BAB I
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Sosialisme
Secara
etimologis, sosialisme berasala dari bahasa latin "socius" yang
berarti sahabat atau teman. Bahasa Jawa konco, bahasa Arab sahabat, asyarat dan
bahasa Inggris friend, bahasa Belanda makker. Sosialis mempunyai cita-cita
persamaan, persahabatan, friendship, hetkameraads pelijke (dekameraadshap). Sosialisme
di atas adalah sosialisme bercita-cita cara hidup satu untuk semua, semua untuk
satu, tidak seperti seperti individualisme yang tiap-tiap orang buat dirinya
sendiri.[1]
Menurut
Lubis mengenai pengertian Istilah ini merupakan suatu prinsip pengendalian
harta dan produksi serta kekayaan oleh kelompok. Sosialisme juga mendasarkan
diri pada cita-cita sosial bahwa kekayaan didunia ini milik bersama, dan
pemilikan bersama lebih baik dari pada pemilikan secara perseorangan dan
keadaan masyarakat dimana hak milik pribadi atas alat-alat produksi telah
dihapuskan.
George
Soule berpendapat bahwa sosial (kebersamaan) yaitu kesediaan orang untuk
bekerja sama, kemungkinan tabiat manusia semakin dapat disempurnakan, dan
cita-cita persamaan derajat dan hak bukan hanya dalam bidang politik tetapi
juga dalam bidang sosial ekonomi.[2]
Disisi
lain sosialisme secara etimologi dalam bahasa perancis, sosial yang berarti
kemasyarakatan. Istilah sosialisme pertama kali muncul diperancis sekitar 1830.
Umumnya sebutan itu dikenakan bagi
aliran yang masing-masing hendak mewujudkan masyarakat yang berdasarkan hak
milik bersama terhadap alat-alat produksi, dengan maksud agar produksi tidak
lagi diselenggarakan oleh orang-orang atau lembaga perorangan atau swasta yang
hanya memperoleh laba tapi semata-mata untuk melayani kebutuhan masyarakat.[3]
Dalam
kehidupan sehari-hari istilah sosial sosialisme digunakan dalam banyak arti.
Istilah sosialisme selain bisa digunakan untuk menunjukkan system ekonomi, juga
bisa digunakan untuk menunjukkan aliran falsafah, ideologi, cita-cita,
ajaran-ajaran atau gerakan.[4]
Sosialisme
oleh sementara orang juga diartikan sebagai bentuk perekonomian dimana
pemerintah paling kurang bertindak sebagai pihak yang dipercayai oleh seluruh
warga masyarakat dan menasionalisasikan industry-industri besar seperti
pertambangan, jalan-jalan,dan jembatan, kereta api, serta cabang-cabang
produksi lain yang menyangkut hidup orang banyak. Dalam bentuk yang paling
lengkap sosialisme melibatkan pemilikan semua alat-alat produksi termasuk
didalamnya tanah-tanah pertanian oleh Negara dan menghilangkan milik swasta.[5]
Dari
uraian diatas jelas bahwa pada awalnya sosialisme dimaksudkan untuk menunjukkan
system-sistem kepemilikan dan pemanfaatan sumber-sumber produksi (selain
labour) secara kolektif. Dengan definisi seperti diatas maka sosialisme bisa
mencakup asosiasi-asosiasi kooperatif maupun pemilikan dan pengoperasian oleh
pemerintah. Dengan definisi secara luas seperti ini Negara-negara seperti Uni
Sofiet dan juga Inggris yang dikuasai oleh partai buruh dapat dimasukkan
kedalam system sosialis.
Jadi
menurut pendapat-pendapat sebelumnya dapat diketahui bahwa sosialisme yaitu
lebih mementingkan hal orang banyak (kebersamaan) daripada individualisme yang
cenderung mementingkan kepentingan pribadi sendiri.[6]
Dalam
kehidupan sehari-hari kata
"sosialisme"sering digantikan dengan "komunisme". Antara
sosialisme dan komunisme memang tidak banyak perbedaannya. Bahkan Mark sering
menggunakan kedua istilah tersebut secara bergantian untuk menjelaskan hal yang
sama. Bagaimanapun, oleh pakar-pakar yang lain keduanya sering dibedakan.
Di anatara aliran sosialisme yang ada hanya empat yang akan dibicarakan yaitu:
a. Marxisme
Marxisme sebenarnya merupakan suatu sintesis dari berbagai arus ideologi
yang perkembangan pada masa awalanya dan pertengahan abad ke 19. Arus ini
adalah pemikiran sekuler gerakan pencerahan dialektika Hegel, metrealis
feuberbach, teori perang kelas dari Mechelet doktrin ekonomi dan Smith dan
Richardo serta slogan-slogan pilihan revolusi perancis. Filosofi dasar teori
sosialisme yang ditawarkan oleh Karl Marx bersandar atas realiatas bahwa dengan
adanya hegemoni dan kepemilikan individu atas faktor-faktor produksi,
menyebabkan terjadinya eksploitasi kaum pemilik modal terhadap para pekerja
(labour) untuk meraih keuntungan tertentu. Akan tetapi, dalam perjalanannya
timbul keinginan dari para pekerja untuk bersatu untuk melawan dan
menghancurkan sistem kapitalisme dan menggantikannya dengan sistem soislisme.
a)
Dialektika Hegel
Teori ini menyatakan bahwa setiap
pemikiran yang muncul dalam kehidupan pasti akan timbul sikap reaksioner,
antagonis, ataupun kontradiksi terhadap pemikiran yang ada. Sikap reaksioner
tersebut akan menghasilkan pemkiran baru senagai penyempurna atas pemikiran
sebelumnya. Konsep teori ini berpendapat bahwa sebuah pemikiran yang syarat
dengan kesempurnaan dan kebenaran. Akan tetapi, pemikiran tersebut harus tetap
dikritisi dan disempurnakan menhjafi pemikiran yang baru dan begitu seterusnya.
