Tuesday, January 15, 2019

Sistem Ekonomi Sosial


BAB I
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Sosialisme
Secara etimologis, sosialisme berasala dari bahasa latin "socius" yang berarti sahabat atau teman. Bahasa Jawa konco, bahasa Arab sahabat, asyarat dan bahasa Inggris friend, bahasa Belanda makker. Sosialis mempunyai cita-cita persamaan, persahabatan, friendship, hetkameraads pelijke (dekameraadshap). Sosialisme di atas adalah sosialisme bercita-cita cara hidup satu untuk semua, semua untuk satu, tidak seperti seperti individualisme yang tiap-tiap orang buat dirinya sendiri.[1]
Menurut Lubis mengenai pengertian Istilah ini merupakan suatu prinsip pengendalian harta dan produksi serta kekayaan oleh kelompok. Sosialisme juga mendasarkan diri pada cita-cita sosial bahwa kekayaan didunia ini milik bersama, dan pemilikan bersama lebih baik dari pada pemilikan secara perseorangan dan keadaan masyarakat dimana hak milik pribadi atas alat-alat produksi telah dihapuskan.
George Soule berpendapat bahwa sosial (kebersamaan) yaitu kesediaan orang untuk bekerja sama, kemungkinan tabiat manusia semakin dapat disempurnakan, dan cita-cita persamaan derajat dan hak bukan hanya dalam bidang politik tetapi juga dalam bidang sosial ekonomi.[2]
Disisi lain sosialisme secara etimologi dalam bahasa perancis, sosial yang berarti kemasyarakatan. Istilah sosialisme pertama kali muncul diperancis sekitar 1830. Umumnya sebutan itu  dikenakan bagi aliran yang masing-masing hendak mewujudkan masyarakat yang berdasarkan hak milik bersama terhadap alat-alat produksi, dengan maksud agar produksi tidak lagi diselenggarakan oleh orang-orang atau lembaga perorangan atau swasta yang hanya memperoleh laba tapi semata-mata untuk melayani kebutuhan masyarakat.[3]
Dalam kehidupan sehari-hari istilah sosial sosialisme digunakan dalam banyak arti. Istilah sosialisme selain bisa digunakan untuk menunjukkan system ekonomi, juga bisa digunakan untuk menunjukkan aliran falsafah, ideologi, cita-cita, ajaran-ajaran atau gerakan.[4]
Sosialisme oleh sementara orang juga diartikan sebagai bentuk perekonomian dimana pemerintah paling kurang bertindak sebagai pihak yang dipercayai oleh seluruh warga masyarakat dan menasionalisasikan industry-industri besar seperti pertambangan, jalan-jalan,dan jembatan, kereta api, serta cabang-cabang produksi lain yang menyangkut hidup orang banyak. Dalam bentuk yang paling lengkap sosialisme melibatkan pemilikan semua alat-alat produksi termasuk didalamnya tanah-tanah pertanian oleh Negara dan menghilangkan milik swasta.[5]
Dari uraian diatas jelas bahwa pada awalnya sosialisme dimaksudkan untuk menunjukkan system-sistem kepemilikan dan pemanfaatan sumber-sumber produksi (selain labour) secara kolektif. Dengan definisi seperti diatas maka sosialisme bisa mencakup asosiasi-asosiasi kooperatif maupun pemilikan dan pengoperasian oleh pemerintah. Dengan definisi secara luas seperti ini Negara-negara seperti Uni Sofiet dan juga Inggris yang dikuasai oleh partai buruh dapat dimasukkan kedalam system sosialis.
Jadi menurut pendapat-pendapat sebelumnya dapat diketahui bahwa sosialisme yaitu lebih mementingkan hal orang banyak (kebersamaan) daripada individualisme yang cenderung mementingkan kepentingan pribadi sendiri.[6]
Dalam kehidupan sehari-hari  kata "sosialisme"sering digantikan dengan "komunisme". Antara sosialisme dan komunisme memang tidak banyak perbedaannya. Bahkan Mark sering menggunakan kedua istilah tersebut secara bergantian untuk menjelaskan hal yang sama. Bagaimanapun, oleh pakar-pakar yang lain keduanya sering dibedakan.
Di anatara aliran sosialisme yang ada hanya empat yang akan dibicarakan yaitu:
a.       Marxisme
Marxisme sebenarnya merupakan suatu sintesis dari berbagai arus ideologi yang perkembangan pada masa awalanya dan pertengahan abad ke 19. Arus ini adalah pemikiran sekuler gerakan pencerahan dialektika Hegel, metrealis feuberbach, teori perang kelas dari Mechelet doktrin ekonomi dan Smith dan Richardo serta slogan-slogan pilihan revolusi perancis. Filosofi dasar teori sosialisme yang ditawarkan oleh Karl Marx bersandar atas realiatas bahwa dengan adanya hegemoni dan kepemilikan individu atas faktor-faktor produksi, menyebabkan terjadinya eksploitasi kaum pemilik modal terhadap para pekerja (labour) untuk meraih keuntungan tertentu. Akan tetapi, dalam perjalanannya timbul keinginan dari para pekerja untuk bersatu untuk melawan dan menghancurkan sistem kapitalisme dan menggantikannya dengan sistem soislisme.
a)      Dialektika Hegel
Teori ini menyatakan bahwa setiap pemikiran yang muncul dalam kehidupan pasti akan timbul sikap reaksioner, antagonis, ataupun kontradiksi terhadap pemikiran yang ada. Sikap reaksioner tersebut akan menghasilkan pemkiran baru senagai penyempurna atas pemikiran sebelumnya. Konsep teori ini berpendapat bahwa sebuah pemikiran yang syarat dengan kesempurnaan dan kebenaran. Akan tetapi, pemikiran tersebut harus tetap dikritisi dan disempurnakan menhjafi pemikiran yang baru dan begitu seterusnya. Konsep dialektika ini dikenal dengan konsep tesis, antitesis, dan sintesis, dimana sintesis dapat menjadi tesis baru dalam perkembangannya.
b)      Matrealisme Historis
Materialisme Historis merupakan teori sejarah empiris yang berupa seperangkat sosiologi makro tentang sebab-sebab stabilitas dan perubahan dalam berbagai masyarakat. Teori ini menawarkan skema penafsiran semua kejadian sejarah dalam batas-batas kontribusinya untuk mewujudkan akhir sejarah. Inti teori ini menyatakan, bahwa Komunisme merupakan tujuan sejarah dan titk diman sejarah bermuara kepadanya. Kehiduan manusia pasti dimulai dengan perbudakan, feodalisme, kapitalisme dan brakhir dengan komunisme.[7]
Kritik terhadap pola pemikiran Karl Marx adalah sebagai berikut:
1.      Amal dan Value Added
Menurut teori Karl Marx, nilai suatu barang diukur dengan seberapa banyaknya amal (biaya) atau usaha dan keseriusan seorang dalam menyelesaikan barang tersebut. Semakin banyak waktu yang diluangkan dan semakin lama pula proses penyelesaian barang tersebut, maka nilai barang tersebut akan semakin tinggi. Amal adalah sebuah sumber sebuah nilai. Marx berkeyakinan bahwa upah yang diterima oleh para pekerja tidak sebanding dengan nilai intristik yang terkandung dalam barang tersebut. Menurut marx hal tersebut merupakan eksploitasi terhadap tenaga manusia.
Ada sebuah catatan bahwa amal bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang menentukan diproduksinya sebuah barang. Nilai suatu barang tidak hanya ditentukan seberapa bnyak amal(biaya) yang dikeluarkan untuk reproduksi barang tersebut. Akan tetapi ada faktor lain yang ikut berperan didalamnya berhak mendapat kompensasi. Faktor tersebut adalah capital.
2.      Kepemilikan Pribadi dan Kebebasan Ekonomi
Kepemilikan individu terhadap kekayaan serta kebebasan dalam berekonomi akan menyebabkan distorsi dalam distribusi kekayaan income(pendapatan). Selain itu, hal itu akan menyebabkan tindakan kedzaliman dan eksploitasi terhadap buruh. Pemikiran ini muncul ketika rezim kapitalisme beroprasi pada kebebasan ekonomi mutlak . realitanya saat ini intervensi pemerintah merupakan suatu yang lazim untuk mencegah terjadinya distorsi dalam proses distribusi dalam proses distribusi kekayaan dan income , disamping usaha mengatasi masalah pengangguran dan eksploitasi. 
3.      Runtuhnya Kapitalisme
Karl Marx berpendapat bahwa sistem ekonomi kapitalisme akan mengalami keruntuhan. Menurutnya sistem tersebut selamanya mengalami pertentangan dan perselisihan antara kaum buruh dan kebijakan pemilik modal.
Berdasarkan atas teori dialektika bukankah sosialisme juga akan mengalami hal yang sama.
4.      Sosialisme dan Komunisme Merupakan Tujuan Akhir Perkembangan Masyarakat
Perkembangan masyarakat digambarkan akan melalui fase-fase tertentu, yaitu: perbudakan, feodalisme, kapitalisme, dan sosialisme. Sosialisme merupakan tujuan akhir dari perkembangan kehidupan masyarakat.
Teori ini tidak selamanya benar, seperti halnya negara Rusia dan Cina yang dikenal sebagai negara sosialis tidak pernah menyentuh kapitalisme, melainkan mengadopsi sistem feodalisme ke dalam sosialisme.
5.      Bentuk Pemerintahan kaum Buruh
Marx berkeinginan untuk mendirikan sebuah negara dengan konsep egalitarianisme dalam semua aspek. Ia pun akan senantiasa aktif untuk menghilangkankaum pemodal yang berusaha mengeksploitasi kaum buruh. Kendatipun demikian dalam perjalanannya bentuk pemerintahan tersebut akan menimbulkan sikap diktator. Seperti yang telah kita sadari bahwa teori Marx mempunyai beberapa kelemahandalam aplikasinya. Akan tetapi, teori tersebut tetap mempunyai kelebihan dalam hal proses pendistribusikan kekayaan dan income serta perlindungan terhadap hak-hak kaum buruh.

