BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umat islam
tidak hadir secara fungsional dalam tata kehidupan masyarakat. Maksudnya
eksistensi ummat islam memang besar, akan tetapi mereka tidak mampu memfungsikan
kebesarannya.
Ummat islam
telah mundur dalam seni budaya dan sience. Padahal dahulu ummat islam pernah
membangunkan orang- orang Eropa yang ketika itu mendapatkan pancaran cahaya
islam dalam membuka fikiran- fikiran di bidang seni, budaya, sience dan
filsafat.
Dan kami disini
akan memaparkan tentang islam dan kebudayaan, islam dan kebudayaan lama (Kebudayaan
yang ada sebelum islam).
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa islam dan kebudayaan itu?
2.
Kenapa agama sebagai sumber
kebudayaan?
3.
Bagaimana Islam dan kebudayaan lama
( kebudayaan sebelum islam )?
4.
Bagaimana kebudayaan islam di
Indonesia?
C.
Tujuan
1.
Agar mahasiswa mengetahui apa itunislam
dan kebudayaan.
2.
Agar mahasiswa mengetahui bahwa
agama sebagai sumber kebudayaan.
3.
Agar mahasiswa mengetahui seperti
apaislam dan kebudayaan lama (kebudayaan islam lama).
4.
Agar mahasiswa mengetahui kebudayaan
islam di indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Islam dan
Kebudayaan
Agama dalam pengertian
“Addien “sumbernya adalah wahyu dari Tuhan.sedangkan kebudayaan sumbernya
adalah dari manusia. Jadi agama tidak dapat dimasukkan ke dalam lingkungan
kebudayaan. Selama manusia berpendapat bahwa tuhan tidak dapat dimasukkan
kedalam hasil cipta manusia.
Orang- orang
atheis umumnya berpendapat bahwa Tuhan adalah ciptaan manusia yang timbul dari
perasaan takutnya. Semuanya bersumber pada materi , jadi Tuhan juga hasil
perkembangan perpautan materi- materi akal manusia. Oleh golongan ini agama di
pandang sebagai cabang kebudayaan karena cara pikir dan merasa dalam kehidupan
: suatu kesatuan sosial mengenai hubungan dengan Yang Maha Kuasa. Agama ini
dapat diistilahkan dengan :” Agama Budaya”, seperti misalnya : animisme,
dinamisme, naturalisme(serba alam), spiritualisme ( serba arwah), agama Kong
Hucu, agama sinto, bahkan agama hindu dan budha juga termasuk dalam kategori
ini.
Sebaliknya
orang-orang yang percaya akan adanya Tuhan, dan alam semesta ini merupakan
ciptaan Tuhan. Dengan demikian agama dapat ikut mempengruhi terciptanya
kebudayaan, sedang kebudayaan tidak dapat mencipta agama. Sebagaimana halnya
Tuhan mempengaruhi manusia dan manusia tidak dapat mempengaruhi Tuhan.
Agama bukan
produk manusia, tidak berasal dari manusia, tetapi dari Tuhan . Tuhan mengutus
Rasul untuk menyampaikan agama kepada umat. Dengan perantara malaikat , Tuhan
mewahyukan firman-firman-Nya di dalam kitab suci kepada pesuruhnya. Isi kitab
suci itu dari Tuhan, Disampaikan oleh malaikat , diucapakan oleh Rasul sehingga
dapat di ketahui dan di tangkap, dipahami dan selanjutnya diamalkan oleh umat.
Islamologi mengistilahkan agama jenis ini “addin samawi” yang agama turun dari
langit., dari atas, dari Tuhan. Contoh : agama yahudi, nasrani dan islam.
Jadi jelas
bahwa agama bukan bagian dari
kebudayaan, tetapi bersal dari Tuhan.