Konsep dialektika ini dikenal dengan konsep tesis, antitesis, dan sintesis,
dimana sintesis dapat menjadi tesis baru dalam perkembangannya.
b)
Matrealisme Historis
Materialisme Historis merupakan
teori sejarah empiris yang berupa seperangkat sosiologi makro tentang
sebab-sebab stabilitas dan perubahan dalam berbagai masyarakat. Teori ini
menawarkan skema penafsiran semua kejadian sejarah dalam batas-batas
kontribusinya untuk mewujudkan akhir sejarah. Inti teori ini menyatakan, bahwa
Komunisme merupakan tujuan sejarah dan titk diman sejarah bermuara kepadanya.
Kehiduan manusia pasti dimulai dengan perbudakan, feodalisme, kapitalisme dan
brakhir dengan komunisme.[7]
Kritik terhadap pola pemikiran
Karl Marx adalah sebagai berikut:
1. Amal dan Value Added
Menurut teori Karl Marx, nilai suatu barang diukur dengan seberapa
banyaknya amal (biaya) atau usaha dan keseriusan seorang dalam menyelesaikan barang tersebut.
Semakin banyak waktu yang diluangkan dan semakin lama pula proses penyelesaian
barang tersebut, maka nilai barang tersebut akan semakin tinggi. Amal adalah
sebuah sumber sebuah nilai. Marx berkeyakinan bahwa upah yang diterima oleh
para pekerja tidak sebanding dengan nilai intristik yang terkandung dalam
barang tersebut. Menurut marx hal tersebut merupakan eksploitasi terhadap
tenaga manusia.
Ada sebuah catatan bahwa amal bukanlah merupakan
satu-satunya faktor yang menentukan diproduksinya sebuah barang. Nilai suatu
barang tidak hanya ditentukan seberapa bnyak amal(biaya) yang dikeluarkan untuk
reproduksi barang tersebut. Akan tetapi ada faktor lain yang ikut berperan
didalamnya berhak mendapat kompensasi. Faktor tersebut adalah capital.
2. Kepemilikan Pribadi dan Kebebasan Ekonomi
Kepemilikan individu terhadap kekayaan serta kebebasan dalam berekonomi
akan menyebabkan distorsi dalam distribusi kekayaan income(pendapatan). Selain
itu, hal itu akan menyebabkan tindakan kedzaliman dan eksploitasi terhadap
buruh. Pemikiran ini muncul ketika rezim
kapitalisme beroprasi pada kebebasan ekonomi mutlak . realitanya saat ini
intervensi pemerintah merupakan suatu yang lazim untuk mencegah terjadinya
distorsi dalam proses distribusi dalam proses distribusi kekayaan dan income ,
disamping usaha mengatasi masalah pengangguran dan eksploitasi.
3. Runtuhnya Kapitalisme
Karl Marx berpendapat bahwa sistem ekonomi kapitalisme akan mengalami
keruntuhan. Menurutnya sistem tersebut selamanya mengalami pertentangan dan
perselisihan antara kaum buruh dan kebijakan pemilik modal.
Berdasarkan atas teori dialektika bukankah sosialisme juga akan mengalami hal yang sama.
4. Sosialisme dan Komunisme Merupakan Tujuan Akhir
Perkembangan Masyarakat
Perkembangan masyarakat
digambarkan akan melalui fase-fase tertentu, yaitu: perbudakan, feodalisme,
kapitalisme, dan sosialisme. Sosialisme merupakan tujuan akhir dari
perkembangan kehidupan masyarakat.
Teori ini tidak selamanya benar,
seperti halnya negara Rusia dan Cina yang dikenal sebagai negara sosialis tidak
pernah menyentuh kapitalisme, melainkan mengadopsi sistem feodalisme ke dalam
sosialisme.
5. Bentuk Pemerintahan kaum Buruh
Marx berkeinginan untuk
mendirikan sebuah negara dengan konsep egalitarianisme dalam semua aspek. Ia
pun akan senantiasa aktif untuk menghilangkankaum pemodal yang berusaha mengeksploitasi
kaum buruh. Kendatipun demikian dalam perjalanannya bentuk pemerintahan
tersebut akan menimbulkan sikap diktator.
Seperti yang telah kita sadari bahwa teori Marx mempunyai beberapa
kelemahandalam aplikasinya. Akan tetapi, teori tersebut tetap mempunyai
kelebihan dalam hal proses pendistribusikan kekayaan dan income serta
perlindungan terhadap hak-hak kaum buruh.
b. Sosialisme Pasar
Banyak negara
yang mulai menginjak dimensi pasar dalam banyak pengelolaan ekonominya seperti
Uni Soviet, Jerman Timur, Hungaria, Polandia, dan Rumania dan China telah
terlebih dahulu merintis jalan menuju apa yang dikenal dengan sosialisme pasar.[8] Sistem sosialisme pasar adalah suatu sistem yang memiliki
karakter berbeda dangan sistem yang lain. Dalam sistem ini, kepemilikan faktor
produksi adalah oleh negara dan atau kepemilikan secara kolektif oleh publik.
Keputusan apa yang harus diproduksikan sudah didesentralisasi dan dibuat
berdasarkan kebutuhan yang bekerja berdasarkan
mekanisme pasar. Motivasi para pelaku ekonomi adalah insentif material dan
moral. Kehadiaran sistem ekonomi ini tidak lepas dari tokoh Deng Xiaoping. Ia
adalah perintis reformasi Cina, dikenal dengan visi kreatifnya, yang
mengawinkan sosialisme yang sudah mendarah daging dengan sisi positif kapitalisme.
Sistem ekonomi hasil perkawinan ini kemudian dikenal dengan “sistem sosialisme
pasar"
c. Sosialisme Demokrasi
Sosialisme
demokrasi tidak mempunyai ajaran-ajaran ideologi marxist dan tidak percaya pada
penggunaan kekuatan dan kekerasan atau tidak percaya pada kehancuran
kapitalisme yang tidak terhindarkan. Ia percaya bahwa sosialisme sebagai suatu
gagasan tidak bisa dipisahkan dari demokrasi dan harus diperjuangkan secara
damai dan gradual lewat proses-proses demokrasi tanpa revolusi.
Kendatipun
demikian, kemilkan negara terhadap semua sarana produksi dan perencanaan pusat
masih dianggap penting dalam diskusi-diskusi terdahulu untuk mencapai tujuan
kaum sosialis.
