GottfriedWilhelm Von Leibniz adalah seorang
filsuf,ilmuwan,matematikus,sejarawan,dan diplomat.Lahir di Leipzig bulan Juli
1646.Jadiia lahir tiga belas tahun setelah kaelahran Spinoza dan empat tahun
sesudah kematian Descartes.Ayahnya seorang professor filsafat moral di
Universitas Leipzig.Umur lima belas tahun ia masukuniversitas Leipzig dibawah
bimbingan James Thomasius.Tahun 1663 Leibniz menyelesaikan tesis sarjana muda
berjudul De Principio Individui (prinsip
individual).Leibniz kemudian pergi ke Jena.Disana ia belaar matematika dibawah
bimbingan Erhard Weigel dan akhirnya berhasil menyelesaikan doctor pada bidang
hukum di Altdort tahun 1667 dengan judul De
casibus perplexis in jure (Tentang kasus-kasus yang membingungkan dalam
hukum).Leibniz kemudian dikirim dengan misi diplomatis ke Perancis.Disini ia
lalu berkenalan dengan Malebranche dan Arnauld.Tahun 1673 Leibniz pergi Inggris
bertemu dengan Boyle dan Oldenburg.Tahun 1682 ia mendirikan Acta Eruditorium di Leipzig ,dan pada
tahun 1700 Leibniz menjadi presiden pertama pada “Lembaga Ilmu-Ilmu Sosial”di
Berlin,yang pada akhirnya terkenal dengan nama “The Prussian Academy” (Copleston,1971).Beberapa karya Leibniz yang
terkenal antara lain:The Monadology,The
Prnciples of Nature and Grace,The Discourse on Metaphysics,dan The Theodicy[1].
B. Hal-Hal Yang
Mempengaruhi Pemikiran Leibniz
Dalam memahami pemikiran Leibniz sangatlah perlu
memahami latar belakang sosial-budaya yang terjadi saat itu .Leibniz kahir tiga
tahun sebelum terjadinya perang besar yang dikenal dengan”Perang Tiga Puluh
Tahunan.Perang ini membawa kekacauan dalam segala bidang kehidupan maka,tidaklh
mengherankan apabila pemikiran-pemikiran Leibniz mencoba untuk menyatukan
berbagai konflik ,terutama mengenai pemahaman keagamaan yang berbeda .Ia ingin
mengharmoniskan hubungan antara kaum Protestan dan kaum Katolil Roma .Dia
mendambakan agama universal atas dasar prinsip kristiani.Bahkan Leibniz tidak
hanya berkehendak menyatukan agama,bahkan dia berusaha menyatukan
ilmu,teologi,dan flsafat.Berbeda dengan pandangan Hobbes.Leibniz yakin bahwa
lmu tidaka akan mampu memahami alam secara totalitas.Penjelasan ilm secara
mendasar adalah ade-kuat ,jika
penjelasan itu didasarkan pada sebsb-sebsb efisien.Disamping itu,Leibniz juga
hendak menyelesaikan pertentangan lama antara realisme dan nominalisme,dengan
mengatakan bahwa teori teori secara universal adlah real.tetapi sungguh-sungguh
yang hadir objektif adalah yang particular.Atas dasar ini maka dalam arti tertentu
pandangan Leibniz dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk ”sinkretisme”
(mayer,1951;Peursen,1969).
Sama seperti Spinoza Leibniz
termasuk pengagum sekaligus pengkritik Descartes[2],Baginya
dia khawatir tentang kehidupan dan bagaimana menjalani hidup.Tetapi berbeda
dengan Spinoza yang kesepian.Ia justru termasuk orang yang kaya raya
(jet-setter)dan dipuja[3].
Leibniz juga dikenal sebagi
penemu kalkulus bersama Newton.Bagi Leibniz,filsafat adalah hobi yang berkesinambungan
dan ia terlibat dalamdiskusi filosofis dan melakukan korespondensi sepanjang
hidupnya bersama para filsuf di zamannya.sayangnya,banyak karyanya yang tidak
bisa dinikmati banyak orang setelah ia meninggal sebab tidak diterbitkan.
Namun demikian,bukan berarti karyanya tidak ada yang
membekas .Tesisnya yang paling agung termaktub dalam “Candide”[4]
.Tesis ini mengklaim bahwa ada jumlah pilihan yang tak terhingga banyaknya
diantara dunia-dunia yang mungkin berbeda dan Tuhan akan memilih yang terbaik
darinya.
Leibniz menyarankan
pengembangan suatu bahasa universal yang didalamnya semua masalah dapat
dipecahkan dengan perhitungan tanpa pertumpahan darah dan rasional.Ia
mempertahankan prinsip dasariah filsafatnya yang disebut dengan”prinsip cukup
alasan”.
Seperti Spinoza,Ia juga
memberi argumentasi bahwa tak ada yang terjadi tanpa adnya suatu alasan.Dan
semua alsan adalah alasan-alasan Tuhan dan Tuhan menentukan alam semesta dan
semua alasan tersebut tentu saja baik adanya.