Kebudayaan menurut islam ialah mengatur hubungan manusia dengan manusia dengan
alam nyata, sedang selain agama mengatur hubungan manusia dengan alam nyata
juga mengatur hubungan dengan alam gaib, terutama dengan Tuhan Yang Maha Esa.[1]
B. Agama Sebagai Sumber Kebudayaan
Seorang ahli
sejarah dan kebudayaan dunia barat bernama Prof. H. A.Gibb menulis dalam
bukunya : “ wither Islam” “ islam adalah lebih dari satu cara- cara peribadatan
saja tetapi merupakan suatu kebudayaan dan peradaban yang lengkap. Kelebihan
islam dari agama- agama yang lainnya adalah bahwa islam memberi dasar yang
lengkap bagi kebudayaan dan peradaban.
Agama islam
adalah agama fitrah bagi manusia agam hakiki yang murni, terjaga dari kesalahan
dan tidak berubah- ubah. Ingatlah ayat suci al-Qur’an yang artinya: “ Hadapkan
mukamu kepada agama yang benar : fitrah Tuhan yamg telah menjadikan manusia
atasnya , tidak dapat mengganti kepada makhluk Tuhan. Demikianlah agama yang benar tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui”. ( QS. Ar-Ruum : 30)
Agama islam
sesuai dengan fitrah manusia. Maka dari itu jelas bahwa islam memberi dasar
yang cukup kepada manusia untuk hidup berkebudayaan . disamping urusan akhirat
urusan dunia pun mendapat perhatian yang besar. Ingat pula ayat berikut:” Carilah
apa yang di datangkan oleh Allah untuk hidup di akhirat tapi jangan lupa atas
nasibmu terhadap dunia. Berbuatlah seperti Tuhan berbuat kepadamu sekalian. Dan
janganlah kamu sekalian berbuat kerusakan. Sesungguhnya Tuhan tidak suka kepada
orang yang membuat kerusakan”. (QS. Al-Qashash :77)
Untuk memberi
gambaran bahwa islam itu agama yang lengkap sebagai dasar sumber kebudayaan
dapatlah dibuktikan bahwa isi al-Qur’an itu meliputi segala persoalan hidup dan
kehidupan, diantaranya :
1.
Dasar- dasar kepercayaan dan ideologi
2.
Hikmah dan filsafat
3.
Budi pekerti, kesenian dan
kasusasteraan
4.
Sejarah umat dan biografi Nabi-Nabi
5.
Undang- undang masyarakat
6.
Kenegaraan dan pemerintahan
7.
Kemiliteran dan undang- undang
perang
8.
Hukum perdata ( muamalat)
9.
Hukum pidana ( jinayat )
10.
Undang- undang alam dan tabiat
Mengenai
kebudayaan, bangsa- bangsa mana yang lebih tinggi, tidak ada perbedaan dalam
islam. Bagi islam ketinggian itu hanya di tentukan di dalam takwanya kepada
Tuhan. Sebagaimana firman Allah dalam Al-qur’an yang artinya “Wahai manusia,
sesungguhnya Kami menjadikan kamu laki- laki dan perempuan. Dan Kami menjadikan
kamu bergolongan-golongan ( bersuku-suku ) agar supaya kamu saling kenal
mengenal. Sesuangguhnya yang paling mulia diantara kamu ialah yang paling
bertakwa kepada Tuhan”.(QS Hujurat : 13)[2]
Namun kenyataan
membuktikan bahwa tingkat kemajuan berbagai bangsa dunia ini tidak sama. Demi
mudahnya pendekatan kita bedakan saja dua tingkat kebudayaan, yaitu kebudayaan
tinggi dan kebudayaan rendah meskipun pembagian dikhotomis dan simplistis ini
penenggelamkan nuansa kekayaan kultural yang memang ada diantara ujung yang
tinggi dan rendah. Tolak ukur untuk menilai dan membedakan kebudayaan dalam dua
kategori itu berupa asumsi yang sudah umum, pertama akumilasi ilmu pengetahuan
positif dan tekhnologis di satu pihak dan hasil pembangunan fisik di lain pihak
dan kedua yaitu bahwa agama itu merupakan motor penting dalam usaha manusia
menciptakan tangga-tangga kemajuan. Dari asumsi tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa adanya ketegangan antara bangsa yang berbudaya tinggi dan yang
berbudaya masih rendah yang di alami dunia dari masa lampau hingga sekarang ini
tidak dapat dipelaskan dari pertanggungjawaban agama-agama yang di anut oleh
bangsa-bangsa yang bersangkutan. Secara moral agama-agama tidak bisa cuci
tangan atas terjadinya jurang (dan garis ) diskriminatif antara bangsa yang
maju dan bangsa yang terbelakang. Keterlibtan agama-agama dalam hal tanggungjawab
atas masalah tersebut tidak terelakan, bila kita berpegangan pada asumsi bahwa
ilusi keunggulan ras (kulit putih) sebagai faktor penyebab kemajuan kebudayaan
tidak dapat kita terima. Dan lagi bahwa faktor-faktor geografis dan
klimatologis berdasarkan alsan metodelogis tidak kita perhitungkan sebagai
penyebab perbedaan kebudayaan bangsa-bangsa. Maka hingga tinggal satu faktor
yang ikut bertanggungjawab atas kejadian yang pincang itu, yaitu agama.