Schupter mendefinisikan
sosialisme sebagai suatu pola institusional dimana control terhadap sarana
pruduksi dan produksi itu sendiri berada pada otoritas pusat. Oscar Lange
melihat hal yang sama ebebrapa tahun kemudian. Ia sepakat bahwa sosialisme
memandang penting kontrol Negara terhadap sarana produksi yang pokok.
d. Pasisme
Suatu hal yang nyata bahwa ide komunis itu bukan suatu
cara pemecah yang benar dan wajar bagi kesulitan-kesulitan ekonomi manusia
karena ia adalah carra pemecahan buatan yang ditolah oleh fitrah manusia.
Ada lagi suatu pemecahan yang lain masalah ekonomi yang
diberi nama “national socialism” ia
membiarkan individu mempunyai kebebasan bertindak terhadap sarana-sarana
ekonomi dibawah pengawasan suatu dictatorship yang ketat untuk melindungi
kepentingan masyarakat. Tapi buah dari ide ini “ide pasisme”. Di dalam
kenyataannya tidak berbeda dengan ide komunis karena ide pasis juga komunis melebar
individu dan menuangkan dalam lembaga masyarakat dan mereka tidak diberi
kesempatan untuk menonjolkan pribadi mereka, melahirkan kemampuan mereka dan
mengembangkan bakat mereka secara bebas.[9]
Selain
itu pemerintah mengawasi tindakan individu terhadap alat produksi tidak kurang
kerasnya, kesewenang-wenangan kekjaman dari pemerintah komunis karena mengawasi
seluruh perindustrian dan seluruh sumber daya yang ada di dalam negeri dan
memaksa satu kekuasaan yang kuat dan dahsyat. Sudah terang bahwa pemerintah
manapun juga apabila dapat memiliki suatu kekuasaan raksasa seperti ini tidak
boleh tidak akan memperlakukan rakyatnya seperti budak, yang tidak mempunyai
kebebasan sedikitpun juga dan untukkepadanya laksana seorang sahaya yang telah
dilucuti kemauannya.
B. Sejarah Sosialisme
Menurut
pandangan kaum cendekiawan abad 18 dan awal abad 19 yang menafsirkan tentang
kebebasan, martabat manusia dan keunggulan hukum alam dengan cara sedemikian
rupa sehingga mendukung tata ekonomi yang baru yaitu kapitalisme. Yang mereka
tekankan ialah usaha individu mencari kepentingan diri sendiri sebagai kekuatan
sosial yang baik dan mutlak perlu.[10]
Namun
Soule berpendapat bahwa kaum fisiokrat dan AdamSmith telah merosot jauh,
dirongrong oleh munculnya teori mathlus dan David Ricardao. Dalam teori mereka
para tenaga kerja tidak pernah akan dapat upah lebih dari sekedar untuk dapat
hidup, mungkin malah lebih rendah dari itu,berapapun meningkatnya kekayaan
masyarakat. Kaum buruh dan para pemilik modal saling bertentangan; tuan tanah
menjadi musuh semua konsumen lain. Ketidak-merataan pendapatan diterima sebagai
suatu hal yang wajar yang tidak dapat dihindari; hal-hal seperti keadilan
sosial dan pemerataan pendapatan hampir tidak ada bahkan sama sekali tidak
terpikirkan. Dan karya amal hanya akan lebih menyengsarakan.
Lalu
munculah para pemikir sosial yang terkenal yaitu Karl Marx, Marx tumbuh
ditengah ideologi-ideologi mutakhir, yaitu pemikiran sekular Enlightenment, dialektika
Hegel, materialisme Feeurbach, teori pertenatangan-kelas Michelet, doktrin
ekonomi Smith dan Ricardo, dan Slogan militan Revolusi Prancis, terutama
ideologi sekular anti agama, meskipun Marx adalah satu diantara tujuh anak dari
orangtua penganut agama Yahudi. Ayahnya tidak terlalu ketat dalam mengamalkan
ajaran agamanya. Ini tampak dengan jelas dari kepindahannya keagama Protestan,
bukan berdasarkan keyakinan tetapi karena profesinya menghendaki hal ini.[11]
Marx
merupakan sosialisme modern. Ia mengkombinasikan pandangan-pandangan
pendahulunya baik yang sosialis maupun yang kapitalis dengan
pandangan-pandangannya sendiri untuk menyusun suatu kerangka berpikir baru yang
sungguh luar biasa. Pola berpikir yang baru itu sekalipun terdapat banyak
kekeliruan didalmanya dan ramalan-ramalannya yang terbukti tidak terjadi namun
telah menjadi landasan suatu gerakan yang amat kuat yang berlangsung selama
ini.[12]
Berkaitan dengan sejarah sosialisme bebrapa orang
berpendapat Robet Owen yang berasal dari
Walesmerupakan seorang sosialis pertama beliau dianggap sebagai penggagas
koperasi di Britain. Istilah ini muncul pertama kali di Perancis pada tahun
1830. Sosialisme merupakan teori atau sistem organisasi sosial ekonomi dimana
salah satu ciri utamanya adalah sumber kekayaan Negara dinikmati bersama oleh
seluruh rakyat secara merata.
Umumnya
sebutan ini dikenakan sebagai aliran yang masing-masing hendak mewujudkan
masyarakat yang berdasarkan hak milik bersama terhadap alat-alat produksi,
dengan maksud agar produksi tidak lagi diselenggarakan oleh orang-orang atau
lembaga perorangan atau swasta yang ingin memperoleh laba sendiri, tetapi
semata-mata untuk melayani kebutuhan masyarakat.
Dalam
arti tersebut ada empat macam aliran yang dinamakan sosialisme :
1) Sosialisme
Demokrat
2) Komunisme
3) Anarkisme
4) Sinkalisme
Selepas
perang Dunia pertama dan revolusi Rusia, sosialisme terbagi menjadi dua yaitu:
1) Sosialis
yang mengikuti Lenin yang dipanggil komunis
2) Yang
lain adalah yang percaya kepada system parlemente yang dipanggil sosialis demokrat
Perbedaan
yang paling menonjol pada sosialis demokrat dan komunisme adalah sosial
demokrat melaksanakan cita-citanya dengan jalan evolusi, persuasi,
konstitusional- parlementer dan tanpa kekerasan, sebaliknya komunisme melalui
revolusi.
