Wednesday, November 14, 2018

Islam dan Kebudayaan


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Umat islam tidak hadir secara fungsional dalam tata kehidupan masyarakat. Maksudnya eksistensi ummat islam memang besar, akan tetapi mereka tidak mampu memfungsikan kebesarannya.
Ummat islam telah mundur dalam seni budaya dan sience. Padahal dahulu ummat islam pernah membangunkan orang- orang Eropa yang ketika itu mendapatkan pancaran cahaya islam dalam membuka fikiran- fikiran di bidang seni, budaya, sience dan filsafat.
Dan kami disini akan memaparkan tentang islam dan kebudayaan, islam dan kebudayaan lama (Kebudayaan yang ada sebelum islam).
B.  Rumusan Masalah
1.      Apa islam dan kebudayaan itu?
2.      Kenapa agama sebagai sumber kebudayaan?
3.      Bagaimana Islam dan kebudayaan lama ( kebudayaan sebelum islam )?
4.      Bagaimana kebudayaan islam di Indonesia?
C.  Tujuan
1.      Agar mahasiswa mengetahui apa itunislam dan kebudayaan.
2.      Agar mahasiswa mengetahui bahwa agama sebagai sumber kebudayaan.
3.      Agar mahasiswa mengetahui seperti apaislam dan kebudayaan lama (kebudayaan islam lama).
4.      Agar mahasiswa mengetahui kebudayaan islam di indonesia.




BAB II
PEMBAHASAN
A.      Islam dan Kebudayaan
Agama dalam pengertian “Addien “sumbernya adalah wahyu dari Tuhan.sedangkan kebudayaan sumbernya adalah dari manusia. Jadi agama tidak dapat dimasukkan ke dalam lingkungan kebudayaan. Selama manusia berpendapat bahwa tuhan tidak dapat dimasukkan kedalam hasil cipta manusia.
Orang- orang atheis umumnya berpendapat bahwa Tuhan adalah ciptaan manusia yang timbul dari perasaan takutnya. Semuanya bersumber pada materi , jadi Tuhan juga hasil perkembangan perpautan materi- materi akal manusia. Oleh golongan ini agama di pandang sebagai cabang kebudayaan karena cara pikir dan merasa dalam kehidupan : suatu kesatuan sosial mengenai hubungan dengan Yang Maha Kuasa. Agama ini dapat diistilahkan dengan :” Agama Budaya”, seperti misalnya : animisme, dinamisme, naturalisme(serba alam), spiritualisme ( serba arwah), agama Kong Hucu, agama sinto, bahkan agama hindu dan budha juga termasuk dalam kategori ini.
Sebaliknya orang-orang yang percaya akan adanya Tuhan, dan alam semesta ini merupakan ciptaan Tuhan. Dengan demikian agama dapat ikut mempengruhi terciptanya kebudayaan, sedang kebudayaan tidak dapat mencipta agama. Sebagaimana halnya Tuhan mempengaruhi manusia dan manusia tidak dapat mempengaruhi Tuhan.
Agama bukan produk manusia, tidak berasal dari manusia, tetapi dari Tuhan . Tuhan mengutus Rasul untuk menyampaikan agama kepada umat. Dengan perantara malaikat , Tuhan mewahyukan firman-firman-Nya di dalam kitab suci kepada pesuruhnya. Isi kitab suci itu dari Tuhan, Disampaikan oleh malaikat , diucapakan oleh Rasul sehingga dapat di ketahui dan di tangkap, dipahami dan selanjutnya diamalkan oleh umat. Islamologi mengistilahkan agama jenis ini “addin samawi” yang agama turun dari langit., dari atas, dari Tuhan. Contoh : agama yahudi, nasrani dan islam.