Seperti halnya Descartes dan
Spinoza,Leibniz mendasarkan filsafatnya pada konsep substansi,tetapi secara
radikal pendapatnya sangat berbeda ,terutama berkaitan dengan masalh hubungan
jiwa dan materi dan jumlah substansi.
C. Pemikiran-Pemikiran
Leibniz
Filsafat Leibniz dimulai dari
dua doktrin.Pertama,doktrin yang implicit rasional,yaitu ada hukum dasar
pikiran yang jika diterapkan dengan tepat akan cukup menentukan struktur
realitas yang mendasar.Leibniz mengajarkan bahwa ilmu alam adalah perwujudan
dunia yang tampil secara matematis.Dunia yang terihat dengan yata hanya dapat
dikenal melalui penerapan dasr-dasar pertama pemikiran ,dan tanpa itu orang
tidak dapat melakukan penyelidikan ilmiah.Pandangan ini berkaitan dengan dasar
epistemologi Leibniz yakni tentang “kebenran logis” atau kebenaran pasti dan
kebenaran fakta atau kebenara pengalamn .Dua jenis kebenaran ini dihubungkan
dengan beberapa prinsip yang dikemukakan Leibniz ,yaitu prinsip kontradiksi dan
prinsip penalaran yang mencukupi atau prinsip cukup alasan.
Atas dasar pembedaan jenis
kebenaran itu,Leibniz membedakan dua jenis pengeteahuan.pertama,pengetahuan
yang menaruh kebenaran pada kebenaran eternal atau kebenaran logis
Kedua,pengetahuan yang didasarkan pada observasi atau pengamatan ,hasilnya
disebut “kebenaran kontingen” atau “kebenaran fakta”.Perbedaan antara kedua jenis kebenaran itu adalah kebenaran logis bersifat
analitik,sedangkan kebenaran fakta bersifat sintetis(Copleston,1971). Kebenaran
fakta berkaitan dengan prinsip “aasan yang mencukupi”(sufficient reason).Prisip
alasan yang mencukupi sebenarnya berlaku bagi semua jenis kebenaran ,tetapi
prinsip ini lebih tepat diterapkan pada kebenaran kontingen atau kebenaran
fakta sebab prinsip identitas adalah cukup alasan bagi kebenaran pasti.(Edwards,1967)
Doktrin kedua filsafat
Leibniz adalah pandangan rasional tentang monade
atau substansi.Menurutnya monade itu banyak,setiap monad itu berbeda,dan
Tuhan(sesuatu yang supermonad dan satu-satunya yang tidak dicipta) adalah
pencipta monad-monad tersebut.Dia juga menyatakan bahwa satu substansi
tidakdapat diciptakan dan tidak dapat dirusak,ia tidak mempunyai permulaan dan
tidak mempunyai akhir.Pandangan Leibniz tentang monad ini terdapat dalam The Monadology dan Principles of Nature and
The Grace ,founded on reason atau biasa disebut Principles[5].
Leibniz mengajarkan bahwa
kenyataan terdiri atas monad-monad atau pusat-pusat kesadaran,masing-masing
monad tidak memiliki bagian,tertutup dalam dirinya sendiri,tidak dapat
dimusnahkan ,mereka hanya dapat dibedakan dengan yang lain oleh kausalitas dan
aktivitas internal.Pandangan ini biasa dikenal dengan pluralisme yang
spiritualis.Pemberian makna monad sebaagai”The
True Atoms of Nature”,tidak berarti bahwa monad itu mirip atom sebagaimana
dalam ajaran Demokritos dan Epikuros(Copleston,1971).Monad-monaditu seperti
jiwa-jiwa dan leh karena itu setiap monad mempunyai kesadaran.Adapun kesadaran
yang dimiliki setiap monad mempunyai derajat yang berbeda-beda,tergantung
derajat kualitasnya.
Jadi jelas bahwa apa yang ditekankan dalam
pandangan yang pluralistik ini Leibniz
ingin menekankan otonomo individu atau individualitas.Leibniz
menegaskan:”Setiap Hal yang Eksis adlah bersifat individual,apapun yang umum
hanya ada dalam pikiran”:”Individuum Ens Positivum”(yang individual adalah
sesuatu yang positif)(Peursen,1969).
Rujukan:
Maksum,Ali.2011.Pengantar Filsafat:Dari Masa Klasik hingga
Postmodernism.Jogjakarta:Ar-Ruzz Media
Siswanto,Joko.1998.Sistem-Sistem
Metafisika Barat:dari Aristoteles
sampai Derrida.Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Mahasiswa PMT Kelas B Semester I 2011.2011.Pengantar Filsafat.
Surabaya:Prima Media Grafika
Bagaimana kegiatan sosial nya saat sudah sukses?
ReplyDelete