Dalam
perkembangannya, Lenin dan Salatin berhasil mendirikan Negara Komunis. Istilah
sosialis lebih disukai daripada Komunis karena dirasa lebih terhormat. Dan
tidak menimbulkan kecurigaan. Mereka menyebut masa transisi itu terjadi dengan
dibentuknya Negara Sosialis, kendati istilah resmi yang mereka pakai adalah
"Negara demokrasi rakyat".
Dipihak
lain Negara diluar "Negara sosialis" yaitu Negara yang diperintah
oleh partai komunis, tetap memakai sebutan komunisme untuk organisasinya,
sedangkan partai Komunis di Negara barat memakai sebutan "sosialis
demokrat". Dengan demikian dapat dikemukakan, sosialisme sebagaiideologi
politik adalah suatu keyakinan dan kepercayaan yang dianggap benar mengenai
tatanan politik yang mencita-citakan kesejahteraan masyarakatsecara merat melalui
jalan evolusi, persuasi, konstitusional-parlementer dan tanpa kekerasan.
Kekuatan
dan kelemahan utama sosialisme terletak dalam kenyataan bahwa sistem ini tidak
memiliki doktrin yang pasti dan berkembang karena sumber-sumber yang saling
bertentangan dalam masyarakat yang menjadi wadah perkembangan sosialisme.
Unsur-unsur
pemikiran politik yang makin rumit dan saling bertentangan dengan jelas
tergambar dalam gerakan sosialis inggris, yaitu: Agama, idealis etis dan Estetis, Empirisme
Fabian dan liberalisme, (William Ebnestain).
Dalam pembentukan gerakan sosialis bahwa pengaruh agama sangat lah kuat.
Inngris pada abad 19 merupakan bangsa yang terdiri dari para pembaca kitab
suci. Prinsip yang menjadi pedoman bagi kaum sosialis Kristen adalah konsep yang
mendasarkan bahwa sosilis harus dikristenkan dan Kristen harus di sosialiskan.
Adanya perhatian agama Kristen bersifat praktis ini sangat kuat terasa selama
pengruh akhir abad 19. Kesungguhan moral kejujuran merupakan ciri masa ini.
Agama mengakui kesopanan dan kepercayaan merupakan syarat penting untuk
memperoleh kesalamatan, akan tetapi tetap menekankan pentingnya perbuatan dan
penyelamatan.
Empiris
Febian merupakan ciri khas gerakan Inggris. Febianisme sering digambarkan
sebagai pembaharu tanpa kebencian, pembangunan kembali perang kelas,
emperialisme politik tanpa dogma dan fanatisme. Liberalisme telah menjadi
sumber yang sangat penting bagi sosialisme , terutama sejak partai liberal
merosot peranannya di banyak Negara. Di Inggris sebenarnya partai liberal telah
lenyap dan partai buruh menjadi pewarisnya.
Liberalisme
memberikan sumbangan yang cukup besar dan hal-hal yang berguna bagi sosialisme. Karena pengruh
ini pemimpin sosialis lebih moderat dan kurang terpaku kepada doktrin serta
lebih menghargai kebebasan individu. Dalam faham sosialisme sejak semula
terdapat sebuah kerancuan. Disatu pihak sosialisme merupakan sebuah cita-cita
moral tinggi yang mutlak sifatnya: cita-cita tentang pola perekonomian yang
non-eksploitatif, yang tidak ditentukan oleh kerakusan individual, melainkan
oleh keprihatinan bersama tentang sebuah masyarakat berlandaskan kesetia
kawanan yang sejati.
Tetapi
dilain pihak cita-cita itu dikaitkan pada sebuah konsep perekonomian empiris
tertentu, perekonomian atas dasar penghapusan hak milik pribadi terhadap
alat-alat produksi. Sosialisme adalah kepercayaan bahwa sumber ketidakpastian
sosial terletak dalam hak milik pribadi produktif. Kombinasi dua unsur itu
cita-cita etis dan kepercayaan empiris ekonomis menghasilkan utopi sosialisme,
harapan akan masyarakat tanpa eksploitasi. Akan tetapi, suatu gerakan yang
mengkaitkan cita-cita mutlak pada sebuah program politik empiris mudah menjadi
ideologis. Keracunan itu mempunyai akibat jauh. Apabila perekonomian tidak
ditangan perorangan lalu ditangan siapa? Hamper seluruh gerakan sosialis yang
marxis maupun yang bukan, sampai pada tahun 50-an, jadi selama lebih dari satu
abad, menjawab penuh keyakinan di tangan Negara. Sosialisme de facto menjadi
etatisme.
Dengan
demikian kekuasaan pasar yang memmang bisa brutal dan tidak manusiawi, tetapi
tidak toleran terhadap efisiensi, pemborosan dan korupsi diganti dengan
perencanaan dan distribusi sentral. Akibatnya sungguh ironis, pembagian hasil
produksi menurut ekonomi pasar strict structural mengikuti keseimbangan
kekuatan-kekuatan penentu dipasar. Diganti dengan kepercayaan pada kejujuran
dan cita-cita keadilan birokrasi. Hasrat untuk membongkar akar-akar egoisme
ekonomis struktural menghasilkan konsepsi ekonomi dimana hasil baik tergantung
dari keahlian tergantung dari keahlian dan good wiil elit birokrasi Negara.
Maka
dari semua Negara sosialis apakah itu Negara komunis, atau Negara-negara
sosialis di dunia ketiga sosilisme menjadi sisnonim bagi stagnasi, inefisiensi,
birokratisme, mumpungisme, korupsi, pekerjaan tak mutu seenaknya, polusi dan
perusakan lingkungan. Sekaligus keangkuhan penguasa, ketidak pedulian akan
penderitaan nyata masyarakat,melainkan pemenuhan secara pusat,kekakuan dalam
penyesuian terhadapkondisi-kondisi lokal, pendekatan top down dan permusuhan
terhadap usaha-usaha demokratis basis. Yang tragis ialah bahwa dengan demikian sosialisme gagal justru dalam
klaimnya yang paling fundamental: dalam cita-citanya untuk membentuk pola
kehidupan bermasyarakat dimana manusia dihargai sebagai manusia dan bukan
sebagai unsure produksi dimana, sekurang-kurangnya, kebutuhan dasar dari
kesejahteraan umum seluruh masyarakat terpenuhi.