Jadi jelas bahwa agama  bukan bagian dari kebudayaan, tetapi bersal dari    Tuhan. Kebudayaan menurut islam ialah mengatur hubungan manusia dengan manusia dengan alam nyata, sedang selain agama mengatur hubungan manusia dengan alam nyata juga mengatur hubungan dengan alam gaib, terutama dengan Tuhan Yang Maha Esa.[1]
B.  Agama Sebagai Sumber Kebudayaan
Seorang ahli sejarah dan kebudayaan dunia barat bernama Prof. H. A.Gibb menulis dalam bukunya : “ wither Islam” “ islam adalah lebih dari satu cara- cara peribadatan saja tetapi merupakan suatu kebudayaan dan peradaban yang lengkap. Kelebihan islam dari agama- agama yang lainnya adalah bahwa islam memberi dasar yang lengkap bagi kebudayaan dan peradaban.
Agama islam adalah agama fitrah bagi manusia agam hakiki yang murni, terjaga dari kesalahan dan tidak berubah- ubah. Ingatlah ayat suci al-Qur’an yang artinya: “ Hadapkan mukamu kepada agama yang benar : fitrah Tuhan yamg telah menjadikan manusia atasnya , tidak dapat mengganti kepada makhluk Tuhan.  Demikianlah agama yang benar tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. ( QS. Ar-Ruum : 30)
Agama islam sesuai dengan fitrah manusia. Maka dari itu jelas bahwa islam memberi dasar yang cukup kepada manusia untuk hidup berkebudayaan . disamping urusan akhirat urusan dunia pun mendapat perhatian yang besar. Ingat pula ayat berikut:” Carilah apa yang di datangkan oleh Allah untuk hidup di akhirat tapi jangan lupa atas nasibmu terhadap dunia. Berbuatlah seperti Tuhan berbuat kepadamu sekalian. Dan janganlah kamu sekalian berbuat kerusakan. Sesungguhnya Tuhan tidak suka kepada orang yang membuat kerusakan”. (QS. Al-Qashash :77)
Untuk memberi gambaran bahwa islam itu agama yang lengkap sebagai dasar sumber kebudayaan dapatlah dibuktikan bahwa isi al-Qur’an itu meliputi segala persoalan hidup dan kehidupan, diantaranya :
1.      Dasar- dasar  kepercayaan dan ideologi
2.      Hikmah dan filsafat
3.      Budi pekerti, kesenian dan kasusasteraan
4.      Sejarah umat dan biografi Nabi-Nabi
5.      Undang- undang masyarakat
6.      Kenegaraan dan pemerintahan
7.      Kemiliteran dan undang- undang perang
8.      Hukum perdata ( muamalat)
9.      Hukum pidana ( jinayat )
10.  Undang- undang alam dan tabiat
Mengenai kebudayaan, bangsa- bangsa mana yang lebih tinggi, tidak ada perbedaan dalam islam. Bagi islam ketinggian itu hanya di tentukan di dalam takwanya kepada Tuhan. Sebagaimana firman Allah dalam Al-qur’an yang artinya “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menjadikan kamu laki- laki dan perempuan. Dan Kami menjadikan kamu bergolongan-golongan ( bersuku-suku ) agar supaya kamu saling kenal mengenal. Sesuangguhnya yang paling mulia diantara kamu ialah yang paling bertakwa kepada Tuhan”.(QS Hujurat : 13)[2]
Namun kenyataan membuktikan bahwa tingkat kemajuan berbagai bangsa dunia ini tidak sama. Demi mudahnya pendekatan kita bedakan saja dua tingkat kebudayaan, yaitu kebudayaan tinggi dan kebudayaan rendah meskipun pembagian dikhotomis dan simplistis ini penenggelamkan nuansa kekayaan kultural yang memang ada diantara ujung yang tinggi dan rendah. Tolak ukur untuk menilai dan membedakan kebudayaan dalam dua kategori itu berupa asumsi yang sudah umum, pertama akumilasi ilmu pengetahuan positif dan tekhnologis di satu pihak dan hasil pembangunan fisik di lain pihak dan kedua yaitu bahwa agama itu merupakan