Demikianlah agama merupakan motor dan promotor penting bagi pembudayaan manusia
khususnya dan alam semesta umumnya atau meminjam kata-kata dari Peter L.berger;
agama adalah bahasa manusiawi dengan mana suatu jagad raya ditegakkan. Dengan
kata lain agama adalah upaya menciptakan alam semesta dengan cara yang suci.[3]
Kendatipun
benturan pertikaian-pertikaian madzhab pada beberapa kurun waktu terakhir ini
tidak lagi meruncing, namun keadaan umat islam dalam aspek kebudayaannya
nampaknya tidak terlalu menggembirakan. Barangkali menjadi penyebab pokok
adalah ummat islam kurang menaruh respek terhadap masalah- masalah kebudayaan
pada umumnya. Antusiasme ummat islam terhadap persoalan-persoalan kultural
hampir diaktakan “Nol Besar”.Mereka seakan- akan tidak tahu-menahu acuh
takacuh, apatis dan masa bodoh denagn situasi dua jaman. Sementara gelombang
kultur barat dalam berbagai bentuknya yang merangsang semakin menyusup dan
melanda kota- kota dan daerah- daerah yang mayoritas berpenduduk islam. Rangsangan
dan pengaruh tidak baik dari kebudayaan barat itu semakin memperlihatkan arus desakan bertubi-
tubi dan dahsyat, sehingga dapat merebut penggemarnya di kalangan anak- anak
muda islam.
Begitukah
pengaruh negatif kultur barat itu, sehingga banyak kalangan terutama anak- anak
muda islam, terjangkit penyakit”keblinger tafsir” : bahwa apa yang datang dari
barat adalah ‘modern”, dan segala yang datang dari barat adalah baik.
C.
Masa Sebelum
Islam
Masa sebelum
islam khususnya di jazirah Arab, di sebut, masa jahiliah. Istilah masa
Jahiliyah. Istilah jahiliyah dipakai untuk memnandai masa sebelum Nabi Muhammad
SAW lahir. Term tersebut di gunakan Al-Qur’an dalam keadaan atau perilaku
tertentu.[4]
Sebutan
jahiliyah diberikan kepada bangsa arab yang pola kehidupannya bersifat
primitif. Mereka pada umumnya hidup berkabilah- kabilah dan nomanden. Mereka
berada dalam lingkungan yang ummi (tidak mengenal baca tulis) dan jauh dari
peradaban, yang menyebabkan mereka hidup di dalam kegelapan dan kebodohan.
Akibatnya mereka sesat jalan, tidak menemukan nilai-nilai kemanusiaan,
menyembah berhala, membunuh anak dengan dalih kemuliaan dan kesucian, memusnahan
harta dengan perjudian.dan membangkitkan peperangan diantara mereka dengan
alasan harga diri dan kepahlawanan. Suasana ke hidupan seperti inilah dikenal
dengan jahiliah.