b.      Sosialisme Pasar
Banyak negara yang mulai menginjak dimensi pasar dalam banyak pengelolaan ekonominya seperti Uni Soviet, Jerman Timur, Hungaria, Polandia, dan Rumania dan China telah terlebih dahulu merintis jalan menuju apa yang dikenal dengan sosialisme pasar.[8] Sistem sosialisme pasar adalah suatu sistem yang memiliki karakter berbeda dangan sistem yang lain. Dalam sistem ini, kepemilikan faktor produksi adalah oleh negara dan atau kepemilikan secara kolektif oleh publik. Keputusan apa yang harus diproduksikan sudah didesentralisasi dan dibuat berdasarkan kebutuhan yang bekerja berdasarkan mekanisme pasar. Motivasi para pelaku ekonomi adalah insentif material dan moral. Kehadiaran sistem ekonomi ini tidak lepas dari tokoh Deng Xiaoping. Ia adalah perintis reformasi Cina, dikenal dengan visi kreatifnya, yang mengawinkan sosialisme yang sudah mendarah daging dengan sisi positif kapitalisme. Sistem ekonomi hasil perkawinan ini kemudian dikenal dengan “sistem sosialisme pasar"
c.       Sosialisme Demokrasi
Sosialisme demokrasi tidak mempunyai ajaran-ajaran ideologi marxist dan tidak percaya pada penggunaan kekuatan dan kekerasan atau tidak percaya pada kehancuran kapitalisme yang tidak terhindarkan. Ia percaya bahwa sosialisme sebagai suatu gagasan tidak bisa dipisahkan dari demokrasi dan harus diperjuangkan secara damai dan gradual lewat proses-proses demokrasi tanpa revolusi.
Kendatipun demikian, kemilkan negara terhadap semua sarana produksi dan perencanaan pusat masih dianggap penting dalam diskusi-diskusi terdahulu untuk mencapai tujuan kaum sosialis.
Schupter mendefinisikan sosialisme sebagai suatu pola institusional dimana control terhadap sarana pruduksi dan produksi itu sendiri berada pada otoritas pusat. Oscar Lange melihat hal yang sama ebebrapa tahun kemudian. Ia sepakat bahwa sosialisme memandang penting kontrol Negara terhadap sarana produksi yang pokok. 
d.      Pasisme
Suatu hal yang nyata bahwa ide komunis itu bukan suatu cara pemecah yang benar dan wajar bagi kesulitan-kesulitan ekonomi manusia karena ia adalah carra pemecahan buatan yang ditolah oleh fitrah manusia.
Ada lagi suatu pemecahan yang lain masalah ekonomi yang diberi nama “national socialism”  ia membiarkan individu mempunyai kebebasan bertindak terhadap sarana-sarana ekonomi dibawah pengawasan suatu dictatorship yang ketat untuk melindungi kepentingan masyarakat. Tapi buah dari ide ini “ide pasisme”. Di dalam kenyataannya tidak berbeda dengan ide komunis karena ide pasis juga komunis melebar individu dan menuangkan dalam lembaga masyarakat dan mereka tidak diberi kesempatan untuk menonjolkan pribadi mereka, melahirkan kemampuan mereka dan mengembangkan bakat mereka secara bebas.[9]   
Selain itu pemerintah mengawasi tindakan individu terhadap alat produksi tidak kurang kerasnya, kesewenang-wenangan kekjaman dari pemerintah komunis karena mengawasi seluruh perindustrian dan seluruh sumber daya yang ada di dalam negeri dan memaksa satu kekuasaan yang kuat dan dahsyat. Sudah terang bahwa pemerintah manapun juga apabila dapat memiliki suatu kekuasaan raksasa seperti ini tidak boleh tidak akan memperlakukan rakyatnya seperti budak, yang tidak mempunyai kebebasan sedikitpun juga dan untukkepadanya laksana seorang sahaya yang telah dilucuti kemauannya.
B.     Sejarah Sosialisme
Menurut pandangan kaum cendekiawan abad 18 dan awal abad 19 yang menafsirkan tentang kebebasan, martabat manusia dan keunggulan hukum alam dengan cara sedemikian rupa sehingga mendukung tata ekonomi yang baru yaitu kapitalisme. Yang mereka tekankan ialah usaha individu mencari kepentingan diri sendiri sebagai kekuatan sosial yang baik dan mutlak perlu.[10]
Namun Soule berpendapat bahwa kaum fisiokrat dan AdamSmith telah merosot jauh, dirongrong oleh munculnya teori mathlus dan David Ricardao. Dalam teori mereka para tenaga kerja tidak pernah akan dapat upah lebih dari sekedar untuk dapat hidup, mungkin malah lebih rendah dari itu,berapapun meningkatnya kekayaan masyarakat. Kaum buruh dan para pemilik modal saling bertentangan; tuan tanah menjadi musuh semua konsumen lain. Ketidak-merataan pendapatan diterima sebagai suatu hal yang wajar yang tidak dapat dihindari; hal-hal seperti keadilan sosial dan pemerataan pendapatan hampir tidak ada bahkan sama sekali tidak terpikirkan. Dan karya amal hanya akan lebih menyengsarakan.
Lalu munculah para pemikir sosial yang terkenal yaitu Karl Marx, Marx tumbuh ditengah ideologi-ideologi mutakhir, yaitu pemikiran sekular Enlightenment, dialektika Hegel, materialisme Feeurbach, teori pertenatangan-kelas Michelet, doktrin ekonomi Smith dan Ricardo, dan Slogan militan Revolusi Prancis, terutama ideologi sekular anti agama, meskipun Marx adalah satu diantara tujuh anak dari orangtua penganut agama Yahudi. Ayahnya tidak terlalu ketat dalam mengamalkan ajaran agamanya. Ini tampak dengan jelas dari kepindahannya keagama Protestan, bukan berdasarkan keyakinan tetapi karena profesinya menghendaki hal ini.[11]