motor penting dalam usaha manusia menciptakan tangga-tangga kemajuan. Dari asumsi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya ketegangan antara bangsa yang berbudaya tinggi dan yang berbudaya masih rendah yang di alami dunia dari masa lampau hingga sekarang ini tidak dapat dipelaskan dari pertanggungjawaban agama-agama yang di anut oleh bangsa-bangsa yang bersangkutan. Secara moral agama-agama tidak bisa cuci tangan atas terjadinya jurang (dan garis ) diskriminatif antara bangsa yang maju dan bangsa yang terbelakang. Keterlibtan agama-agama dalam hal tanggungjawab atas masalah tersebut tidak terelakan, bila kita berpegangan pada asumsi bahwa ilusi keunggulan ras (kulit putih) sebagai faktor penyebab kemajuan kebudayaan tidak dapat kita terima. Dan lagi bahwa faktor-faktor geografis dan klimatologis berdasarkan alsan metodelogis tidak kita perhitungkan sebagai penyebab perbedaan kebudayaan bangsa-bangsa. Maka hingga tinggal satu faktor yang ikut bertanggungjawab atas kejadian yang pincang itu, yaitu agama. Demikianlah agama merupakan motor dan promotor penting bagi pembudayaan manusia khususnya dan alam semesta umumnya atau meminjam kata-kata dari Peter L.berger; agama adalah bahasa manusiawi dengan mana suatu jagad raya ditegakkan. Dengan kata lain agama adalah upaya menciptakan alam semesta dengan cara yang suci.[3]
Kendatipun benturan pertikaian-pertikaian madzhab pada beberapa kurun waktu terakhir ini tidak lagi meruncing, namun keadaan umat islam dalam aspek kebudayaannya nampaknya tidak terlalu menggembirakan. Barangkali menjadi penyebab pokok adalah ummat islam kurang menaruh respek terhadap masalah- masalah kebudayaan pada umumnya. Antusiasme ummat islam terhadap persoalan-persoalan kultural hampir diaktakan “Nol Besar”.Mereka seakan- akan tidak tahu-menahu acuh takacuh, apatis dan masa bodoh denagn situasi dua jaman. Sementara gelombang kultur barat dalam berbagai bentuknya yang merangsang semakin menyusup dan melanda kota- kota dan daerah- daerah yang mayoritas berpenduduk islam. Rangsangan dan pengaruh tidak baik dari kebudayaan barat itu  semakin memperlihatkan arus desakan bertubi- tubi dan dahsyat, sehingga dapat merebut penggemarnya di kalangan anak- anak muda islam.
Begitukah pengaruh negatif kultur barat itu, sehingga banyak kalangan terutama anak- anak muda islam, terjangkit penyakit”keblinger tafsir” : bahwa apa yang datang dari barat adalah ‘modern”, dan segala yang datang dari barat adalah baik. 
C.      Masa Sebelum Islam
Masa sebelum islam khususnya di jazirah Arab, di sebut, masa jahiliah. Istilah masa Jahiliyah. Istilah jahiliyah dipakai untuk memnandai masa sebelum Nabi Muhammad SAW lahir. Term tersebut di gunakan Al-Qur’an dalam keadaan atau perilaku tertentu.[4]
Sebutan jahiliyah diberikan kepada bangsa arab yang pola kehidupannya bersifat primitif. Mereka pada umumnya hidup berkabilah- kabilah dan nomanden. Mereka berada dalam lingkungan yang ummi (tidak mengenal baca tulis) dan jauh dari peradaban, yang menyebabkan mereka hidup di dalam kegelapan dan kebodohan. Akibatnya mereka sesat jalan, tidak menemukan nilai-nilai kemanusiaan, menyembah berhala, membunuh anak dengan dalih kemuliaan dan kesucian, memusnahan harta dengan perjudian.dan membangkitkan peperangan diantara mereka dengan alasan harga diri dan kepahlawanan. Suasana ke hidupan seperti inilah dikenal dengan jahiliah.
