Monday, November 12, 2018

Islam dan Penelitian Agama


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LatarBelakang
Nabi Muhammad SAW mensyiarkan agama islam dengan keihklasan mengharap keridhoan dari Allah dan mengharap agar umat islam senantiasa dalam lindungan Allah SWT.  Dari zaman ke zaman, agama islam adalah agama yang terjaga kesucian dan kesempurnaaannya, karena agama islam adalah agama yang paling di ridhoi oleh Allah, agama yang dengannya kita dapat senantiasa dalam kasih sayang Allah SWT.
Agama islam adalah agama berpengetahuan dan agama yang penuh dengan jejak penelitian, penelitian tentang agama mampu membawa kita dalam renungan hati yang menghubungkan dalam hablum minannas, dengan penelitiaan agama pu;a kita dapat menyetarakan kehidupan kita dengan kehidupan yang syar’i.
Penelitian agama dapat dikatakan sangatlah perlu, dan sangat diutamakan daripada penelitian tetntang pengetahuan yang lain, karena dengan penelitian agama, akan dapat menterkaitkan antara pengetahuan satu dengan pengetahuan yang lain.
Dalam Al-Qur’an begitu banyak pengetahuan umum dan pengetahuan yang lainnya, maka dari itu dengan penelitian agama, kita dapat memperlajari Al-Qur’an yang di dalamnya terdapat pengetahuan yang begitu luas, beserta penelitian-penelitian yang mungkin penelitian-penelitian itu sudah terdapat dalam buku atau susunan pengetahuan yang ada.


BAB II
   PEMBAHASAN
A.    Penelitian Agama
Konsep penelitian agama bisa menimbulkan beberapa pengertian. Pertama, penelitian agama berarti mencari agama atau mencari kebenaran suatu agama dalam rangka menemukan agama yang dianggap paling benar. Dalam pengertian ini penelitian agama berart  mencari kebenaran substansi bawasanya agama dilakukan para nabi, pendiri, atau pembaru suatu agama.
Kedua, peneelitian agama berarti metode untuk mencari kebenaran agama atau usaha menemukan dan memahami agama sebagai realita dan bagai mana penyikapan terhadap realita tersebut, secara metodologi agama di jadikan sebagai fenomena yang RiiL bawasanya penelititan agama sebagai doktrin yang berfockus pada substansi yang didasari keyakinan atas kebenaran agama itu sendiri sebab realita realita social di anggap sebagai norma – norma suci yang mengikat perilaku apabila norma itu di sakralkan dan di yakini dari alloh S.W.T.
Ketiga penelitian agama berarti meneliti fenomena social yang di timbulkan oleh agama dan penyikapan masyarakat dalam agama islam, yang pertama yaitu : fenomena social yang ditimbulkan oleh agama berupa struktur social, pranata social, dan dinamika social masyarakat, yang kedua : penyikapan masyarakat terhadap agama seperti pola pemahaman, sterotype komitmen dan tingkat keberagamaan dan perilaku sebagai manifestasi keyakinan doktrin agama, dan dari pola pemahaman agama, muncul skripturalime fundamentalis, moderenisme dan tradisionalisme, sebagai akademis penelitian agama masyarakatkan objek, metide dan sistematika yang bisa di pertanggung jawabkan secara ilmiah. Karena itu konsep penelitian agama baru, agama yang benar karena semua itu bukan tugas metodologi penelitian agama melainkan filsafat agama, dan penelitian agama adalah pengkajian kademis terhadap agama sebagai realita social, yang baik berupa teks,pranata social perilaku social yang lahir atau sebagai perwujudan kepercayaan yang suci.