Marx merupakan sosialisme modern. Ia mengkombinasikan pandangan-pandangan pendahulunya baik yang sosialis maupun yang kapitalis dengan pandangan-pandangannya sendiri untuk menyusun suatu kerangka berpikir baru yang sungguh luar biasa. Pola berpikir yang baru itu sekalipun terdapat banyak kekeliruan didalmanya dan ramalan-ramalannya yang terbukti tidak terjadi namun telah menjadi landasan suatu gerakan yang amat kuat yang berlangsung selama ini.[12]
Berkaitan dengan sejarah sosialisme bebrapa orang berpendapat Robet Owen yang berasal dari Walesmerupakan seorang sosialis pertama beliau dianggap sebagai penggagas koperasi di Britain. Istilah ini muncul pertama kali di Perancis pada tahun 1830. Sosialisme merupakan teori atau sistem organisasi sosial ekonomi dimana salah satu ciri utamanya adalah sumber kekayaan Negara dinikmati bersama oleh seluruh rakyat secara merata.
Umumnya sebutan ini dikenakan sebagai aliran yang masing-masing hendak mewujudkan masyarakat yang berdasarkan hak milik bersama terhadap alat-alat produksi, dengan maksud agar produksi tidak lagi diselenggarakan oleh orang-orang atau lembaga perorangan atau swasta yang ingin memperoleh laba sendiri, tetapi semata-mata untuk melayani kebutuhan masyarakat.
Dalam arti tersebut ada empat macam aliran yang dinamakan sosialisme :
1)      Sosialisme Demokrat
2)      Komunisme
3)      Anarkisme
4)      Sinkalisme
Selepas perang Dunia pertama dan revolusi Rusia, sosialisme terbagi menjadi dua yaitu:
1)      Sosialis yang mengikuti Lenin yang dipanggil komunis
2)      Yang lain adalah yang percaya kepada system parlemente yang dipanggil sosialis demokrat
Perbedaan yang paling menonjol pada sosialis demokrat dan komunisme adalah sosial demokrat melaksanakan cita-citanya dengan jalan evolusi, persuasi, konstitusional- parlementer dan tanpa kekerasan, sebaliknya komunisme melalui revolusi.
Dalam perkembangannya, Lenin dan Salatin berhasil mendirikan Negara Komunis. Istilah sosialis lebih disukai daripada Komunis karena dirasa lebih terhormat. Dan tidak menimbulkan kecurigaan. Mereka menyebut masa transisi itu terjadi dengan dibentuknya Negara Sosialis, kendati istilah resmi yang mereka pakai adalah "Negara demokrasi rakyat".
Dipihak lain Negara diluar "Negara sosialis" yaitu Negara yang diperintah oleh partai komunis, tetap memakai sebutan komunisme untuk organisasinya, sedangkan partai Komunis di Negara barat memakai sebutan "sosialis demokrat". Dengan demikian dapat dikemukakan, sosialisme sebagaiideologi politik adalah suatu keyakinan dan kepercayaan yang dianggap benar mengenai tatanan politik yang mencita-citakan kesejahteraan masyarakatsecara merat melalui jalan evolusi, persuasi, konstitusional-parlementer dan tanpa kekerasan.
Kekuatan dan kelemahan utama sosialisme terletak dalam kenyataan bahwa sistem ini tidak memiliki doktrin yang pasti dan berkembang karena sumber-sumber yang saling bertentangan dalam masyarakat yang menjadi wadah perkembangan sosialisme.
Unsur-unsur pemikiran politik yang makin rumit dan saling bertentangan dengan jelas tergambar dalam gerakan sosialis inggris, yaitu:  Agama, idealis etis dan Estetis, Empirisme Fabian dan liberalisme, (William Ebnestain).  Dalam pembentukan gerakan sosialis bahwa pengaruh agama sangat lah kuat. Inngris pada abad 19 merupakan bangsa yang terdiri dari para pembaca kitab suci. Prinsip yang menjadi pedoman bagi kaum sosialis Kristen adalah konsep yang mendasarkan bahwa sosilis harus dikristenkan dan Kristen harus di sosialiskan. Adanya perhatian agama Kristen bersifat praktis ini sangat kuat terasa selama pengruh akhir abad 19. Kesungguhan moral kejujuran merupakan ciri masa ini. Agama mengakui kesopanan dan kepercayaan merupakan syarat penting untuk memperoleh kesalamatan, akan tetapi tetap menekankan pentingnya perbuatan dan penyelamatan.
Empiris Febian merupakan ciri khas gerakan Inggris. Febianisme sering digambarkan sebagai pembaharu tanpa kebencian, pembangunan kembali perang kelas, emperialisme politik tanpa dogma dan fanatisme. Liberalisme telah menjadi sumber yang sangat penting bagi sosialisme , terutama sejak partai liberal merosot peranannya di banyak Negara. Di Inggris sebenarnya partai liberal telah lenyap dan partai buruh menjadi pewarisnya.
