Sunday, August 5, 2018

Pemikiran Filsafat Gottfried Wilhelm Von Leibniz


BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar  Belakang

Banyak pemikiran-pemikiran para filsuf pada masa kuno,klasik,pertengahan, dan modern yang berusaha memberikan hakekat sesuatu materi.Materi yang menjadi objek kajian filsafat yaitu:alam.tuhan,dan manusia.Seiring dengan perkembangan masa maka bermunculanlah para ahli di bidang filsafat mulai masa kuno-modern.Mereka mendefinisikan sesuatu berdasarkan falsafah mereka masing-masing yang senantiasa mengalami perkembangan dari masa ke masa.Selalu mengalami perkembangan pemikiran dalam mencapai kebijaksanaan ilmu filsafat.Dari beberapa filsuf  salah satunya yaitu Gottfried Wilhelm Von Leibniz(tokoh filsafat modern).                                                                   

B.       Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat memunculkan berbagai rumusan:
1.         Siapakah gottfried Leibniz?
2.         Apa saja hal-hal yang mempengaruhi pemikirannya?
3.         Bagaimana pemikiran Gottfried Leibniz?

C.       Tujuan Penulisan

1.         Mengetahui secara jelas pemikiran-pemikiran Gottfried Leibniz.
2.         Dapat mempraktekkan pemikiran-pemikiran Gottfried Leibniz secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.
3.         Menjadi suatu referensi dalam berbagai pnuk\lisan ilmiah,utamanya matematika.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Profil Singkat Gottfried Wilhelm Von Leibnis

1.      Masa Kecil Leibniz
Gottfried Wilhelm Von Leibniz lahir pada tanggal 1 Juli 1646 di Leipzig,Sachen, Jerman. Dia adalah Putra dari Friedrich Leibniz, seorang professor filsafat moral di Leipzig, Jerman.Ibunya bernama , Catharina Schmuck, anak seorang pengacara dan ia adalah istri ketiga Friedrich Leibniz. Ayah Gottfried W. Leibniz meninggal dunia ketika ia berumur 6 tahun dan ia dibesarkan oleh ibunya. Nilai moral dan religius memegang peranan penting dalam kehidupan dan falsafah hidupnya.Dia beragama kristen yang taat dalam beribadah.Pada usia 7 tahun, Leibniz memasuki sekolah Nicolai di Leipzig. Walaupun ia belajar bahasa latin di sekolah, namun jauh lebih maju bahasa Latin yang ia pelajari sendiri di rumah.Selain itu ia juga mempelajari beberapa bahasa Yunani pada usianya yang ke-12 tahun. Leibniz tampaknya telah termotivasi oleh keinginan untuk membaca buku-buku ayahnya. Secara khusus ia membaca buku metafisika, teologi dan buku-buku dari kedua penulis Katolik dan Protestan
Pada tahun 1661, di usia ke-14 tahun, Leibniz masuk ke Universitas Leipzig. Sebuah usia dini yang luar biasa bagi siapa pun untuk memasuki universitas, menurut standar waktu itu dia cukup muda, tetapi masih ada orang lain yang usianya sama. Pelajaran yang diperoleh Leibniz di Universitas Lepzig diantaranya filsafat dan matematika. Ia lulus dengan gelar Sarjana Muda di tahun 1663 dengan thesis De Principio Individual (Pada Prinsip Individu).