Namun bukan
berarti mereka tidak memiliki potensi perdaban. Mereka sebenarnya berada dalam
kondisi fitrah. Dalam arti tidak terkonntaminasi oleh kebudayaan dan peradaban
yang memerosokkan kemanusiaan seperti yang terjadi di Persia dan Romawi.mererea
jauh dari bentuk- bentuk keguncangan kedua peradaban tersebut. Mereka terkenal
dengan kedermawanan, suka menolong, rasa harga diri dan kesucian.
Yang paling
fenomenal dari kehidupan bangsa arab jahiliayah adalah tradisi kesusastraan
mereka yang begitu tinggi. Mereka memiliki institusi yang begitu tinggi.
Peranan syair sangat dominan dalam kehidupan masyarakat jahiliyah. Ia memilii
fungsi semacam funsi pers dalam kehidupan pers modern ini. Mobilitas sosial
bisa dilakukan dengan efektif. Seseorang bisa jatuh dalam kehinaan hanya karena
sebait syair. Demikian juga penghargaan terhadap penyair begitu tinggi, karena
bukan kebetulan mereka menempati posisi elit dalam masyarakat sebagai “empu
pengetahuan dan empu jaman”.
D. Islam Di Masa Awal
Terdapat dua
pendapat popular tentang awal dimulainya sejarah Islam dalam masa Nabi,
Pertama, yang mengatakan bahwa sejarah Islam dimulai sejak Nabi Muhammad
diangat menjadi Rasul. Kedua yang mengatakan bahwa sejarah islam dimulai sejak
Nabi Muhammad diangkat mnjadi rasul .Kedua, yang mengatakan bahwa sejarah islam
di mulai semenjak Nabi Hijrah dari Makah ke Madinah. Tetapi jika berdasar pada
dimulainya penghitungan tahun hijrah, maka pilihan akan jatuh pada pendapat
kedua, karena tahun islam dimulai dengan hijrahnya Nabi Muhamad dari makkah ke
Madinah pada 16 Juli 622M. Karena pada saat di Madinah inilah eksistensi
pemerintah islam di akui.
Nabi SAW di
utus dengan al-Qur’an karena masyarakat jahiliyyah sangat gandrung denagan
kasusastraan , maka al-Qur’an diturunkan denagn bahasa sastra seperti yang
lazim dipakai oleh masyarakatnya. Hal ini didasarkan atas pertimbangan. Pertama
untuk menyesuaikan diri dengan keadaan masyarakatnya. Kedua , untu menantang dan
mengungguli syair- syair jahiliyah. , yang membuat Al-Qur’an memiliki daya
hidup yang tinggi ditengah maraknya publikasi kepandaian orang arab dalam
bersyair. Nah sehingga itu Al-Qur’an dapat berfungsi sebagai mu’jizat bagi
kelangsungan tugas nabi Muhammad SAW.
Dalam
penyampain risalah Tuhan, nabi Muhammad SAW mengalami banyak rintangan dan
ganguan yang sangat keras dari berbagai pihak. Seperti ketika Nabi ditekan di
kalangan masyarakat kafir Quraisy yang tidak setuju dengan ajaran yang
disampaikannya bahkan mereka mengancam akan membunuh Nabi. Sehingga itu nabi
mengirim sejumlah pengikutnya ke Abesinia yang mayoritas penduduknya beragama
kristen (yang secara teologis sama-sama sebagai agama samawi) untuk mendapatkan
suaka. Tapi pemimpin negeri Abesinia Raja Negus menolak kedatangan para
pengikut yang diperintah nabi ke Abesinia. Oleh karena itu, Nabi melakukan
perjanjian (ba’yah) dengan beberapa orang utusan dari masyarakat kota yastrib,
yang tidak berapa lama mengantarnya berhijrah ke Madinah. Ditempat yang baru
ini rosululullah membangun masyarakat dan meneruskan dakwahnya. Beliau menyebut
penduduk asli madinah dengan Anshor, sedangkan mereka yang mengikuti Nabi untuk
melakukan migrasi dari Mekah ke Madinah disebut muhajirin.