Liberalisme memberikan sumbangan yang cukup besar dan hal-hal  yang berguna bagi sosialisme. Karena pengruh ini pemimpin sosialis lebih moderat dan kurang terpaku kepada doktrin serta lebih menghargai kebebasan individu. Dalam faham sosialisme sejak semula terdapat sebuah kerancuan. Disatu pihak sosialisme merupakan sebuah cita-cita moral tinggi yang mutlak sifatnya: cita-cita tentang pola perekonomian yang non-eksploitatif, yang tidak ditentukan oleh kerakusan individual, melainkan oleh keprihatinan bersama tentang sebuah masyarakat berlandaskan kesetia kawanan yang sejati.
Tetapi dilain pihak cita-cita itu dikaitkan pada sebuah konsep perekonomian empiris tertentu, perekonomian atas dasar penghapusan hak milik pribadi terhadap alat-alat produksi. Sosialisme adalah kepercayaan bahwa sumber ketidakpastian sosial terletak dalam hak milik pribadi produktif. Kombinasi dua unsur itu cita-cita etis dan kepercayaan empiris ekonomis menghasilkan utopi sosialisme, harapan akan masyarakat tanpa eksploitasi. Akan tetapi, suatu gerakan yang mengkaitkan cita-cita mutlak pada sebuah program politik empiris mudah menjadi ideologis. Keracunan itu mempunyai akibat jauh. Apabila perekonomian tidak ditangan perorangan lalu ditangan siapa? Hamper seluruh gerakan sosialis yang marxis maupun yang bukan, sampai pada tahun 50-an, jadi selama lebih dari satu abad, menjawab penuh keyakinan di tangan Negara. Sosialisme de facto menjadi etatisme.
Dengan demikian kekuasaan pasar yang memmang bisa brutal dan tidak manusiawi, tetapi tidak toleran terhadap efisiensi, pemborosan dan korupsi diganti dengan perencanaan dan distribusi sentral. Akibatnya sungguh ironis, pembagian hasil produksi menurut ekonomi pasar strict structural mengikuti keseimbangan kekuatan-kekuatan penentu dipasar. Diganti dengan kepercayaan pada kejujuran dan cita-cita keadilan birokrasi. Hasrat untuk membongkar akar-akar egoisme ekonomis struktural menghasilkan konsepsi ekonomi dimana hasil baik tergantung dari keahlian tergantung dari keahlian dan good wiil elit birokrasi Negara.  
Maka dari semua Negara sosialis apakah itu Negara komunis, atau Negara-negara sosialis di dunia ketiga sosilisme menjadi sisnonim bagi stagnasi, inefisiensi, birokratisme, mumpungisme, korupsi, pekerjaan tak mutu seenaknya, polusi dan perusakan lingkungan. Sekaligus keangkuhan penguasa, ketidak pedulian akan penderitaan nyata masyarakat,melainkan pemenuhan secara pusat,kekakuan dalam penyesuian terhadapkondisi-kondisi lokal, pendekatan top down dan permusuhan terhadap usaha-usaha demokratis basis. Yang tragis ialah bahwa  dengan demikian sosialisme gagal justru dalam klaimnya yang paling fundamental: dalam cita-citanya untuk membentuk pola kehidupan bermasyarakat dimana manusia dihargai sebagai manusia dan bukan sebagai unsure produksi dimana, sekurang-kurangnya, kebutuhan dasar dari kesejahteraan umum seluruh masyarakat terpenuhi.
Barangkali oprang bertanya: tetapi bagaimana halnya Yugoslavia yang sosialismenya mengikutsertakan kaum buruh dalam penentuan kebijakan perusahaan-perusahaan diaman mereka bekerja? Eksperimen itupun dinilai sudah lama gagal. Sejaka lahir tahun 70-an ekonomi Yugoslavia berstagnasi di pinggir kebangkrutan. Namun barangkali dari kegagalan itu tidak boleh ditarik kesimpulan-kesimpulan terlalu jauh. Ada kemungkinan bahwa ekspeimen penguasa langsung buruh pada proses produksi ini gagal terutama karena dua sebab: karena dicoba dalam kerangka makro sosialisme etatistik dank arena self administration kaum buruh itu lebih tepat merupakan akhir dan bukan permulaan sebuah proses.
Ada masalah yang lebih fundamental. Cita-cita sosialisme tidak lepas dari egalitarisme: sebagai lawannya liberalisme, sosialisme mengutamakan kesamaan. Prioritas kesamaan terhadap kebebasan menjadi dilemma terdalam sosialisme. Sebaliknya tidak percuma bahwa revolusi perancis menyebutkan kebebasan sebelum kesamaan dan bahwa jhon Rawls dalam teori keadilannya yang termasyhur menegaskan bahwa keadilan hanya dapat tercapai apabila kebebasan diberi prioritas.   
Kesamaan bukanlah konsep natural, melainkan moral, secara alami manusia tidak sama, melainkan berbeda dalam kekuatan fisik, intelektual, psikis, dan moral. Oleh karena itu kesamaan alami dan real hanya dapat dicapai dengan membatasi kebebasan. Dalam masyarakat yang bebas pembatasan kebebasan demi  kesetiakawanan bersama merupakan keharusan etis dan sosial. Tak ada haka atas kebebsan tanpa batas. Tetapi karena kebebasan didahulukan, pembartasan kebebasan sendiri tidak dipertanggungjawabkan. Jadi kalau kebebasan diprioritaskan, kesamaan tetap dapat diusahakan, karena kebebasan yang diusahakan itu memang terbatas dan dapat dibatasi.
Tetap sebaliknya, kalau kesamaan didahulukan, kebebasan harus dihapuskan karena kebebasan dengan sendirinya condong mengembangkan perbedaan-perbedaan natural. Prioritas kesamaan dengan sendirinya menghasilkankesamaan yang tidak bebas.
    