Barangkali
oprang bertanya: tetapi bagaimana halnya Yugoslavia yang sosialismenya
mengikutsertakan kaum buruh dalam penentuan kebijakan perusahaan-perusahaan
diaman mereka bekerja? Eksperimen itupun dinilai sudah lama gagal. Sejaka lahir
tahun 70-an ekonomi Yugoslavia berstagnasi di pinggir kebangkrutan. Namun
barangkali dari kegagalan itu tidak boleh ditarik kesimpulan-kesimpulan terlalu
jauh. Ada kemungkinan bahwa ekspeimen penguasa langsung buruh pada proses
produksi ini gagal terutama karena dua sebab: karena dicoba dalam kerangka
makro sosialisme etatistik dank arena self administration kaum buruh itu lebih
tepat merupakan akhir dan bukan permulaan sebuah proses.
Ada
masalah yang lebih fundamental. Cita-cita sosialisme tidak lepas dari
egalitarisme: sebagai lawannya liberalisme, sosialisme mengutamakan kesamaan.
Prioritas kesamaan terhadap kebebasan menjadi dilemma terdalam sosialisme.
Sebaliknya tidak percuma bahwa revolusi perancis menyebutkan kebebasan sebelum
kesamaan dan bahwa jhon Rawls dalam teori keadilannya yang termasyhur
menegaskan bahwa keadilan hanya dapat tercapai apabila kebebasan diberi prioritas.
Kesamaan
bukanlah konsep natural, melainkan moral, secara alami manusia tidak sama,
melainkan berbeda dalam kekuatan fisik, intelektual, psikis, dan moral. Oleh
karena itu kesamaan alami dan real hanya dapat dicapai dengan membatasi
kebebasan. Dalam masyarakat yang bebas pembatasan kebebasan demi kesetiakawanan bersama merupakan keharusan
etis dan sosial. Tak ada haka atas kebebsan tanpa batas. Tetapi karena
kebebasan didahulukan, pembartasan kebebasan sendiri tidak
dipertanggungjawabkan. Jadi kalau kebebasan diprioritaskan, kesamaan tetap
dapat diusahakan, karena kebebasan yang diusahakan itu memang terbatas dan
dapat dibatasi.
Tetap
sebaliknya, kalau kesamaan didahulukan, kebebasan harus dihapuskan karena
kebebasan dengan sendirinya condong mengembangkan perbedaan-perbedaan natural.
Prioritas kesamaan dengan sendirinya menghasilkankesamaan yang tidak bebas.
C. Latar
Belakang Sosialisme
Sistem ekonomi sosialis merupakan system ekonomi
yang bersandar pada ajarannya Mark (1952), melalui bukunya Capital and
Mnifesto of Comunist Party. Menurut Mark masyarakat komunis yang di
cita-citakan mmerupakan masyarakat yang tidak ada kelas sosialnya. Sebagai
wujud pemikiran Karl Mark komunisme adalah sistem yang mengharuskan pemerintah
memiliki dan menggunakan seluruh faktor produksi, namun, lanjutnya kepemilikan
pemerintah atas faktor-faktor produksi tersebut hanya sementara. Ketika perekonomian
masyarakat dianggap telah matang, pemerintah harus memberikan ha katas
faktor-faktor produksi itu kepada para buruh.
Mark
berkeyakinan bahwa kapitalisme yang mengedepankan penumpukan modal dan
penindasan buruh adalah sistem yang dipandang merugikan kaum buruh oleh para
sosialis. Menurut Marx kaum buruh adalah kaum Proletar yang kesemuanya
telah menjadi korban eksploitasi kaum borjuis. Marx meramalkan akan
terjadi suatu keadaan dimana terjadi kesadaran kelas dikalangan kaum proletar.
Kesadaran kelas ini membawa damapak pada adanya kemauan untuk melakukan
perjuangan kelas untuk melepaskan diri dari eksploitasi, perjuangan ini
dilakukan melalui revolusi. Hal inilah yang membangkitkan sosialisme. [13]
Sistem
ekonomi sosialisme mempunyai tujuan
kemakmuran bersama. Filosofi ekonomi sosialis, adalah bagaimana bersama-sama
mendapatkan kesejahteraan. Perkembangan sosialisme dimulai dari kritik terhadap
kapitalisme yang pada waktu itu kaum
kapitalis atau disebut kaum borjuis mendapat legitimasi gereja untuk
mengeksploitasi buruh. Inilah yang menjadikan Karl Marx mengkritik sitem
kapitalis sebagai ekonomi yang tidak sesuai dengan aspek kemasyarakatan.[14]
Kaum
miskin sebagai kelompok yang tertindas merupakan kelas yang mengembangkan
gerakan pembebasan dari ketertindasan ekonomi maupun politik. Sosialisme modern
yang memusatkan perhatian untuk membebaskan kelas pekerja industri dari
belenggu kapitalisme industri sejak revolusi perancis dan industry. Pandangan
ini merupakan reaksi yang mencerminkan perubahan-perubahan dalam organisasi
sosial yang disebabkan oleh industrialisasi yang bertepatan dengan lahirnya
gerakan buruh terorganisasi di Inggris.
Berdasarkan
perkembangan dan cita-cita sosialisme maka perjuangan sosialisme mencapai
puncak prosesnya pada Marx. Tokoh pencetus Sosilaisme Marx adalah orang yang
mengenalkan adanya ideologi sosialisme ini belaiu lahir di Trier-Prusia, 5 Mei
1818. Ayahnya bernama Heinrich Marx, pengenut agama Majusi, tetapi sebelum Karl
marx lahirayahnya berganti menjadi Luther semata-mata demi akhirnya sebagai
pengacara. Karl Marx dibesarkan oleh ibunya Henrietta Pressburg yang bersal
dari Belanda.
Karena
latar belakang keluarga yang hidup dibawah garis kemiskinan, heinrich mengasuh
pendidikan anaknya sendiri dirumah hingga usia 12 tahun.