Namun bukan berarti mereka tidak memiliki potensi perdaban. Mereka sebenarnya berada dalam kondisi fitrah. Dalam arti tidak terkonntaminasi oleh kebudayaan dan peradaban yang memerosokkan kemanusiaan seperti yang terjadi di Persia dan Romawi.mererea jauh dari bentuk- bentuk keguncangan kedua peradaban tersebut. Mereka terkenal dengan kedermawanan, suka menolong, rasa harga diri dan kesucian.
Yang paling fenomenal dari kehidupan bangsa arab jahiliayah adalah tradisi kesusastraan mereka yang begitu tinggi. Mereka memiliki institusi yang begitu tinggi. Peranan syair sangat dominan dalam kehidupan masyarakat jahiliyah. Ia memilii fungsi semacam funsi pers dalam kehidupan pers modern ini. Mobilitas sosial bisa dilakukan dengan efektif. Seseorang bisa jatuh dalam kehinaan hanya karena sebait syair. Demikian juga penghargaan terhadap penyair begitu tinggi, karena bukan kebetulan mereka menempati posisi elit dalam masyarakat sebagai “empu pengetahuan dan empu jaman”.
D.  Islam Di Masa Awal
Terdapat dua pendapat popular tentang awal dimulainya sejarah Islam dalam masa Nabi, Pertama, yang mengatakan bahwa sejarah Islam dimulai sejak Nabi Muhammad diangat menjadi Rasul. Kedua yang mengatakan bahwa sejarah islam dimulai sejak Nabi Muhammad diangkat mnjadi rasul .Kedua, yang mengatakan bahwa sejarah islam di mulai semenjak Nabi Hijrah dari Makah ke Madinah. Tetapi jika berdasar pada dimulainya penghitungan tahun hijrah, maka pilihan akan jatuh pada pendapat kedua, karena tahun islam dimulai dengan hijrahnya Nabi Muhamad dari makkah ke Madinah pada 16 Juli 622M. Karena pada saat di Madinah inilah eksistensi pemerintah islam di akui.
Nabi SAW di utus dengan al-Qur’an karena masyarakat jahiliyyah sangat gandrung denagan kasusastraan , maka al-Qur’an diturunkan denagn bahasa sastra seperti yang lazim dipakai oleh masyarakatnya. Hal ini didasarkan atas pertimbangan. Pertama untuk menyesuaikan diri dengan keadaan masyarakatnya. Kedua , untu menantang dan mengungguli syair- syair jahiliyah. , yang membuat Al-Qur’an memiliki daya hidup yang tinggi ditengah maraknya publikasi kepandaian orang arab dalam bersyair. Nah sehingga itu Al-Qur’an dapat berfungsi sebagai mu’jizat bagi kelangsungan tugas nabi Muhammad SAW.
Dalam penyampain risalah Tuhan, nabi Muhammad SAW mengalami banyak rintangan dan ganguan yang sangat keras dari berbagai pihak. Seperti ketika Nabi ditekan di kalangan masyarakat kafir Quraisy yang tidak setuju dengan ajaran yang disampaikannya bahkan mereka mengancam akan membunuh Nabi. Sehingga itu nabi mengirim sejumlah pengikutnya ke Abesinia yang mayoritas penduduknya beragama kristen (yang secara teologis sama-sama sebagai agama samawi) untuk mendapatkan suaka. Tapi pemimpin negeri Abesinia Raja Negus menolak kedatangan para pengikut yang diperintah nabi ke Abesinia. Oleh karena itu, Nabi melakukan perjanjian (ba’yah) dengan beberapa orang utusan dari masyarakat kota yastrib, yang tidak berapa lama mengantarnya berhijrah ke Madinah. Ditempat yang baru ini rosululullah membangun masyarakat dan meneruskan dakwahnya. Beliau menyebut penduduk asli madinah dengan Anshor, sedangkan mereka yang mengikuti Nabi untuk melakukan migrasi dari Mekah ke Madinah disebut muhajirin.