C.    Latar Belakang Sosialisme
Sistem  ekonomi sosialis merupakan system ekonomi yang bersandar pada ajarannya Mark (1952), melalui bukunya Capital and Mnifesto of Comunist Party. Menurut Mark masyarakat komunis yang di cita-citakan mmerupakan masyarakat yang tidak ada kelas sosialnya. Sebagai wujud pemikiran Karl Mark komunisme adalah sistem yang mengharuskan pemerintah memiliki dan menggunakan seluruh faktor produksi, namun, lanjutnya kepemilikan pemerintah atas faktor-faktor produksi tersebut hanya sementara. Ketika perekonomian masyarakat dianggap telah matang, pemerintah harus memberikan ha katas faktor-faktor produksi itu kepada para buruh.
Mark berkeyakinan bahwa kapitalisme yang mengedepankan penumpukan modal dan penindasan buruh adalah sistem yang dipandang merugikan kaum buruh oleh para sosialis. Menurut Marx kaum buruh adalah kaum Proletar yang kesemuanya telah menjadi korban eksploitasi kaum borjuis. Marx meramalkan akan terjadi suatu keadaan dimana terjadi kesadaran kelas dikalangan kaum proletar. Kesadaran kelas ini membawa damapak pada adanya kemauan untuk melakukan perjuangan kelas untuk melepaskan diri dari eksploitasi, perjuangan ini dilakukan melalui revolusi. Hal inilah yang membangkitkan sosialisme. [13]   
Sistem ekonomi sosialisme mempunyai  tujuan kemakmuran bersama. Filosofi ekonomi sosialis, adalah bagaimana bersama-sama mendapatkan kesejahteraan. Perkembangan sosialisme dimulai dari kritik terhadap kapitalisme yang pada waktu itu  kaum kapitalis atau disebut kaum borjuis mendapat legitimasi gereja untuk mengeksploitasi buruh. Inilah yang menjadikan Karl Marx mengkritik sitem kapitalis sebagai ekonomi yang tidak sesuai dengan aspek kemasyarakatan.[14]
Kaum miskin sebagai kelompok yang tertindas merupakan kelas yang mengembangkan gerakan pembebasan dari ketertindasan ekonomi maupun politik. Sosialisme modern yang memusatkan perhatian untuk membebaskan kelas pekerja industri dari belenggu kapitalisme industri sejak revolusi perancis dan industry. Pandangan ini merupakan reaksi yang mencerminkan perubahan-perubahan dalam organisasi sosial yang disebabkan oleh industrialisasi yang bertepatan dengan lahirnya gerakan buruh terorganisasi di Inggris.
Berdasarkan perkembangan dan cita-cita sosialisme maka perjuangan sosialisme mencapai puncak prosesnya pada Marx. Tokoh pencetus Sosilaisme Marx adalah orang yang mengenalkan adanya ideologi sosialisme ini belaiu lahir di Trier-Prusia, 5 Mei 1818. Ayahnya bernama Heinrich Marx, pengenut agama Majusi, tetapi sebelum Karl marx lahirayahnya berganti menjadi Luther semata-mata demi akhirnya sebagai pengacara. Karl Marx dibesarkan oleh ibunya Henrietta Pressburg yang bersal dari Belanda.
Karena latar belakang keluarga yang hidup dibawah garis kemiskinan, heinrich mengasuh pendidikan anaknya sendiri dirumah hingga usia 12 tahun.
Karl Marx selanjutnya disekolahkan disekolah senam Trier, selanjtnya barulah Marx meneruskan studi di Universitas Bonn tahun 1835, saat itu usia Karl  Marx mencapai 17 tahun. Karl Marx menyukai studi mengenai filsafat. Meskipun ayahnya menginginkan dia untuk mempelajari hukum yang bisa langsung dipraktekkan ke masyarakat.
Karl Marx memperoleh title doctor pada tahun 1841 setelahmerampungkan thesis, Karl Marx menikahi seorang putri sorang ningrat, wanita terpelajar bernama Jenny von Westphalen, dikaruniai 7 anak, namun karena mereka hidup miskin hanya 3 anak yang tumbuh sampai dewasa, setelah menikah Karl Marx terpaksa meninggalkan jerman untuk dapat suasana yang lebih liberal di Paris.
Pada tanggal 28 September 1864 Marx dan Eangels mendirikan oraganisasai "Asosiasi Pekerja Internasional".


