah, T. Karim, M.R. (ed.)
Metodologi Penelitian Agama Sebuah Pengantar,
Jogyakarta:
Tiara Wacana,1989
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya,
jilid I, (Jakarta:UI Press, 1979)hlm,
10
Abbudin
Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada
[1] W.J.S. Poerwadaminta, Kamus
Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991)
[2] Ibid, hlm 1055
[3] H.M. Arifin, Kapita Selekta
Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta: Bumi Aksara, 1993)
[4] Donald Ary, dkk.,Pengantar
penelitian dalam pendidikan, (terj.)Arief Furcan, dari judul asli Introduction to Research in Education,(Surabaya:
Usaha Nasional), hlm.44
[5] Harun Nasution, Islam
Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, jilid I, (Jakarta:UI Press, 1979)hlm, 10
No comments:
Post a Comment