Pada masa di
Madinah inilah Nabi Muhammad mampu menerapkan gagasan Al-Qur’an secara maksimal
dan menjadikan islam sebuah faktor dalam sejarah. Hingga akhirnya ia dan kaum
muslimin mendapatkan kesempatan untuk menaklukkan kota Mekah dan membebaskan
Ka’bah dari berbagai berhala yang sebelumnya berada disekitarnya. Ia memberikan
pandangan umum kepada masyarakat Mekkah, sebelum akhirnya ia menyempurnakan
risalah Tuhan yang ia terima pada Haji
Wada’.
Nabi Muhammad SAW menghadap sang kholiq dalam
usia 63 tahun pada tahun 632 M /11 H. Namun setelah Nabi wafat, umat mulai
berselisih. Perselisihan itu terjadi diawali tentang masalah penentuan siapa
yang berhak mengganti posisi Nabi sebagai pemimpin. Ada kelompok yang
mengatakan bahwa sebelum Nabi wafat, Nabi sudah berwasiat tentang penggantinya
yaitu kelompok Syi’ah. Sementara
kelompok lain mengatakan bahwa beliau tidak pernah menentukan
penggantinya. Maka mereka melakukan musyawarah yang diadakan di rumah Tsaqifah
Bani Sa’dah untuk memilih pengganti Nabi. Dimana kelompok ini dikenal dengan
nama kelompok Sunni. Yang akhirnya didapat bahwa Abu Bakar al-Shidiq lah
sebagai khalifah pengganti Nabi Muhammad. Kebijakan pertama yang ia lakukan
adalah memerangi orang-orang yang murtaddan golongan yang menolak membayar
zakat. Ia juga melanjutkan kebijakan Nabi dengan mengirim pasukan yang
dipiminpin Usamah bin Zayd ke Syiria.
Pada masa Abu Bakar ini juga berhasil mengumpulkan Al-Qur’an dalam satu mushaf
yang sebelumnya berserakan dalam berbagai tulisan di pelepah kurma, batu tipis,
tulang dan lembaran kain atau kulit binatang.
Setelah Abu
Bakar wafat, Umar bin al-khattab melanjutkan tugas mulia sebagai khalifah ke
dua. Ia pun dijuluki sebagai amir al-mukmin. Penyebaran islam meluas ke jazirah
Arabia bahkan duta kerajaan besar persia dan romawi dapat ditaklukannya. Pada
usia 63 tahun, Umar bin al-khattab wafat setelah dibunuh Abu lu’luah al Majusi
dari persia ketika mengimami sholat.
Pengganti Umar
bin al-Khattab adalah Ustman bin Affan, ia terpilih sebagai khalifah setelah
masuk sebagai salah seorang anggota formatur (ahl al-Shura) yang diterapkan
Umar menjelang kematiannya. Pada masa pemerintahannya ia berhasil menyusun
Al-Qur’an dalam satu bentuk bacaan, yang sebelumnya memiliki banyak versi. Ia
berhasil juga berhasil memperluas wilayah islam sampai ke Turki, Siprus, Afrika
Utara, Asia Tengah, Khurasan dan Balkh di Afganistan. Usman meninggal dunia
terbunuh pada usia 82 tahun ketika membaca Al-Qur’an. Akibat ketidakpuasan
rakyatnya atas kebijakan politiknya yang cenderung nepotisme.