2.      Perjalanan Hidup Leibniz
Pada tahun 1663 Leibniz pergi ke Jena.Disana ia bertemu dengan profesor matematika bernama Erhard Weigel,beliau adalah  seorang filsuf. Melalui Erhard Weigel, Leibniz mulai memahami pentingnya metode bukti untuk mata pelajaran matematika seperti logika dan filsafat. E. Weigel percaya bahwa nomor adalah konsep dasar alam semesta dan ide-ide Leibniz memiliki pengaruh yang cukup besar.
Pada bulan Oktober tahun 1663,ia kembali ke Leipzig untuk  memulai study menuju gelar Master di bidang hukum. Leibniz dianugerahi gelar Master’s Degree dalam filsafat untuk disertasi yang menggabungkan aspek-aspek belajar filsafat dan hubungan hukum. Selain itu,dalam disertasinya ia juga menambahkan  ide-ide matematika yang dia pelajari dari E. Weigel.Setelah mendapat gelar Master di bidang hukum, Leibniz bekerja dihabilitasinya pada bidang filsafat. Karyanya akan diterbitkan pada tahun 1666 sebagai Dissertatio de Artc Combinatoria (Disertasi pada Kombinatorial Seni). Dalam karya ini Leibniz berusaha memunculkan pemikiran-pemikirannya yang bertujuan untuk mengurangi semua penalaran dan penemuan untuk mengkombinasikan  unsur-unsur dasar,misalnya huruf,angka,suara,dan warna
Meskipun Leibniz diakui reputasinya dan mendapatkan beasiswa di leipzig, ia menolak mendapatkan gelar Doktor dalam bidang hukum di Lepzig. Hal ini dikarenakan  usianya yang relatif  masih muda  mendapatkan gelar Doktor sehingga harus di tunda. Leibniz tidak siap untuk menerima segala penundaan dan ia  langsung menuju ke Universitas of Altdorf .Disinilah  ia menerima gelar Doktor dalam bidang hukum pada bulan Februari tahun 1667.

3.      Penemuan Leibniz di Bidang Matematika
Di usia leibniz yang ke-26 tahun, ia bertemu dengan Christian Huygens seorang fisikawan di Paris.meskipun Huygens seorang fisikawan  tetapi karya-karya terbaiknya justru terkait dengan horologi ( ilmu tentang pengukuran waktu ), karena dia memang peneliti tentang gerakan cahaya sekaligus seorang matematikawan. Setelah melihat bakat,kemauan yang keras, dan kejeniusan Leibniz, Huygens tertarik untuk  mengajari  Leibniz tentang matematika. Pelajaran dari Huygens sempat tertunda beberapa bulan saat Leibniz harus bertugas di London sebagai atase. Pelajaran dan pengalaman-pengalaman yang diperoleh Leibniz membuatnya dapat menciptakansuatu mesin hitung yang lebih hebat dibandingkan buatan Pascal, mesin buatan Leibniz dapat menangani perkalian, pembagian, dan menghitung akar bilangan.
Tahun 1660-an, Newton memunculkan  ide tentang kalkulus. Tetapi karya-karya Newton tidak diterbitkan selama hampir 20 tahun. Tidak ada yang tahu secara pasti, apakah Leibniz pada usia 33 tahun menemukan karya-karya terpendam Newton pada saat melakukan kunjungan ke London, karena pada saat itu pula dia sedang mengembangkan kalkulus, meskipun dengan sedikit versi yang berbeda dari Newton. Dimana penemuan ini selalu diperdebatkan banyak orang.
Newton tetap bersikukuh bahwa kalkulus adalah jerih payah penemuannya, namun Leibniz menyatakan bahwa dia mengembangkan kalkulus sesuai dengan versinya sendiri. Keduanya saling menuduh sebagai  plagiat penemuan orang lain. Komunitas matematika Inggris mendukung Newton,sedangkan  komunitas matematikawan benua Eropa mendukung Leibniz. Akibatnya, Inggris mengadopsi fluxion Newton dari pada mengadopsi differensial Leibniz yang lebih hebat. Akibatnya cukup fatal, karena kelak pengembangan kalkulus di Inggris menjadi jauh tertinggal dibandingkan Negara-negara Eropa lainnya.
Selain mesin hitung yang lebih hebat dari buatan Pascal dan kalkulus yang ditemukan oleh Leibniz.Ia juga meneliti mengenai bilangan biner. Pada tahun 1679, Leibniz pertama kali mengenalkan system bilangan berbasis dua ( biner ). Hal itu berawal dari korespondensi dengan Pere Joachim Bouvet, seorang Jesuit dan misionaris di China. Lewat Bouvet ini, Leibniz belajar I Ching (sudah ada 5000 SM), heksagram (permutasi garis lurus dan garis patah sebanyak 6 susun) yang terkait dengan sistem bilangan berbasis dua. Yin dan Yang pada heksagram yang dilambangkan garis putus dan garis lurus digantikan dengan angka 0 dan angka 1. Hasilnya, heksagram dikonversi menjadi bilangan biner. Sistem bilangan ini kelak menjadi fondasi revolusi komputer.
Tetapi ada versi lain yang mengatakan bahwa Leibniz mengemukakan teori penciptaan alam semesta dari kehampaan (void) lebih dari sekedar Tuhan / 0 dan kehampaan / 0, karena Leibniz berupaya menggunakan pengetahuan itu untuk mengubah orang China agar mau memeluk agama Kristen.
Istilah matematika Leibniz dalam biner ini tergolong kontroversial, Mungkin hal ini terjadi karena pengaruh latar belakang keluarga dan pendidikannya. Begitu pula sikapnya terhadap bilangan imajiner (i atau √(-1)) yang disebutnya dengan ruh Kudus. Dia sebenarnya memahami bahwa bilangan i akhirnya mengungkapkan hubungan antara nol dan bilangan tidak terhingga.