D.    Sistem Ekonomi Sosialis
Dalam ekonomi sosialisme mempunyai kecenderungan sebagai berikut:
1)      Pemilikan Harta oleh Negara
Seluruh bentuk produksi dan sumber pendapatan menjadi milik Negara dan diatur kemudian lewat Negara, dipergunakan untuk seluruh rakyat. Rakyat tidak mempunyai hak untuk memilih harta kecuali harta-harta tertentu yang telah ditetapkan oleh Negara. Motivasi masyarakat untuk bekerja tidak didasarkan atas nilai kepemilikan yang ia akan dapatkan kelak setelah bekerja, tapi dkarenakan adanya aturan yang ketat atas apa yang harus mereka kerjakan. Tapi bukan berarti rakyat tidak mendapatkan hasil dari apa yang dikerjakannya. Rakyat mendapatkan hasil yang rata yang dilakukan leh Negara.[15]
Tapi hak milik kolektif ini tidak berlaku bagi semua harta benda yang kini dimiliki secara pribadi. Hal ini hanya berlaku bagi alat produksi pokok. Dan ia meliputi semua penguasaan tanah besar, hutan, dan endapan barang-barang galian, demikian pula jalan kereta api, pekerjaan umum lainnya, dan pabrik lebih penting[16]
Perhatian Negara pada bidang-bidang tertentu, menimbulkan kecenderungan lebih banyak mengalokasi hasil produksi pada sector yang diprioritaskan, misalnya ketika masa perang Negara sosislis cenderung memperhatikan bagaimana sector ekonomi dialihkan untuk mengkomodir kebutuhan perang dibanding masalah kesejahteraan rakyat. Akibatnya kapasitas kerja rakyat dikondisikan pada target produksi Negara yang sedang perang. Dorongan masyarakat untuk bekerja sebagai hak individu untuk memiliki harta atau memanfaatkan produksi tidak diperbolehkan dengan demikian individu secara langsung tidak mempunyai ha katas kepemilikannya.