Pengganti
Utsman bin Affan adalah Ali bin Abi Thalib terjadi berbagai kekacauan dan kerusuhan pasca terbunuhnya
Utsman. Rakyat menuntut sang khalifah untuk segera menghukum para pembunuh
Utsman. Akan tetapi tuntutan itu sulit diwujudkan karena keadaan negara yang
tidak stabil. Perpecahan dikalangan umat islam semkin tajam dengan terbaginya
umat islam menjadi dua kubu : pendukung Ali dan pendukung Mu’awiyyah bin Abi
Sufyan. Dan terjadilah perang yang disebut perang Siffin. Perang diantara
keduanya diatasi dengan damai dengan cara tahkim, ini mengecewakan beberapa
pendukung Ali,sehingga mereka menyatakan keluar dari barisan Ali dan balik
menyerang mereka yang setuju dengan proses takhim (kelompok inilah yang disebut
kelompok khawarij). Kelompok yang bertanggung
jawab atas terbunuhnya sang khalifah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
ü Agama dalam pengertian “Addien “sumbernya adalah wahyu dari
Tuhan.sedangkan kebudayaan sumbernya adalah dari manusia. Jadi agama tidak
dapat dimasukkan ke dalam lingkungan kebudayaan. Selama manusia berpendapat
bahwa tuhan tidak dapat dimasukkan kedalam hasil cipta manusia.
ü Orang-orang yang percaya akan adanya Tuhan, dan alam semesta ini
merupakan ciptaan Tuhan. Dengan demikian agama dapat ikut mempengruhi
terciptanya kebudayaan, sedang kebudayaan tidak dapat mencipta agama.
Sebagaimana halnya Tuhan mempengaruhi manusia dan manusia tidak dapat
mempengaruhi Tuhan.
ü Kelebihan islam dari agama- agama yang lainnya adalah bahwa islam
memberi dasar yang lengkap bagi kebudayaan dan peradaban.
ü Mengenai kebudayaan, bangsa- bangsa mana yang lebih tinggi, tidak
ada perbedaan dalam islam. Bagi islam ketinggian itu hanya di tentukan di dalam
takwanya kepada Tuhan. Sebagaimana firman Allah dalam Al-qur’an yang artinya
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami menjadikan kamu laki- laki dan perempuan. Dan
Kami menjadikan kamu bergolongan-golongan ( bersuku-suku ) agar supaya kamu
saling kenal mengenal. Sesuangguhnya yang paling mulia diantara kamu ialah yang
paling bertakwa kepada Tuhan”.(QS Hujurat : 13)
ü Sebutan jahiliyah diberikan kepada bangsa arab yang pola
kehidupannya bersifat primitif. Mereka pada umumnya hidup berkabilah- kabilah
dan nomanden.
ü Terdapat dua pendapat popular tentang awal dimulainya sejarah Islam
dalam masa Nabi, Pertama, yang mengatakan bahwa sejarah Islam dimulai sejak
Nabi Muhammad diangat menjadi Rasul. Kedua yang mengatakan bahwa sejarah islam
dimulai sejak Nabi Muhammad diangkat mnjadi rasul
Daftar Pustaka
-
Ismail, Faisal. Paradigma
Kebudayaan Islam dan Refleksi Historis. Titian Ilahi Press. Yogyakarta
,1996
-
Tri, Joko Prasetya,dkk. Ilmu
Buday Dasar.PT RINEKA CIPTA. Jakarta,1991
-
Hendropuspito D, Drs. Sosiologi Agama. PENERBIT
KANISIUS (Anggota IKAPI).Yogyakarta. 1983
-
Tim Penyusun MKD Iain Sunan Ampel. Pengantar
Studi Islam. IAIN Ssunan Ampel Press. Surabaya .2011
-
Tim Penyusun MKD Iain Sunan Ampel. Pengantar
Studi Islam.IAIN Sunan Ampel Press. Surabaya.2004
[1] Drs.
Joko Tri Prasetya dkk. Ilu Buday Dasar.PT RINEKA CIPTA, Jakarta 1991 hlm48
[2] Drs.
Joko Tri Prasetyo.Ilmu Budaya Dasar.PT RINEKA CIPTA, Jakarta.1991, hlm
49
[3] Hendropuspita,
Sosiologi Agama, 1984, Kanisius, halm159.
[4] Seperti
firman Allah SWT”...mereka menyangka yang tidak benar kepada Allah seperti
sangkaan jahiliyah..”(QS.3 :154) dan firmannya”...Dan janganlah kamu berhias
dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah dahulu...”( QS.33 :33 )
No comments:
Post a Comment