B.     Objek Penelitian agama
Objek penelitian agama adalah ajaran keberagaman. Ajaran adalah teks tulisan atau lisan yang menggambargan doktrin teologis simbol, norma, dan etika yang harus di pahami, diyakini, disosialisasikan, diamalkan dan di lembagakan dalam kehidupan. Sedangkan keberagaman adalah fenomena social yang diakibatkan oleh agama.
1.      Penelitian Agama Yang Bersifat Teologis
Penelitian study agama yang bersifat normative yang bertolak pada paradigm teologi dan iman, yaitu penelitian yang didasari ataukepercayaan oleh doktrin ajaran agama bersumber dari wahyu dan bertujuan untuk menjelaskan kebenaran atau mencari “Yang Lebih Benar” dari agam tiu sendiri. Study agama bersfat normatif ini sikap apologetika: menrima begitu saja kenyataan agama, tanpa melakukan penyelidikan sebab – sebab dan asal usulnya.
2.      Agama Yang Bersifat Empiris
Sebgaimana metode bergantung pada objek nya, sedangkan objek penelitian agama yang bersifat empiris seperti teks kitab suci, teks pemikiran para ulama,feneomena kebreragamaan, struktur dinamika masyarakat beragamadi kaji dengan pendekatan ilmu-ilmu social seperti sejarah sosiologi psoklogi dan hermeneutika.
Penelitian dipandang sebagai kegiatan ilmiah karena menggunakan metode keilmuan, yakni gabungan antara pendekatan rasional dan pendekatan empiris. Pendekatan rasional memberikan kerangka pemikiran yang koheren dan logis.Sedangkan pendekatan empiris merupakan kerangka pengujian dalam memastikan kebenaran. Metode ilmiah adalah usaha untuk mencari jawaban sistematis.
Kriteria metode ilmiah, adalah sebagai berikut.
1.      Berdasarkan fakta.
2.      Bebas dari prasangka.
3.      Menggunakan prinsip-prinsip analisis.
4.      Menggunakan hipotesis.
5.      Menggunakan ukuran objektif.
6.      Menggunakan teknik kuantitatif.


C.    Realitas Sosial dalam Penelitian Sosial-Agama
Realitas sosial dapat dibedakan dalam dua kategori: pertama, realitas dalam alam kotrat atau alam anorganik  (fisik/ilmu kealaman dan realita dalam alam organik/ alam hayat (biologi). Realitas dalam kedua alam ini bersifat empiris, kuantitatif, materialistic, dan rasionalistik. Kedua, realitas dalam gejalah-gejalah sosial budaya  (termasuk gejalah keberagamaan). Ini merupakan gejala super organic yang bersifat abstrak dan tak teraba.
Gejalah-gejalah sosial-agama seperti budaya manusia dal;am bertuhan, kohesi kelompok dalam organisasi keagamaan, merupakan gejalah yang abstrak dan verbalisme. Semua gejalah keagamaan itu tidak sekadar dilihat bentuk, frekuensi, pola, adalah pemaknaannya. Karena itu, realitas sosial dalam studi-studi sosial pada galibnya lebih banyak bergumul dengan konsep-konsep atau konstruksi sosial.
Persoalan yang muncul adalah bagaimana cara mendefisikan realitas sosial ke dalam suatu konsep. Pembuatan konsep sangat penting, karena perbedaan konsep akan menghasilkan perbedaan temuan data, dan  perbedaan temuan data akan mengakibatkan perbedaan hasil analisis yang disebut kesimpulan. Paradigma kaum strukturalis menyatakan bahwa penelitian yang berdasarkan kepakaran atau berdasarkan teori-teori yang ada, mestinya harus mengenali, mendefinisikan dan memformulasikan konsepnya.
Adapun paradigma kaum fenomenologi/interaksionis menyatakan bahwa konsep yang harus dipakai untuk menyatakan secara definitif terhadap suatu objek haruslah menurut pelaku sosial sebagai realitas. Kaum strukturalis memandang pelaku emandang pelaku manusia dari perspektif luar dan kaum fenomenologis memandang pelaku manusia dari perspektif dalam dan bersifat to learn from the people. Etos ilmu pengetahuan sosial adalah mencari kebenaran objektif, yaitu untuk mencari kebenaran tentang realitas. Menurut kaum strukturalis, realitas dan objektivitas itu di tentukan oleh penelitian berdasarkan tori yang ada. Menurut kaum fenomologis, realitas sosial itu sesungguhnya adalah structural kognitif seseorang atau sejumlah orang dan berada di alam imajinasi, pikiran, perasaan, dan cita.
E.     Pentingnya Metodologi
Metodologi adalah masalah yang sangat penting dalam sejarah pertumbuhan ilmu. Ali Syari’ati (1933-1977), seorang sarjana iran yang meninggal di rantau, yakni inggris menyatakan bahwa factor utama yang menyebabkan kemandegan dan stagnasi dalam pemikiran, peradapan dan kebudayaan yang berlanggsung selama seribu tahun di eropa pada abad pertengahan adalah metode pemikiran analogi dari Aristoteles.
Metode berperan penting dalam kemajuan atau kemunduran. Yang mengakibatkan stagnasi dan masa bodoh atau bergerak kemajuan adalah karena metode penelitian, karena cara melihat sesuatu bukan karena ada atau tidaknya orang jenius. Francis Bacon adalah ahli filsafat dan negarawan inggris. Saham terbesar di bidang ilmu pengetahuan adalah metode induktif dari ilmu eksperimen modern. Sedangkan Roger Bacon adalah ahli filsafat skolatik inggris. Pada zaman modern ini selalu di peringati karena perhatiaannya pada ilmu-ilmu alam, eksperimen dan observasi langsung. Ia mengganggap sains adalah pelengkap dan tidak bertentangan. Sejarah peradapan yunani melahirkan banyak jenius berkumpul dalam satu tempat di abad ke empat dan ke lima sebelum masehi. Sejarah umat manusia sangat terpengaruh oleh pemikiran mereka.
Metode yang tepat adalah masalah pertama yang harus diusahakan dalam berbagai cabang ilmu pengetahuaan. Kewajiban pertama bagi setiap penelitian adalah memilih metode yang paling tepat untuk riset dan penelitiannya. 