2)      Kesamaan Ekonomi
Sistem ekonomi sosialis menyatakan-walaupun sulit ditemui disemua Negara komunis –bahwa hak-hak individu dalam suatu bidang ekonomi ditentukan oleh prinsip kesamaan. Prinsip ini didasarkan atas kebutuhan minimal perorang dalam dalam hidup perharinya. Kesamaan dalam memnuhi kebutuhan didasarkan atas asumsi bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pelayanan. Sehingga potensi yang berkembang dikarenakan latar belakang kemampuan alami kurang mendapat perhatian oleh Negara.
Keadaan ini menjerumuskan pada kehidupan masyrakat yang beku dan tidak ada dinamika, karena apresiaisi hidup manusia terbelenggu oleh berbagai aturan Negara yang lebih dipengaruhi oleh perspektif baku tentang masyalah kemasyrakatan.
3)      Disiplin Politik
         Untuk mencapai tujuan diatas, keseluruhan Negara diletakkan dibawah peraturan kaum buruh, yang mengambil alih semua aturan produksi dan distribusi. Kebebasan ekonomi serta hak kepemilikan harta dihapus. Aturan yang diperlakukan dangatlah ketat untuk lebih mengefektifkan praktek sosialisme. Hal ini juga menunjukkan bahwa tanpa adanya upaya yang lebih ketat mengatur kehidupan rakyat maka keberlangsungan system sosialis ini tidak akan berlaku ideal sebagaimana yang dicita-citakan Marx,Lenin dan Stalin.
Kecenderungan kebaikan sistem ekonomi Sosialis
1)      Disediakannya Kebutuhan Pokok
Setiap warga Negara disediakan kebutuhan pokoknyat termasuk makanan/minuman, pakaina, rumah kemudahan fasilitas kesehatan serta temapat tinggal dan lain-lain. Setiap orang disediakan oleh Negara untuk mendapatkan pekerjaan yang telah ditentukan oleh Negara untuk mendapatkan pekerjaan yang telah ditentukan oleh Negara, sedangkan orang-orang tua, serta orang cacat fisik dan mental berada dalam perawatan dan pengawasan Negara. Keaddan ini terjadi karena Negara merasa memiliki sepenuhnya rakyat.
2)      Didasarkan Perencanaan Negara
Semua pekerjaan dilaksanakan berdasarkan perencanaan Negara yang sempurna diantara produksi dengan penggunaanya. Dengan demikian masalah kelebihan atau kekurangan produksi seperti yang berlaku dalam sistem ekonomi kapitalis tidak akan terjadi.[17]
Dalam kapitalisme sistem produksi adalah anarkis, dan akan trrjadi suatu krisi berkala. Tapi dengan memandang jangka jauh dan melalui perencanaan terpusat, ekonomi sosialis dapat mengawasi fungsi daur perencanaan terpusat, ekonomi sosialis dapat mengawasi fungsi daur perdagangan jauh yang lebih baik dari pada tatanan yang sekarang. Ekonomi sosialis juga cenderung mengurangi risiko dan ketidakpastian yang terdapat dalam masyarakat kapitalis.[18]
Karena perencanan diatur oleh Negara maka kebijakan ini lebih fokus pada penanganan ekonomi pada tingkat nasional. Segala masalah daerah direduksi menjadi masalah nasional.[19]
3)      Produksi Dikelola oleh Negara
Dalam sosialisme industri tidak dalam tangan perusahaan perorangan tetapi dikendalikan melalui suatu jenis organisasi umum. Soal rincian yang tidak seluruhnya disetujui oleh berbagai kelompok sosialis adalah tentang bagaiman kiranya organisasi itu. Bagaimana pengturannya, ciri perbedaannya adalah tidak adanya pemilik kapitalis sedangkan hak milik diberikan dengan salah satu cara ditangan masyarakat.
Semua bentuk produksi dimiliki dan dikelola oleh negara, sedangkan keuntungannya digunakan untuk kepentingan-kepentingan negara. Misalnya untuk memenuhi kepentingan-kepentingan sarana dan prasarana ekonomi rakyat semacam makanan, pendidkan, kesehatan. Demikian juga negara mengatur proses perdagangan luar negeri yang berupa valuta asing, menyediakan dan merawat alat-alat perang dan sebagainya.
Tetapi bukan berarti semua sarana masyarakat tersebut dikelola melalui distribusi yang adil oleh pemerintah, pemerintah dikelola melalui distribusi yang adil oleh pemerintah. Pemerintah lebih menfokuskan pada penyediaan barang sarana produksi yang berhubungan dengan kepentingan negara.
Kecenderungan kelemahan sistem ekonomi sosialis adalah
1)   Sulit melakuakan transaksi
Tawar menawar sangat sukar dillakuakan oleh individu yang terpaksa mengorbankan kebebasan pribadinya dan hak terhadap harta milik pribadinya hanya untuk mendapatkan makanan. Sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan lain-lain semua dikelola oleh negara. Proses keberadaan output produksi juga diatur oleh negara, maka transaksi yang dilakuakn oleh masyarakat bisa melanggar hukum.
Jual beli dalam masyarakat sosialis sangat terbatas, demikian pula masalah harga ditentukan oleh pemerintah. Olehkarena itu stabilitas perekonomian negara sosialis lebih disebabkan tingkat harga ditentukan oleh negara, bukan ditentukan oleh mekanisme pasar.
2)      Membatasi Kebebasan
     Sistem sosialisme menolak sepenuhnya sifat memntingkan diri sendiri, memntingkan kepentingan golongan. Kepentingan-kepentingan itu akan tumbuh bila ada ruang yyang tersedia bagi masyarakat untuk mengaktualisasikan. Keinginannya dan kebutuhannya secara bebas, tetapi , dalam sistem sosialis kebebasan manusia sangat terbatas. Bukan hanya untuk berkumpul dan berserikat. Untuk melakuakn aktivitas berhubungan kepentinagn pribadi saja sangat terbatas
Sistem sosialis telah membelenggu kehidupan masyarakat pada kegiatan yang lebih mekanistik, karena masyarakat dikondisikan untuk berhadapan dengan pola kerja yang sama dari hari ke hari.
3)      Mengabaikan Pendidikan Normal
Dalam sistem in semua kegiatan diambil alih untuk mencapai tujuan ekonomi sementara pendidkan moral individu diabaikan. Dengan demikian, apabila pencapaian kepuasan kebendaan menjadi tujuan utama dan nilai-nilai moral tidak diperhatikan lagi.
Pendidkan sosialis menjadikan masyarakat berpikir pragmatis, pola pemenuhan batiniyah pun dalam paket pendidikan materialistis. Tiada penentu utama kesejahteraan individu. Kecuali dengan berpikir realistis.[20]
E.     Perkembangan Sosialisme di Indonesia
Salah satu tokoh pendiri sosialisme di Indonesia dalah Sutan Syahrir, ia lahir di Padang Panjang, Suimatera Barat. 5 Maret 1909 dan meninggal di Zurich Swiss, 9 April 1996. Ia meninggal dalam pengasingan sebagai tawanan politik dan dimakamkan di TMP Klalibata, Jakarta. Ia seorang politikus dan perdana menteri pertama Indonesia.
            Selepas memimpin kabinet Sutan Syahrir diangakat menjadi pensihat Soeharto sekaligus Duta Besar Keliling. Dan juga Sutan Syahrir mendirikan Partai Sosialis Indonesia (PSI) pada bulan Februari 1948. Sosialisme Syahrir berpijak pada penghormatan nilai-nilai demokrasi dan humanisme. Mmenghargai dan mengutamakan kemerdekaan individu-individu masyarakat Indonesia. Oleh karenanya Syahrir berpendapat bahwa revolusi Indonesia hedaknya melebarkan sayap jauh melampaui batas-batas kemerdekaan nasional untuk menanamkan kemajuan sosial ekonomi yang berakar luas.
            Syahrir tegas membedakan paham sosialisme yang hendak diperjuangkannyadi Indonesia dengan sosialisme yang ada di eropa barat maupun sosialisme yang ditawarkan oleh komunis.
            Tahun 1995 PSI gagal mengumpulkan suara dalam pemilihan umum pertama di Indonesia. Hubungan Sutan Syahrir dengan Soeharto pun kian memburu sampai akhirnya PSI dibuabarkan tahun 1996, syahrir ditangkap dan dipenjarakan tanpa diadili sampai dia menderita stroke. Dalam perkembangannya sosialis samapai sekarang masih berkembang dengan adanya Komunitas Sosialis Indonesia (KSI) yang didirikan oleh professional muda yang pernah aktif dalam keorganisasian sosialisme. [21]
  