4.       Pemikiran - Pemikiran Leibniz Pada Filsafat Matematika
Pemikiran-pemikiran Leibniz banyak menyerupai Plato dan Aristoteles. Terakhir adalah kesejajaran dalam hal doktrin metafisis, yang menyebutkan bahwa setiap proposisi dapat diredusi ke dalam bentuk subjek-predikat. Leibniz mengambil posisi lebih radikal, bahwa predikat sebarang proposisi “termuat” di dalam subjek, paralel dengan doktrin metafisis yang terkenal bahwa dunia terdiri dari subjek yang self-contained (substansi atau monand yang tidak berinteraksi).
Dalam bukunya Monandology, yang ditulis dua tahun sebelum kematiannya, ia memberikan sinopsis filsafatnya sebagai berikut: “Terdapatlah, juga, dua macam kebenaran, yaitu kebenaran penalaran dan kebenaran kenyataan (fakta). Kebenaran penalaran adalah perlu dan lawannya adalah tidak mungkin. Kebenaran kenyataan adalah kebetulan dan lawannya adalah mungkin. Apabila suatu kebenaran adalah perlu, alasannya dapat dicari dengan analisis, menguraikannya ke dalam ide-ide kebenaran yang lebih sederhana. Dengan demikian, kebenaran penalaran, mendasarkan pada “prinsip kontradiksi”, yang diambilnya untuk mengcover prinsip identitas dan prinsip tolak tengah. Bukan hanya tautologi trivial tetapi semua aksioma, postulat, definisi dan teorema matematika, adalah kebenaran penalaran. Dengan kata lain, semuanya itu adalah proposisi identik, yang sebaliknya adalah suatu pernyataan “kontradiksi”.
Leibniz, setuju dengan Aristoteles, bahwa setiap proposisi di dalam analisis terakhir berbentuk subjek-predikat. Ia juga percaya bahwa subjek “memuat” predikat. Hal ini harus berlaku untuk semua kebenaran penalaran yang berbentuk subjek-predikat. Dengan demikian, menurutnya, harus benar untuk semua kebenaran penalaran apa pun. Dalam arti bagaimanakah kebenaran kenyataan dipandang sebagai subjek yang memuat predikatnya sangat tidak jelas. Untuk menjelaskan bahwa subjek dari kebenaran kenyataan memuat predikatnya, Leibniz membawa pengertian Tuhan dan ketakhinggaan. Reduksi kebenaran/kebetulan, yang akan menunjukkan predikatnya termuat dalam subjeknya, hanya mungkin bagi Tuhan. Leibniz menjelaskan persoalan ini dengan mengatakan bahwa, seperti dalam kasus pecahan bentuk akar, “reduksi melibatkan proses tak hingga dan bahkan mendekati ukuran umum sehingga tertentu tetapi harus diperoleh deret tak berakhir, demikian pulalah kebenaran/kebetulan memerlukan analisis takhingga, yang hanya Tuhan sendiri yang mampu menyelesaikan.
Konsep Leibniz tentang bidang studi matematika murni sangat berbeda dengan pandangan Plato dan Aristoteles. Bagi Plato, proposisi matematis adalah serupa proposisi logis dan bahwa proposisi ini bukan objek tertentu yang permanen atau idealisasi hasil abstraksi objek-objek atau sebarang jenis objek. Proposisi itu benar karena penolakannya akan jadi tak mungkin secara logis. Boleh dikatakan bahwa proposisi-proposisi adalah perlu benar untuk semua objek, semua kejadian yang mungkin, atau dengan menggunakan phrase Leibniz, dalam semua dunia yang mungkin.
5.      Peranan Leibniz dalam Kalkulus
Kalkulus tidak mungkin bisa sempurna apabila tidak adanya peranan Leibniz. Minat Leibniz yang sangat beragam ternyata membuka cakrawala baru bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan mampu memunculkan disiplin ilmu baru. Hukum internasional, sistem bilangan berbasis dua (binary), dan geologi adalah disiplin ilmu hasil cetusan dari Leibniz. Belum lagi karya mesin hitung yang merupakan penyempurnaan buatan Blaise Pascal yang mampu membuat orang zaman itu kagum akan kejeniusan Leibniz.
6.      Pertentangan antara Leibniz dan Newton tentang kalkulus
Sebagian ahli sejarah percaya bahwa Newton dan Leibniz mengembangkan kalkulus secara terpisah. Keduanya  menggunakan notasi matematika yang berbeda pula. Menurut teman-teman dekat Newton, Newton telah menyelesaikan karyanya bertahun-tahun sebelum Leibniz, namun tidak mempublikasikannya sampai dengan tahun 1693. Ia pula baru menjelaskannya secara penuh pada tahun 1704, manakala pada tahun 1684, Leibniz sudah mulai mempublikasikan penjelasan penuh atas karyanya. Notasi dan "metode diferensial" Leibniz secara universal diadopsi di Daratan Eropa, sedangkan Kerajaan Britania baru mengadopsinya setelah tahun 1820.
Dalam buku catatan Leibniz, dapat ditemukan adanya gagasan-gagasan sistematis yang memperlihatkan bagaimana Leibniz mengembangkan kalkulusnya dari awal sampai akhir, manakala pada catatan Newton hanya dapat ditemukan hasil akhirnya saja. Newton mengklaim bahwa ia enggan mempublikasi kalkulusnya karena takut ditertawakan. Newton juga memiliki hubungan dekat dengan matematikawan Swiss Nicolas Fatio de Duillier. Pada tahun 1691, Duillie merencanakan untuk mempersiapaan versi baru buku Philosophiae Naturalis Principia Mathematica Newton, namun tidak pernah menyelesaikannya. Pada tahun 1693 pula hubungan antara keduanya menjadi tidak sedekat sebelumnya. Pada saat yang sama, Duillier saling bertukar surat dengan Leibniz.
Pada tahun 1699, anggota-anggota Royal Society mulai menuduh Leibniz menjiplak karya Newton. Perselisihan ini memuncak pada tahun 1711. Royal Society kemudian dalam suatu kajian memutuskan bahwa Newtonlah penemu sebenarnya dan mencap Leibniz sebagai penjiplak. Kajian ini kemudian diragukan karena setelahnya ditemukan bahwa Newton sendiri yang menulis kata akhir kesimpulan laporan kajian ini. Sejak itulah bermulainya perselisihan sengit antara Newton dengan Leibniz. Perselisihan ini berakhir sepeninggal Leibniz pada tahun 1716.