F.     Metedologi Ilmu Agama Islam
Dalam mempelajari dan mengetahui agama islam kita kenal metode-metode barat yang meneliti islam, yaitu metode naturalistic, psikologis atau sosiologis. Islam bukan agama yang hanya di dasarkan pada intuisi mistis manusia dan terbatas pada hubungan antara manusia dengan tuhan. Dimensi lain dari agama islam adalah masalah kehidupan manusia di bumi. Metode yang selama ini digunakan dalam ilmu manusia, harus digunakan untuk mempelajari dimensi ini. Islam adalah agama, maka selain memahami Tuhan dengan menggunakan metode filsafat, membahas kehidupan manusia di bumi dengan menggunakan metode ilmu manusia, dan mempelajari masyarakat dan peradapan dengan metode historis dan sosiologis.
Mempelajari islam dengan segala aspeknya tidak cukup dengan metode ilmiah saja-metode filsafat, ilmu manusia, sejarah dan sosiologi. Memahami islam dengan segala aspeknya itu tidak bisa hanya secara doktriner saja. Selama ini pendekatan terhadap agama islam masih sangat pincang. Ahli-ahli ilmu pengetahuan termasuk dalam hal ini para orientalis mendekati islam dengan metode ilmiah. Akibatnya adalah meski penelitiannya itu menarik tetapi sebenarnya mereka tak mengerti secara utuh. Yang mereka ketahui adalah hanya eksternalitas dari islam saja. Sebaliknya opera ulama sudah memahami islam secara doktriner dan dogmatis, yang sama sekali tidak dikaitkan dengan kenyataa-kenyataan yang hidup didalam masyarakat. Akibatnya adalah penafsirannya tidak dapat diterangkan dalam masyarakat.

G.    Kedudukan Penelitian Agama di antara Penelitian Lain
Pada dasarnya penelitian agama sejajar atau sebanding dengan penelitian-penelitian non agama. Yang membedakan hanyalah objek kajian yang ditelitinya, yakni bahan referensi penelitian itu sendiri baik agama maupun non agama dan ruang lingkup diantara keduanya. Penelitian agama juga merupakan penelitian yang sering diperdebatkan, karena posisi agama tersebut adalah kebenaran mengapa harus diteliti. Hakikatnya agama diteliti untuk mendapatkan kebenaran yang mutlak terhadap suatu masalah yang diteliti.