BAB II
KESIMPULAN

           
Secara etimologis, sosialisme berasala dari bahasa latin "socius" yang berarti sahabat atau teman. Istilah ini merupakan suatu prinsip pengendalian harta dan produksi serta kekayaan oleh kelompok. Sosialisme juga mendasarkan diri pada cita-cita sosial bahwa kekayaan didnia ini milik bersama, dan pemilikan bersama lebih baik dari pada pemilikan secara perseorangan dan keadaan masyarakat dimana hak milik pribadi atas alat-alat produksi telah dihapuskan
Dalam arti tersebut ada empat macam aliran yang dinamakan sosialisme :
ü  Sosialisme Demokrat
ü  Komunisme
ü  Anarkisme
ü  Sinkalisme
Selepas perang Dunia pertama dan revolusi Rusia, sosialisme terbagi menjadi dua yaitu:
ü       Sosialis yang mengikuti Lenin yang dipanggil komunis
ü  Yang lain adalah yang percaya kepada system parlemente yang dipanggil sosialis democrat
Sistem  ekonomi sosialis merupakan system ekonomi yang bersandar pada ajarannya Mark (1952), melalui bukunya Capital and Mnifesto of Comunist Party. Menurut Mark masyarakat komunis yang di cita-citakan mmerupakan masyarakat yang tidak ada kelas sosialnya. Sebagai wujud pemikiran Karl Mark komunisme adalah sistem yang mengharuskan pemerintah memiliki dan menggunakan seluruh faktor produksi, namun, lanjutnya kepemilikan pemerintah atas faktor-faktor produksi tersebut hanya sementara. Ketika perekonomian masyarakat dianggap telah matang, pemerintah harus memberikan ha katas faktor-faktor produksi itu kepada para buruh.
Marx merupakan sosialisme modern. Ia mengkombinasikan pandangan-pandangan pendahulunya baik yang sosialis maupun yang kapitalis dengan pandangan-pandangannya sendiri untuk menyusun suatu kerangka berpikir baru yang sungguh luar biasa. Pola berpikir yang baru itu sekalipun terdapat banyak kekeliruan didalmanya dan ramalan-ramalannya yang terbukti tidak terjadi namun telah menjadi landasan suatu gerakan yang amat kuat yang berlangsung selama ini.
Salah satu tokoh pendiri sosialisme di Indonesia dalah Sutan Syahrir, ia lahir di Padang Panjang, Suimatera Barat. 5 Maret 1909 dan meninggal di Zurich Swiss, 9 April 1996. Ia meninggal dalam pengasingan sebagai tawanan politik dan dimakamkan di TMP Klalibata, Jakarta. Ia seorang politikus dan perdana menteri pertama Indonesia.
Selepas memimpin kabinet Sutan Syahrir diangakat menjadi pensihat Soeharto sekaligus Duta Besar Keliling. Dan juga Sutan Syahrir mendirikan Partai Sosialis Indonesia (PSI) pada bulan Februari 1948. Sosialisme Syahrir berpijak pada penghormatan nilai-nilai demokrasi dan humanisme.




DAFTAR PUSTAKA

Nawawi, Ismail 2012, Filsafat Ekonomi Islam, Jakarta: CV. Dwiputra Pustaka Jaya
Nawawi, Ismail 2009, Ekonomi Islam-Perspektif Teori, Sistem dan aspek Hukum, Surabaya: ITS Press
Dealnov, 1997, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada
Sudarsono, Heri,2004, Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar,Yogyakarta: Ekonisia
Mannan, 1995, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Yogyakarta:PT. Dana Bhakti Wakaf
Pujolwanto, Basuki, 2014,Perekonomian Indonesia Tinjauan Historis, Teoritis, dan Empiris, Yogyakarta: Graha Ilmu
Lubis, H. Ibrahim. 1994. Ekonomi Islam Suatu Pengantar I. Jakarta Pusat:Kalam Mulia
Chapra, M. Umer. 1999. Islam Dan Tantangan Ekonomi, Islamisasi Ekonomi Kontemporer. Surabaya:Risalah Gusti
Soule, George. 1994. Pemikiran Para Pakar Ekonomi Terkemuka.Yogyakarta:Penerbit Kanisius
Ali, Zainuddin. 2009. Hukum Ekonomi Syariah. Jakarta:Sinar Grafika
Naqvi, Syed Nawab Haider. 2003. Menggagas Ilmu Ekonomi islam. Yogyakarta:Pustaka Pelajar

   

[1] H. Ibrahim Lubis. Ekonomi Islam Suatu Pengantar. Kalam Mulia. Jakarta Pusat. 1994. Hlm.60
[2] George Soule. Pemikiran Para Pakar Ekonomi Terkemuka. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 1994. Hlm.71
[3] Ismail Nawawi, 2012, Filsafat Ekonomi Islam, Jakarta: CV. Dwiputra Pustaka Jaya, hal. 255
[4]Dealnov, 1997, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, hal. 53
[5] H. ZAinuddin Ali. Hukum Ekonomi Syariah. Sinar Grafika. Jakarta. 2009. Hlm.21
[6] Syed Nawab Haider Naqvi. Menggagas Ilmu Ekonomi Islam.Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2003. Hlm.105
[7] Ismail Nawawi, 2009, Ekonomi Islam-Perspektif Teori, Sistem dan aspek Hukum, Surabaya: ITS Press, hal.33

[8] Ismail Nawawi, 2009, Ekonomi Islam-Perspektif Teori, Sistem dan aspek Hukum, Surabaya: ITS Press, hal.35
[9] Ismail Nawawi, 2009, Ekonomi Islam-Perspektif Teori, Sistem dan aspek Hukum, Surabaya: ITS Press, hal.37
[10] George Soule. Pemikiran Para Pakar Ekonomi Terkemuka. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 1994. Hlm.76

[11] M. Umer Chapra. Islam Dan Tantangan Ekonomi, Islamisasi Ekonomi Kontemporer. Risalah Gusti. Surabaya. 1999. Hlm.76
[12] George Soule. Pemikiran Para Pakar Ekonomi Terkemuka. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 1994 . Hal 82
[13] Basuki Pujolwanto,2014,Perekonomian Indonesia Tinjauan Historis, Teoritis, dan Empiris, Yogyakarta: Graha Ilmu, hal.62
[14] Heri Sudarsono, 2004, Konsep Ekonomi Islam suatu Pengantar, Yogyakarta: Ekonisia, hal.98
[15] Heri Sudarsono,2004, Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar,Yogyakarta: Ekonisia,hal.100
[16] Mannan, 1995, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Yogyakarta:PT. Dana Bhakti Wakaf, hal. 318
[17] Syed Nawab Haider Naqvi. Menggagas Ilmu Ekonomi Islam.Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2003. Hlm.102
[18] Mannan, 1995, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Yogyakarta:PT. Dana Bhakti Wakaf .317
[19] Ibid.102
[20] Syed Nawab Haider Naqvi.2003, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam, yoguakarta: Pustaka Pelajar. Hal . 104
[21]Ismail Nawawi, 2012, Filsafat Ekonomi Islam, Jakarta: CV. Dwiputra Pustaka Jaya. Hal.  269

No comments:

Post a Comment