Karl
Marx selanjutnya disekolahkan disekolah senam Trier, selanjtnya barulah Marx
meneruskan studi di Universitas Bonn tahun 1835, saat itu usia Karl Marx mencapai 17 tahun. Karl Marx menyukai
studi mengenai filsafat. Meskipun ayahnya menginginkan dia untuk mempelajari
hukum yang bisa langsung dipraktekkan ke masyarakat.
Karl
Marx memperoleh title doctor pada tahun 1841 setelahmerampungkan thesis, Karl
Marx menikahi seorang putri sorang ningrat, wanita terpelajar bernama Jenny von
Westphalen, dikaruniai 7 anak, namun karena mereka hidup miskin hanya 3 anak
yang tumbuh sampai dewasa, setelah menikah Karl Marx terpaksa meninggalkan
jerman untuk dapat suasana yang lebih liberal di Paris.
Pada
tanggal 28 September 1864 Marx dan Eangels mendirikan oraganisasai
"Asosiasi Pekerja Internasional".
D. Sistem
Ekonomi Sosialis
Dalam ekonomi sosialisme mempunyai
kecenderungan sebagai berikut:
1) Pemilikan
Harta oleh Negara
Seluruh bentuk produksi
dan sumber pendapatan menjadi milik Negara dan diatur kemudian lewat Negara,
dipergunakan untuk seluruh rakyat. Rakyat tidak mempunyai hak untuk memilih
harta kecuali harta-harta tertentu yang telah ditetapkan oleh Negara. Motivasi
masyarakat untuk bekerja tidak didasarkan atas nilai kepemilikan yang ia akan
dapatkan kelak setelah bekerja, tapi dkarenakan adanya aturan yang ketat atas
apa yang harus mereka kerjakan. Tapi bukan berarti rakyat tidak mendapatkan
hasil dari apa yang dikerjakannya. Rakyat mendapatkan hasil yang rata yang
dilakukan leh Negara.[15]
Tapi hak milik kolektif
ini tidak berlaku bagi semua harta benda yang kini dimiliki secara pribadi. Hal
ini hanya berlaku bagi alat produksi pokok. Dan ia meliputi semua penguasaan
tanah besar, hutan, dan endapan barang-barang galian, demikian pula jalan
kereta api, pekerjaan umum lainnya, dan pabrik lebih penting[16]
Perhatian Negara pada
bidang-bidang tertentu, menimbulkan kecenderungan lebih banyak mengalokasi
hasil produksi pada sector yang diprioritaskan, misalnya ketika masa perang
Negara sosislis cenderung memperhatikan bagaimana sector ekonomi dialihkan
untuk mengkomodir kebutuhan perang dibanding masalah kesejahteraan rakyat.
Akibatnya kapasitas kerja rakyat dikondisikan pada target produksi Negara yang
sedang perang. Dorongan masyarakat untuk bekerja sebagai hak individu untuk
memiliki harta atau memanfaatkan produksi tidak diperbolehkan dengan demikian
individu secara langsung tidak mempunyai ha katas kepemilikannya.
2) Kesamaan
Ekonomi
Sistem ekonomi sosialis
menyatakan-walaupun sulit ditemui disemua Negara komunis –bahwa hak-hak
individu dalam suatu bidang ekonomi ditentukan oleh prinsip kesamaan. Prinsip
ini didasarkan atas kebutuhan minimal perorang dalam dalam hidup perharinya.
Kesamaan dalam memnuhi kebutuhan didasarkan atas asumsi bahwa setiap orang
mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pelayanan. Sehingga potensi yang
berkembang dikarenakan latar belakang kemampuan alami kurang mendapat perhatian
oleh Negara.
Keadaan ini menjerumuskan
pada kehidupan masyrakat yang beku dan tidak ada dinamika, karena apresiaisi
hidup manusia terbelenggu oleh berbagai aturan Negara yang lebih dipengaruhi
oleh perspektif baku tentang masyalah kemasyrakatan.
3) Disiplin
Politik
Untuk mencapai tujuan diatas,
keseluruhan Negara diletakkan dibawah peraturan kaum buruh, yang mengambil alih
semua aturan produksi dan distribusi. Kebebasan ekonomi serta hak kepemilikan
harta dihapus. Aturan yang diperlakukan dangatlah ketat untuk lebih
mengefektifkan praktek sosialisme. Hal ini juga menunjukkan bahwa tanpa adanya
upaya yang lebih ketat mengatur kehidupan rakyat maka keberlangsungan system
sosialis ini tidak akan berlaku ideal sebagaimana yang dicita-citakan Marx,Lenin
dan Stalin.
Kecenderungan kebaikan sistem ekonomi
Sosialis
1) Disediakannya
Kebutuhan Pokok
Setiap warga Negara disediakan
kebutuhan pokoknyat termasuk makanan/minuman, pakaina, rumah kemudahan
fasilitas kesehatan serta temapat tinggal dan lain-lain. Setiap orang
disediakan oleh Negara untuk mendapatkan pekerjaan yang telah ditentukan oleh
Negara untuk mendapatkan pekerjaan yang telah ditentukan oleh Negara, sedangkan
orang-orang tua, serta orang cacat fisik dan mental berada dalam perawatan dan
pengawasan Negara. Keaddan ini terjadi karena Negara merasa memiliki sepenuhnya
rakyat.
2) Didasarkan
Perencanaan Negara
Semua pekerjaan dilaksanakan
berdasarkan perencanaan Negara yang sempurna diantara produksi dengan
penggunaanya. Dengan demikian masalah kelebihan atau kekurangan produksi
seperti yang berlaku dalam sistem ekonomi kapitalis tidak akan terjadi.[17]
Dalam kapitalisme sistem produksi
adalah anarkis, dan akan trrjadi suatu krisi berkala. Tapi dengan memandang
jangka jauh dan melalui perencanaan terpusat, ekonomi sosialis dapat mengawasi
fungsi daur perencanaan terpusat, ekonomi sosialis dapat mengawasi fungsi daur
perdagangan jauh yang lebih baik dari pada tatanan yang sekarang. Ekonomi
sosialis juga cenderung mengurangi risiko dan ketidakpastian yang terdapat dalam
masyarakat kapitalis.[18]
Karena perencanan diatur oleh Negara
maka kebijakan ini lebih fokus pada penanganan ekonomi pada tingkat nasional.