Pada masa di Madinah inilah Nabi Muhammad mampu menerapkan gagasan Al-Qur’an secara maksimal dan menjadikan islam sebuah faktor dalam sejarah. Hingga akhirnya ia dan kaum muslimin mendapatkan kesempatan untuk menaklukkan kota Mekah dan membebaskan Ka’bah dari berbagai berhala yang sebelumnya berada disekitarnya. Ia memberikan pandangan umum kepada masyarakat Mekkah, sebelum akhirnya ia menyempurnakan risalah Tuhan yang  ia terima pada Haji Wada’.
 Nabi Muhammad SAW menghadap sang kholiq dalam usia 63 tahun pada tahun 632 M /11 H. Namun setelah Nabi wafat, umat mulai berselisih. Perselisihan itu terjadi diawali tentang masalah penentuan siapa yang berhak mengganti posisi Nabi sebagai pemimpin. Ada kelompok yang mengatakan bahwa sebelum Nabi wafat, Nabi sudah berwasiat tentang penggantinya yaitu kelompok Syi’ah. Sementara  kelompok lain mengatakan bahwa beliau tidak pernah menentukan penggantinya. Maka mereka melakukan musyawarah yang diadakan di rumah Tsaqifah Bani Sa’dah untuk memilih pengganti Nabi. Dimana kelompok ini dikenal dengan nama kelompok Sunni. Yang akhirnya didapat bahwa Abu Bakar al-Shidiq lah sebagai khalifah pengganti Nabi Muhammad. Kebijakan pertama yang ia lakukan adalah memerangi orang-orang yang murtaddan golongan yang menolak membayar zakat. Ia juga melanjutkan kebijakan Nabi dengan mengirim pasukan yang dipiminpin Usamah bin Zayd  ke Syiria. Pada masa Abu Bakar ini juga berhasil mengumpulkan Al-Qur’an dalam satu mushaf yang sebelumnya berserakan dalam berbagai tulisan di pelepah kurma, batu tipis, tulang dan lembaran kain atau kulit binatang.
Setelah Abu Bakar wafat, Umar bin al-khattab melanjutkan tugas mulia sebagai khalifah ke dua. Ia pun dijuluki sebagai amir al-mukmin. Penyebaran islam meluas ke jazirah Arabia bahkan duta kerajaan besar persia dan romawi dapat ditaklukannya. Pada usia 63 tahun, Umar bin al-khattab wafat setelah dibunuh Abu lu’luah al Majusi dari persia ketika mengimami sholat.
Pengganti Umar bin al-Khattab adalah Ustman bin Affan, ia terpilih sebagai khalifah setelah masuk sebagai salah seorang anggota formatur (ahl al-Shura) yang diterapkan Umar menjelang kematiannya. Pada masa pemerintahannya ia berhasil menyusun Al-Qur’an dalam satu bentuk bacaan, yang sebelumnya memiliki banyak versi. Ia berhasil juga berhasil memperluas wilayah islam sampai ke Turki, Siprus, Afrika Utara, Asia Tengah, Khurasan dan Balkh di Afganistan. Usman meninggal dunia terbunuh pada usia 82 tahun ketika membaca Al-Qur’an. Akibat ketidakpuasan rakyatnya atas kebijakan politiknya yang cenderung nepotisme.
Pengganti Utsman bin Affan adalah Ali bin Abi Thalib terjadi berbagai  kekacauan dan kerusuhan pasca terbunuhnya Utsman. Rakyat menuntut sang khalifah untuk segera menghukum para pembunuh Utsman. Akan tetapi tuntutan itu sulit diwujudkan karena keadaan negara yang tidak stabil. Perpecahan dikalangan umat islam semkin tajam dengan terbaginya umat islam menjadi dua kubu : pendukung Ali dan pendukung Mu’awiyyah bin Abi Sufyan. Dan terjadilah perang yang disebut perang Siffin. Perang diantara keduanya diatasi dengan damai dengan cara tahkim, ini mengecewakan beberapa pendukung Ali,sehingga mereka menyatakan keluar dari barisan Ali dan balik menyerang mereka yang setuju dengan proses takhim (kelompok inilah yang disebut kelompok khawarij). Kelompok yang bertanggung  jawab atas terbunuhnya sang khalifah. 