B.     Filosofi Leibniz
Pemikiran Leibniz yang paling mendasar
Menurut Leibniz terdapat banyak substansi,jumlahnya tak terhingga .Ia menamakaan substansi itu sebagai ”monade” menurutnya monade tidak bersifat jasmani dan tidak dapat dibagi-bagi.Jiwa merupakan suatu monade,tetapi juga materi terdiri dari banyak monade Dalam suatu kalimat yang kemudian terkenal ia mengatakan:”Monade-monade tidak mempunyai jendela-jendela,tempat sesuatu bisa keluar”.Itu berarti bahwa semua monade harus dianggap tertutup, sebagaimana “Cogito” Descartes tertutup juga.Kalau begitu timbul pertanyaan: bagaiman suatu monade dapat mengenal realitas di luar? Leibniz menjawab bahwa setiap monade mencerminkan aktif dan aktivitasnyaa ada dua macam: mengenal dan menghendaki.
Dengan ajarannya Leibniz juga memecahkan kesulitan mengenai hubungan antara jiwa dan tubuh .Jiwa merupakan suatu monade dan tubuh terdiri dari banyak monade.Suatu monade tidak dapat mempengaruhi monade lain ,sebab masing-masing monade harus dianggap tertutup.
Pada saat penciptaan semua monade diatur sedemikian rupa sehingga peristiwa yang terjadi dalam suatu monade ada reaksinya pada monade lain Demikianlah bahwa Allah pada awalmulanya telah mengadakan keselarasan antara semua monade.
BAB III
PENUTUP