Segala masalah daerah direduksi menjadi masalah nasional.[19]
3) Produksi
Dikelola oleh Negara
Dalam sosialisme industri tidak dalam tangan
perusahaan perorangan tetapi dikendalikan melalui suatu jenis organisasi umum.
Soal rincian yang tidak seluruhnya disetujui oleh berbagai kelompok sosialis
adalah tentang bagaiman kiranya organisasi itu. Bagaimana pengturannya, ciri
perbedaannya adalah tidak adanya pemilik kapitalis sedangkan hak milik
diberikan dengan salah satu cara ditangan masyarakat.
Semua bentuk produksi
dimiliki dan dikelola oleh negara, sedangkan keuntungannya digunakan untuk
kepentingan-kepentingan negara. Misalnya untuk memenuhi kepentingan-kepentingan
sarana dan prasarana ekonomi rakyat semacam makanan, pendidkan, kesehatan.
Demikian juga negara mengatur proses perdagangan luar negeri yang berupa valuta
asing, menyediakan dan merawat alat-alat perang dan sebagainya.
Tetapi bukan berarti
semua sarana masyarakat tersebut dikelola melalui distribusi yang adil oleh
pemerintah, pemerintah dikelola melalui distribusi yang adil oleh pemerintah.
Pemerintah lebih menfokuskan pada penyediaan barang sarana produksi yang
berhubungan dengan kepentingan negara.
Kecenderungan
kelemahan sistem ekonomi sosialis adalah
1) Sulit melakuakan transaksi
Tawar menawar
sangat sukar dillakuakan oleh individu yang terpaksa mengorbankan kebebasan
pribadinya dan hak terhadap harta milik pribadinya hanya untuk mendapatkan
makanan. Sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan lain-lain semua dikelola
oleh negara. Proses keberadaan output produksi juga diatur oleh negara, maka
transaksi yang dilakuakn oleh masyarakat bisa melanggar hukum.
Jual beli dalam masyarakat sosialis sangat terbatas,
demikian pula masalah harga ditentukan oleh pemerintah. Olehkarena itu
stabilitas perekonomian negara sosialis lebih disebabkan tingkat harga
ditentukan oleh negara, bukan ditentukan oleh mekanisme pasar.
2) Membatasi Kebebasan
Sistem
sosialisme menolak sepenuhnya sifat memntingkan diri sendiri, memntingkan
kepentingan golongan. Kepentingan-kepentingan itu akan tumbuh bila ada ruang
yyang tersedia bagi masyarakat untuk mengaktualisasikan. Keinginannya dan kebutuhannya
secara bebas, tetapi , dalam sistem sosialis kebebasan manusia sangat terbatas.
Bukan hanya untuk berkumpul dan berserikat. Untuk melakuakn aktivitas
berhubungan kepentinagn pribadi saja sangat terbatas
Sistem sosialis telah membelenggu kehidupan masyarakat
pada kegiatan yang lebih mekanistik, karena masyarakat dikondisikan untuk
berhadapan dengan pola kerja yang sama dari hari ke hari.
3) Mengabaikan Pendidikan Normal
Dalam sistem in semua kegiatan diambil alih untuk
mencapai tujuan ekonomi sementara pendidkan moral individu diabaikan. Dengan
demikian, apabila pencapaian kepuasan kebendaan menjadi tujuan utama dan
nilai-nilai moral tidak diperhatikan lagi.
Pendidkan sosialis menjadikan masyarakat berpikir
pragmatis, pola pemenuhan batiniyah pun dalam paket pendidikan materialistis.
Tiada penentu utama kesejahteraan individu. Kecuali dengan berpikir realistis.[20]
E. Perkembangan
Sosialisme di Indonesia
Salah satu tokoh pendiri sosialisme
di Indonesia dalah Sutan Syahrir, ia lahir di Padang Panjang, Suimatera Barat.
5 Maret 1909 dan meninggal di Zurich Swiss, 9 April 1996. Ia meninggal dalam
pengasingan sebagai tawanan politik dan dimakamkan di TMP Klalibata, Jakarta.
Ia seorang politikus dan perdana menteri pertama Indonesia.
Selepas memimpin kabinet Sutan
Syahrir diangakat menjadi pensihat Soeharto sekaligus Duta Besar Keliling. Dan
juga Sutan Syahrir mendirikan Partai Sosialis Indonesia (PSI) pada bulan
Februari 1948. Sosialisme Syahrir berpijak pada penghormatan nilai-nilai
demokrasi dan humanisme. Mmenghargai dan mengutamakan kemerdekaan
individu-individu masyarakat Indonesia. Oleh karenanya Syahrir berpendapat
bahwa revolusi Indonesia hedaknya melebarkan sayap jauh melampaui batas-batas
kemerdekaan nasional untuk menanamkan kemajuan sosial ekonomi yang berakar
luas.
Syahrir tegas membedakan paham
sosialisme yang hendak diperjuangkannyadi Indonesia dengan sosialisme yang ada
di eropa barat maupun sosialisme yang ditawarkan oleh komunis.
Tahun 1995 PSI gagal mengumpulkan
suara dalam pemilihan umum pertama di Indonesia. Hubungan Sutan Syahrir dengan
Soeharto pun kian memburu sampai akhirnya PSI dibuabarkan tahun 1996, syahrir
ditangkap dan dipenjarakan tanpa diadili sampai dia menderita stroke. Dalam
perkembangannya sosialis samapai sekarang masih berkembang dengan adanya Komunitas
Sosialis Indonesia (KSI) yang didirikan oleh professional muda yang pernah
aktif dalam keorganisasian sosialisme. [21]
BAB
II
KESIMPULAN
Secara
etimologis, sosialisme berasala dari bahasa latin "socius"
yang berarti sahabat atau teman. Istilah ini merupakan suatu prinsip
pengendalian harta dan produksi serta kekayaan oleh kelompok. Sosialisme juga
mendasarkan diri pada cita-cita sosial bahwa kekayaan didnia ini milik bersama,
dan pemilikan bersama lebih baik dari pada pemilikan secara perseorangan dan
keadaan masyarakat dimana hak milik pribadi atas alat-alat produksi telah
dihapuskan
Dalam
arti tersebut ada empat macam aliran yang dinamakan sosialisme :
ü Sosialisme
Demokrat
ü Komunisme
ü Anarkisme
ü Sinkalisme
Selepas
perang Dunia pertama dan revolusi Rusia, sosialisme terbagi menjadi dua yaitu:
ü Sosialis
yang mengikuti Lenin yang dipanggil komunis
ü Yang
lain adalah yang percaya kepada system parlemente yang dipanggil sosialis
democrat
Sistem ekonomi sosialis merupakan system ekonomi
yang bersandar pada ajarannya Mark (1952), melalui bukunya Capital and
Mnifesto of Comunist Party. Menurut Mark masyarakat komunis yang di
cita-citakan mmerupakan masyarakat yang tidak ada kelas sosialnya. Sebagai
wujud pemikiran Karl Mark komunisme adalah sistem yang mengharuskan pemerintah
memiliki dan menggunakan seluruh faktor produksi, namun, lanjutnya kepemilikan
pemerintah atas faktor-faktor produksi tersebut hanya sementara. Ketika
perekonomian masyarakat dianggap telah matang, pemerintah harus memberikan ha
katas faktor-faktor produksi itu kepada para buruh.