H.    Konstruksi Teori Penelitian Agama
     Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S. Poewardaminta mengartikan konstruksi adalah cara membuat (menyusun) bangunan-bangunan dan dapat pula berarti susunan dihubungan kata dikalimat atau kelompok kata.[1] Sedangkan tori berarti pendapat yang dikemukakan sebagai suatu keterangan mengenai suatu peristiwa (kejadian), dan berarti pula asas-asas dan hukum-hukum umum yang menjadi dasar suatu kesenian atau ilmu pengetahuan. Teori juga dapat berarti pendapat, cara-cara dan aturan-aturan untuk melakukan sesuatu.[2]
     Dalam ilmu penelitian teori-teori itu pada hakikatnya merupakan pernyataan mengenai sebab akibat atau mengenai adanya suatu hubungan positif antara gejala yang diteliti dari satu atau beberapa faktor tertentu dalam masyarakat. Jadi “konstruksi teori” adalah susunan atau bangunan dari suatu pendapat, asas-asas atau hokum-hukum mengenai sesuatu yang antara satu dan yang lainnya saling berkaitan sehingga membentuk suatu bangunan.
     Penelitian (research) yang dilahirkan oleh dunia pengetahuan mengandung implikasi-implikasi yang bersifat ilmiah, oleh karena itu hal tersebut merupakan proses penyelidikan yang berjalan sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam ilmu pengetahuan tentang penelitian. Tujuan pokok dari kegiatan penelitian adalah mencari kebenaran-kebenaran obyektif yang disimpulkan melalui data-data yang terkumpul. Kebenran-kebenaran yang obyektif yang diperoleh kemudian digunakan sebagai dasar atau landasan untuk pembaharuan, perkembangan atau perbaikan dalam masalah-masalah teoritis dan praktis bidang-bidang pengetahuan yang bersangkutan.[3]
     Dengan demikian penelitian mengandung arti upaya menemukan jawaban dalam sejumlah masalah berdasarkan data-data yang terkupul. Pada hakikatnya penelitian dapat dirumuskan sebagai penerapan pendekatan ilmiah pada pengkajian suatu masalah yang terjadi dimasyarakat. Suatu penyelidikan harus melibatkan pendekatan ilmiah, agar dapat digolongkan sebagai penelitian.[4]
     Berikutnya adalah pengertian agama. Menurut para ahli agama sangat sulit untuk di definisikan dan banyak pula para ahli yang mencoba mendefinisikan agama tetapi hasilnya tidak memuaskan karena tidak diperoleh hasil yang seragam. R.R. Marett seorang ahli antropologi mengatakan, bahwa agama adalah yang paling sulit dari semua pendekatan untuk didefinisikan karena agama menyangkut lebih dari fikiran, yaitu perasaan dan kemauan.
     J.G. Frazer berpendapat bahwa agama adalah suatu ketundukan atau penyerahan diri kepada kekuatan yang lebih tinggi daripada manusia yang dipercaya mengatur dan mengendalikan jalannya alam dan kehidupan manusia. Harun Nasution guru besar ilmu filsafat dan teologi islam berpendapat agama mengandung arti ikatan-ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan ini mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Ikatan ini berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia.[5]
     Agama merupakan elemen yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia sejak zaman prasejarah hingga modern sekarang ini dapat dilihat dari dua segi yaitu segi bentuk dan isinya. Jika dilihat dari segi bentuk agama dapat dipandang sebagai kebudayaan batin manusia yang mengandung potensi psikologis yang mempengaruhi jalan hidup manusia. Dan jika dilihat dari segi isinya agama adalah ajaran atau wahyu tuhan yang dengan sendirinya tak dapat dikategorikan sebagai kebudayaan.
     Dari uraian diatas kegiatan penelitian terhadap agama budaya dapt dilakukan baik terhadap isinya maupun bentuknya sedangkan penelitian terhadap agama samawi hanya dapat dilakukan terhadap bentuknya atau prakteknya yang Nampak dalam kehidupan social dan bukan terhadap isinya. 
     Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat kita simpulkan bahwa “kontruksi teori” penelitian agama adalah suatu upaya memeriksa, mempelajari, meramalkan dan memahami secara seksama susunan atau bangunan dasar-dasar atau hokum-hukum dan ketentuan lainnya yang diperlukan untuk melakukan penelitian terhadap bentuk pelaksanaan ajaran agama sebagai dasar pertimbangan untuk mengenbangkan pemahaman ajaran agama sesuai tuntutan zaman.
                                                           




                                                            BAB III
                                                          PENUTUP
A.    KESIMPULAN
1.       Penelitian agama berarti mencari agama atau mencari kebenaran suatu agama dalam rangka menemukan agama yang dianggap paling benar.
2.      Peneelitian agama berarti metode untuk mencari kebenaran agama atau usaha menemukan dan memahami agama sebagai realita dan bagai mana penyikapan terhadap realita tersebut.
3.      penelitian agama berarti meneliti fenomena social yang di timbulkan oleh agama dan penyikapan masyarakat dalam agama islam.
4.      Penelitian dibagi menjadi 2 yaitu :
a.      Penelitian agama yang bersifat teologis
b.      Penelitian agama yang bersifat empiris
5.      “kontruksi teori” penelitian agama adalah suatu upaya memeriksa, mempelajari, meramalkan dan memahami secara seksama susunan atau bangunan dasar-dasar atau hokum-hukum dan ketentuan lainnya yang diperlukan untuk melakukan penelitian terhadap bentuk pelaksanaan ajaran agama sebagai dasar pertimbangan untuk mengenbangkan pemahaman ajaran agama sesuai tuntutan zaman.




DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, T. Karim, M.R. (ed.) Metodologi Penelitian Agama Sebuah Pengantar,
            Jogyakarta: Tiara Wacana,1989
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, jilid I, (Jakarta:UI Press,           1979)hlm, 10
Abbudin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada



           


[1] W.J.S. Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991)
[2] Ibid, hlm 1055
[3] H.M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta: Bumi Aksara, 1993)
[4] Donald Ary, dkk.,Pengantar penelitian dalam pendidikan, (terj.)Arief Furcan, dari judul asli Introduction to Research in Education,(Surabaya: Usaha Nasional), hlm.44
[5] Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, jilid I, (Jakarta:UI Press, 1979)hlm, 10

No comments:

Post a Comment