    


BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
ü  Agama dalam pengertian “Addien “sumbernya adalah wahyu dari Tuhan.sedangkan kebudayaan sumbernya adalah dari manusia. Jadi agama tidak dapat dimasukkan ke dalam lingkungan kebudayaan. Selama manusia berpendapat bahwa tuhan tidak dapat dimasukkan kedalam hasil cipta manusia.
ü  Orang-orang yang percaya akan adanya Tuhan, dan alam semesta ini merupakan ciptaan Tuhan. Dengan demikian agama dapat ikut mempengruhi terciptanya kebudayaan, sedang kebudayaan tidak dapat mencipta agama. Sebagaimana halnya Tuhan mempengaruhi manusia dan manusia tidak dapat mempengaruhi Tuhan.
ü  Kelebihan islam dari agama- agama yang lainnya adalah bahwa islam memberi dasar yang lengkap bagi kebudayaan dan peradaban.
ü  Mengenai kebudayaan, bangsa- bangsa mana yang lebih tinggi, tidak ada perbedaan dalam islam. Bagi islam ketinggian itu hanya di tentukan di dalam takwanya kepada Tuhan. Sebagaimana firman Allah dalam Al-qur’an yang artinya “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menjadikan kamu laki- laki dan perempuan. Dan Kami menjadikan kamu bergolongan-golongan ( bersuku-suku ) agar supaya kamu saling kenal mengenal. Sesuangguhnya yang paling mulia diantara kamu ialah yang paling bertakwa kepada Tuhan”.(QS Hujurat : 13)
ü  Sebutan jahiliyah diberikan kepada bangsa arab yang pola kehidupannya bersifat primitif. Mereka pada umumnya hidup berkabilah- kabilah dan nomanden.
ü  Terdapat dua pendapat popular tentang awal dimulainya sejarah Islam dalam masa Nabi, Pertama, yang mengatakan bahwa sejarah Islam dimulai sejak Nabi Muhammad diangat menjadi Rasul. Kedua yang mengatakan bahwa sejarah islam dimulai sejak Nabi Muhammad diangkat mnjadi rasul


Daftar Pustaka
-          Ismail, Faisal. Paradigma Kebudayaan Islam dan Refleksi Historis. Titian Ilahi Press. Yogyakarta ,1996
-          Tri, Joko Prasetya,dkk. Ilmu Buday Dasar.PT RINEKA CIPTA. Jakarta,1991
-          Hendropuspito  D, Drs. Sosiologi Agama. PENERBIT KANISIUS (Anggota IKAPI).Yogyakarta. 1983
-          Tim Penyusun MKD Iain Sunan Ampel. Pengantar Studi Islam. IAIN Ssunan Ampel Press. Surabaya .2011
-          Tim Penyusun MKD Iain Sunan Ampel. Pengantar Studi Islam.IAIN Sunan Ampel Press. Surabaya.2004


[1] Drs. Joko Tri Prasetya dkk. Ilu Buday Dasar.PT RINEKA CIPTA, Jakarta 1991 hlm48
[2] Drs. Joko Tri Prasetyo.Ilmu Budaya Dasar.PT RINEKA CIPTA, Jakarta.1991, hlm 49
[3] Hendropuspita, Sosiologi Agama, 1984, Kanisius, halm159.
[4] Seperti firman Allah SWT”...mereka menyangka yang tidak benar kepada Allah seperti sangkaan jahiliyah..”(QS.3 :154) dan firmannya”...Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah dahulu...”( QS.33 :33 )

No comments:

Post a Comment