Marx
merupakan sosialisme modern. Ia mengkombinasikan pandangan-pandangan
pendahulunya baik yang sosialis maupun yang kapitalis dengan
pandangan-pandangannya sendiri untuk menyusun suatu kerangka berpikir baru yang
sungguh luar biasa. Pola berpikir yang baru itu sekalipun terdapat banyak
kekeliruan didalmanya dan ramalan-ramalannya yang terbukti tidak terjadi namun
telah menjadi landasan suatu gerakan yang amat kuat yang berlangsung selama ini.
Salah satu tokoh pendiri sosialisme
di Indonesia dalah Sutan Syahrir, ia lahir di Padang Panjang, Suimatera Barat.
5 Maret 1909 dan meninggal di Zurich Swiss, 9 April 1996. Ia meninggal dalam
pengasingan sebagai tawanan politik dan dimakamkan di TMP Klalibata, Jakarta.
Ia seorang politikus dan perdana menteri pertama Indonesia.
Selepas memimpin kabinet Sutan
Syahrir diangakat menjadi pensihat Soeharto sekaligus Duta Besar Keliling. Dan
juga Sutan Syahrir mendirikan Partai Sosialis Indonesia (PSI) pada bulan
Februari 1948. Sosialisme Syahrir berpijak pada penghormatan nilai-nilai
demokrasi dan humanisme.
DAFTAR PUSTAKA
Nawawi, Ismail 2012,
Filsafat Ekonomi Islam, Jakarta: CV. Dwiputra Pustaka Jaya
Nawawi,
Ismail 2009, Ekonomi Islam-Perspektif Teori, Sistem dan aspek
Hukum, Surabaya: ITS Press
Dealnov, 1997,
Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada
Sudarsono, Heri,2004,
Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar,Yogyakarta: Ekonisia
Mannan, 1995, Teori dan
Praktek Ekonomi Islam, Yogyakarta:PT. Dana Bhakti Wakaf
Pujolwanto, Basuki,
2014,Perekonomian Indonesia Tinjauan Historis, Teoritis, dan Empiris,
Yogyakarta: Graha Ilmu
Lubis, H. Ibrahim. 1994.
Ekonomi Islam Suatu Pengantar I. Jakarta Pusat:Kalam Mulia
Chapra, M. Umer. 1999.
Islam Dan Tantangan Ekonomi, Islamisasi Ekonomi Kontemporer. Surabaya:Risalah
Gusti
Soule, George. 1994.
Pemikiran Para Pakar Ekonomi Terkemuka.Yogyakarta:Penerbit Kanisius
Ali, Zainuddin. 2009.
Hukum Ekonomi Syariah. Jakarta:Sinar Grafika
Naqvi, Syed Nawab Haider.
2003. Menggagas Ilmu Ekonomi islam. Yogyakarta:Pustaka Pelajar
[2] George Soule. Pemikiran Para Pakar Ekonomi Terkemuka. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta. 1994. Hlm.71
[3] Ismail Nawawi, 2012, Filsafat Ekonomi Islam, Jakarta: CV. Dwiputra
Pustaka Jaya, hal. 255
[6] Syed Nawab Haider Naqvi. Menggagas Ilmu Ekonomi Islam.Pustaka
Pelajar. Yogyakarta. 2003. Hlm.105
[7] Ismail Nawawi, 2009,
Ekonomi Islam-Perspektif Teori, Sistem dan aspek Hukum, Surabaya: ITS Press,
hal.33
[8] Ismail Nawawi, 2009,
Ekonomi Islam-Perspektif Teori, Sistem dan aspek Hukum, Surabaya: ITS Press,
hal.35
[9] Ismail Nawawi, 2009,
Ekonomi Islam-Perspektif Teori, Sistem dan aspek Hukum, Surabaya: ITS Press,
hal.37
[10] George Soule. Pemikiran Para Pakar Ekonomi Terkemuka. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta. 1994. Hlm.76
[11] M. Umer Chapra. Islam Dan Tantangan Ekonomi, Islamisasi Ekonomi
Kontemporer. Risalah Gusti. Surabaya. 1999. Hlm.76
[12] George
Soule. Pemikiran Para Pakar Ekonomi Terkemuka. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
1994 . Hal 82
[13] Basuki Pujolwanto,2014,Perekonomian Indonesia Tinjauan Historis,
Teoritis, dan Empiris, Yogyakarta: Graha Ilmu, hal.62
[14] Heri Sudarsono, 2004, Konsep Ekonomi Islam suatu Pengantar,
Yogyakarta: Ekonisia, hal.98
[15] Heri Sudarsono,2004, Konsep Ekonomi Islam Suatu
Pengantar,Yogyakarta: Ekonisia,hal.100
[16] Mannan, 1995, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Yogyakarta:PT. Dana
Bhakti Wakaf, hal. 318
[17] Syed Nawab Haider Naqvi. Menggagas Ilmu Ekonomi Islam.Pustaka
Pelajar. Yogyakarta. 2003. Hlm.102
[20] Syed Nawab Haider Naqvi.2003, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam, yoguakarta: Pustaka Pelajar. Hal . 104
No comments:
Post a Comment