·           Kesimpulan
Bahwa pada dasarnya filsafat Leibniz lebih dicondongkan kesuatu substansi yang banyak,jumlahnya tak terhingga.Inilah yang disebut monade.Menurutnya monade-monade tidak bersifat jasmani dan tidak dapat dibagi-bagi,Jiwa merupakan suatu monade tetapi juga materi terdiri dari banyak monade
Dengan ajarannya Leibniz juga memecahkan kesulitan mengenai hubungan antara jiwa dan tubuh .Jiwa meruopakan suatu monade dabn tubuh terdiri dari banyak monade.Suatu monade tidak dapat mempengaruhi monade lain ,sebab masing-masing monade harus dianggap tertutup
Pada saat penciptaan semua monade diatur sedemikian rupa sehingga peristiwa yang terjadi dalam suatu monade ada reaksinya pada monade lain Demikianlah bahwa Allah pada awalmulanya telah mengadakan keselarasan antara semua monade.

·           Saran.     
Inilah penjelasan kami mengenai filsafat Leibniz jika mungkin ada beberapa kekeliruan kami mohon ma’af yang sebesar-besarnya.Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.Amin.




DAFTAR PUSTAKA

Sukardjono. 2004. Filsafat dan Sejarah Matematika.Jakarta:Universitas Terbuka
Sumantri, Suria, dkk. 1999. Ilmu Dalam Perspektif. Jakarta:IKAPI
Abdul, Atang, dkk. 2008. Filsafat Umum dari Metologi sampai Teofilosofi. Bandung:Pustaka Setia
Halim, Abdul. 2008. Ensiklopedi Matematika. Ar-Ruzz.Yogyakarta:Media
Kanisius1998.Ringkasan Sejarah Filsafat.:Yogyakarta:Kanisius
Maksum,Ali dkk.2012.Pengantar Filsafat.Surabaya:IAIN Sunan Ampel Press.
Maksum,Ali.2009.Pengantar Filsafat: Dari Masa Klasik hingga Post modernism.Yogyakarta:Ar-Ruzz

No comments:

Post a Comment